Kebetulan Ana baru tiba dari kantor. Ketahuanlah ternyata si Cimot ditinggal Ana selama bekerja seharian di kantor yang jaraknya 5 menit dari rumah kos berkendara motor.
Kucing lucu itu bersuara terus dan menggaruk-garuk gorden bila Ana bekerja. Sementara Ninda masih #workfromhome. Nah, karena kejadian itu, Ninda melapor kepada Ibu Lena.
"Memang kemarin Ibu izinkan Ana membawa kucingnya tapi harus seizin penghuni kos yang lain," begitu ujarnya.
Merasa Ana telah mendapat izin dari pemilik, ia leluasa mengajak si Cimot menginap.
Ibu kos dengan adil menengahi perdebatan itu. Sedangkan saya dan ke-3 penghuni yang lain tak terlalu usil dengan masalah itu. Ada si Cimot atau tidak, toh kami di kantor.
Ninda keberatan dengan datangnya si Cimot. Kasihan si kucing berbulu putih dan hitam itu. Menjadi biang keladi ngambeknya Ninda.
Sementara Ana, santuy saja. Ia bahkan sering memandikannya karena sekamar dengannya.
Dua minggu terlewati. Cimot hanya keluar dipangku Ana setiap pulang kerja lalu akhir pekan dibawa jalan-jalan di tasnya.
"Si Cimot gak boleh kotor, gak boleh injak tanah," katanya suatu hari.
Pantas kaki cimot amat bersih. Kucing ningrat itu tampak lucu sekaligus pilon, blo'on, manja karena jarang bergaul dan bermain bersama kawan-kawannya.