Dirga membeku di tempatnya. Kata-kata itu seperti petir yang menyambar di tengah malam. "Hamil?" gumamnya, nyaris tak percaya.
Dokter Hasan mengangguk. "Ya. Ini kabar baik, tentu saja, tapi juga kabar yang harus kita tangani dengan hati-hati. Kondisi Kinan harus dipantau ketat selama kehamilan ini. Kalau tidak, risikonya bisa sangat berbahaya, baik untuk dia maupun bayinya."
Dirga menatap Anna yang masih terbaring lemah di ranjang. Wajahnya yang pucat terlihat damai, tetapi Dirga tahu, di balik ketenangan itu, ada badai emosi yang menunggu.
---
Anna terbangun dengan kepala yang masih terasa berat. Saat membuka matanya, ia melihat Dirga duduk di samping ranjang, wajahnya tampak kusut.
"Kamu di rumah sakit," ujar Dirga pelan.
Anna mencoba duduk, tetapi Dirga dengan lembut menahan bahunya. "Jangan terlalu banyak bergerak. Kondisimu masih lemah."
"Apa yang terjadi?" tanya Anna, suaranya serak.
Dirga menunduk sejenak sebelum akhirnya berkata, "Kamu... kamu hamil."
Anna terdiam, matanya melebar. Kata-kata itu seakan tidak masuk akal. "Hamil?" ulangnya, seolah butuh kepastian.
"Ya," jawab Dirga. "Dokter bilang usia kandungannya masih beberapa minggu."