Mohon tunggu...
Chairul
Chairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Islamic communication and broadcasting

Saya memiliki minat dan hobi di penulisan artikel terkait informasi di bidang perfilman, budaya, politik dan peristiwa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Luka di Ujung Jalan

17 Oktober 2023   18:18 Diperbarui: 17 Oktober 2023   18:24 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar : kibrispdr.org

"Untuk apa jauh kali berobat ke sana, disinikan banyak juga pengobatan alternatif lainnya " tegas Rendi.

"Iya tapi di sana ada teman ibu orang pintar, yang bisa nyembuhin sakit Reina, karena Ibu tidak mau liat Ina setiap malam sakit-sakitan seperti orang kemasukan setan" kata Reina memberi alasan.

"Iya baiklah kalau memang itu maunya Reina, abang pun bisa bilang apa," ujar Rendi dengan hati yang berat.

"Abang jangan khawatir, Reina pasti pulang, lagian nantinya kita bisa nelponan setiap malam," tambah Reina meyakikan Rendi

Tiga minggu sudah berlalu di mana Reina berada jauh di Pesisir Barat Aceh, komunikasi keduanya pun tetap berjalan, sampai tiba dimana ketika Rendi menghubungi kekasihnya dan ternyata tak ada balasan lagi.

Waktu pun terus berjalan, rasa kerinduan semakin memuncak, tetapi apalah daya, wanita harapannya, masih belum memberikan kabar sepatah kata pun.

Sebuah malam tragedi yang tidak mungkin dilupakan dalam hati, Rendi pun dengan perasaan tidak karuan, mencoba membuka Facebook Reina dengan tujuan untuk memuaskan mata, melihat gambar yang pernah tersimpan bersama kenangan.

Namun betapa terkejutnya Rendi, saat melihat Reina berfoto mesra bersama seorang lelaki yang lain. Mata yang awalnya hanya ingin melepaskan rindu, malah terlihat sebuah bencana yang menyayat hati.

Datanglah sebuah kabar mengerikan dari Reina keesokan harinya, "Bang maaf, Reina di sini sudah jumpa seseorang yang mungkin sebulan lagi akan menjadi suami Reina," sebutnya.

Bergetar pegangan Rendi saat membaca pesan yang disampaikan pujaan hatinya, rasa sesak didada dan tak tau harus berbuat apa, ingin dirinya menangis tetapi tidak bisa karena rasa sakit yang begitu mendalam.

Pikiran meracau kemana-mana teringat masa dimana semuanya masih indah berakhir seketika tanpa terduga. Bunga yang telah disemai, dipagar, disirami dan dijaganya selama 4 tahun, kini l siap di petik dan di nikmati harumnya oleh orang lain, hanya menyisakan tangkai berduri kepadanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun