Hasil akhir harus diperjuangkan dengan sungguh. Nama baik dipertaruhkan mati-matian. Setiap pasangan akan bertaruh habis-habisan demi medali. Keringat harus ditumpahkan untuk memenangkan pertandingan. Tidak ada yang mau menjadi pecundang, termasuk ingin diperlakukan sebagai pesakitan.
Sulit membayangkan betapa berganda kecewa mereka yang kalah. Setelah kalah di lapangan pertandingan, mereka masih harus menjadi tong sampah amuk pendukungnya.
Bersikap adil
Apakah pantas para penggemar melampiaskan kekecewaan pada jagoannya sedemikian membabibuta? Apakah para atlet itu layak diganjar cerca untuk setiap target yang tak sanggup ditunaikan?
Demikian sederet pertanyaan besar yang pantas kita renungkan. Sebagai penggemar, yang melihat dan mendukung dari jauh, kita pun patut bertanya diri.
Apakah demikian harga yang harus mereka bayar? Kalau begitu, bagaimana seharusnya kita merespon hasil negatif Ucok dan Meli hari ini?
Bila mencerna penampilan Ucok dan Meli di hadapan Zheng/Huang, kita memang patut mengakui bahwa pasangan Tiongkok itu begitu perkasa. Zheng/Huang benar-benar menunjukkan diri sebagai penguasa di sektor ini, status yang sudah mereka sandang dalam beberapa tahun terakhir karena prestasi demi prestasi yang seakan tak berujung.
Zheng/Huang sama sekali tidak kesulitan di babak grup. Unggulan teratas ini tanpa hambatan di tiga laga Grup A. Wakil Mesir Adham Hatem Elgamal/Doha Hany, Robin Tabeling/Selena Piek asal Belanda, hingga pasangan Korea Selatan, Seo Seungjae/Chae YuJung disikat dua gim langsung.
Zheng/Huang terlihat begitu matang. Soliditas, kerja sama, komunikasi, kecepatan, hingga keunggulan-keunggulan skill individual mereka peragakan dengan apik.
Zheng/Huang memang bukan tanpa cela. Namun atas setiap kesalahan-kadang kesalahan yang tak seharusnya itu-mereka berhasil menebusnya.