Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Praveen Jordan/Melati Daeva Tersingkir, Mari Belajar dari Netizen Malaysia Memperlakukan Chan Peng Soon/Goh Liu Ying

28 Juli 2021   12:54 Diperbarui: 28 Juli 2021   13:30 650
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Praveen Jordan/Melati Daeva: badmintonindonesia.org

Sebelum Ucok dan Meli merasakan kekalahan, Chan Peng Soon/Goh Liu Ying sudah lebih dahulu didera sesal. Kekecewaan menyelimuti Chan dan Goh sejak sebelum fase grup berakhir.

Andalan Negeri Jiran itu harus menerima kenyataan pahit tersingkir di babak penyisihan grup. Tiga kekalahan beruntun mereka alami. Dua kekalahan pertama justru terjadi atas pasangan yang kurang diunggulkan.

Dibandingkan dua kontestan lain di Grup D, Tang Chun Man/Tse Ying Suet (Hong Kong) dan Mark Lamsfuss/Isabel Herttrich (Jerman), Chan/Goh lebih diunggulkan. Namun status tersebut tak berbanding lurus dengan hasil di lapangan pertandingan.

Chan/Goh menyerah rubber game dari Tang Chun Man/Tse Ying Suet, 18-21, 21-10, 16-21. Hasil lebih menyesakkan terjadi kala menghadapi pasangan Jerman. Chan/Goh takluk dua gim, 12-21, 15-21 yang membuat pintu kelolosan mereka tertutup.


Berhadapan dengan salah satu jagoan Tiongkok, Wang Yi Lyu/Huang Dong Ping di laga terakhir fase grup, Chan/Goh sudah tak memiliki alasan lebih untuk memenangi pertandingan selain tidak ingin pulang dengan kekecewaan paripurna. Hasilnya? Chan/Goh takluk 13-21, 19-21. Keduanya pun pulang dengan tangan kosong.

Tidak hanya gagal menampilkan permainan terbaik, Chan/Goh pun tak sanggup mewujudkan harapan publik Malaysia. Federasi Bulutangkis Malaysia (BAM) sempat sesumbar mematok tiga medali emas dari lima utusan.

Mereka berharap tinggi pada Lee Zii Jia (tunggal putra), Aaron Chia/Soh Wooi Yik (ganda putra) dan Chan/Goh. Armada yang ada membuat Wong Choong Hann, Kepala Pelatih BAM, optimis mereka bisa melampaui pencapaian tiga medali perak Olimpiade Rio. Mereka bisa meraih medali emas pertama yang telah dirindukan sejak cabor bulutangkis pertama kali dipertandingkan di Barcelona 1992.

Begitu besarnya ekpektasi pendukung akhirnya membuat Chan/Goh harus menerima reaksi kurang menyenangkan saat kekalahan demi kekalahan datang memeluk mereka. Beragam kritik dan kecaman menyasar keduanya.

Aura negatif tersebut sungguh terasa di jagad maya. Netizen Malaysia seakan berlomba-lomba melampiaskan kekecewaan mereka pada salah satu jagoan itu.

Mungkin warganet mereka tak bisa menerima kenyataan pahit itu. Bagi mereka status sebagai salah satu unggulan tak sepantasnya tersingkir secara menyakitkan. Peraih medali perak Olimpiade Rio tak selaiknya angkat koper lebih dini.

Namun ini bulutangkis. Ini olahraga kompetitif. Ini olimpiade. Tidak ada kawan yang bisa diajak kompromi. Tidak ada sekutu yang bisa diajak kerja sama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun