Sementara itu Ucok dan Meli yang sudah mulai terlihat goyah sejak babak grup belum mampu mendapatkan pola permainan terbaik. Juara All England 2020 itu selalu berada dalam tekanan dan begitu keteteran mengembangkan permainan.
Belum lagi beberapa kesalahan elementer yang masih kerap terjadi. Ditambah komunikasi yang kurang berjalan baik membuat pasangan Tiongkok itu seperti tak tertandingi.
Ucok dan Meli sempat memperagakan variasi serangan yang bagus untuk menghasilkan sejumlah poin. Namun ketahanan menghadapi pukulan keras Zheng Siwei dan kesigapan meladeni permainan depan Huang yang ciamik menjadi pekerjaan rumah yang harus dibenahi bila ingin meruntuhkan dominasi pasangan nomor satu dunia itu.
Liliyana Natsir, dalam salah satu komentar di unggahan sosial media Goh Liu Ying menulis demikian. "Kamu sudah melakukan yang terbaik, kamu sudah memenangkan medali perak Olimpiade Rio. Ini waktunya bersenang-senang dan menikmati waktu."
Ungkapan Butet di atas tentu menjadi penghibur di tengah mendung pekat yang tengah menyelimputi pemain senior itu. Lebih dari itu seperti Goh katakan kepada BWF setelah kekalahan ketiga, hal penting yang mereka lakukan adalah segera bangkit.
Masih ada banyak alasan untuk segera "move on" dari Tokyo. "Semua sudah ada di kepala kami. Kami harus lolos kualifikasi Kejuaraan Dunia, dan BWF World Tour Finals."
Hendaknya hal yang sama pun berlaku pada Ucok dan Meli. Kegagalan di Tokyo sekiranya menjadi pelajaran untuk menghadapi turnamen-turnamen selanjutnya. Banyak pekerjaan rumah yang masih harus dibenahi untuk menjadi yang terbaik.
Lee Chong Wei memberi komentar menyentuh menanggapi serangan warganya pada Chan Peng Soon/Goh Liu. Legenda bulutangkis Malaysia itu di laman facebooknya, akhir pekan lalu, mengatakan setiap pemain yang melangkah ke lapangan pertandingan hanya membawa satu tujuan. Memenangkan pertandingan untuk bendera yang tersemat di dada.
"Tiada atlet yang mau kalah." Pilihan di lapangan badminton hanya dua: menang atau kalah. Terkadang bukan hari keberuntungan walau sudah berjuang "all out."
Emosi para penggemar yang menyaksikan lewat layar kaca bisa diaduk-aduk sedemikian rupa hingga berakhir kecewa. Apalagi para pemain yang bertarung di lapangan pertandingan.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!