Mereka akan menghadapi Manchester City pada akhir pekan ini, lalu bersua tim serupa di semifinal Piala FA, enam hari berselang.
Buah kesabaran
Lain Liverpool, lain pula City. The Citizen memiliki tantangan berat justru di lapangan pertandingan. Status tuan rumah tak memberi mereka keuntungan mudah. Pasukan Pep Guardiola harus bersusah payah mencetak satu-satunya gol.
Gol itu pun baru terjadi di menit ke-70 melalui Kevin De Bruyne. Phil Foden mengirim umpan melewati sela kaki Reinildo. De Bruyne yang lolos dari kawalan menyambutnya dengan tendakan mendatar yang mematikan. Jan Oblak hanya bisa melihat bola itu bersarang di gawangnya.
Foden mampu membuat perbedaan walau baru saja masuk lapangan dua menit sebelumnya, menggantikan Riyad Mahrez.
Namun, gol ini sesungguhnya adalah buah dari perjuangan tuan rumah. Mereka harus berjibaku menerobos benteng pertahanan Los Rojiblancos. Atletico menerapkan strategi bertahan total, sesuatu yang bukan hal baru dalam kamus Diego Simeone.
Mereka lebih memilih menjadi tim inferior dalam hal penguasaan bola asalkan gawangnya tetap steril. City sebaliknya. Serangan menggebu-gebu dan begitu superior dalam hal "ball possession."
Memiliki penguasaan bola 71 persen, berbanding 29 persen dan melepaskan 15 tembakan namun hanya dua dari antaranya yang mengenai target, dengan satu gol yang tercipta.
Statistik sungguh menegaskan opsi main bertahan Atletico yang tidak memiliki satu pun "shots" dan "shots on target." Satu-satunya keunggulan statistic Los Colchoneros adalah pelanggaran: 13 berbanding delapan.
Tidak hanya tenaga yang terkuras, perasaan skuat City juga ikut diperas. Rasa frustrasi yang membuncah sepanjang lebih dari satu jam kemudian berbuah manis. Juara LaLiga yang bertahan begitu dalam akhirnya kebobolan juga. Mereka lengah dan City berhasil memanfaatkannya.