Mohon tunggu...
Cechgentong
Cechgentong Mohon Tunggu... wiraswasta -

Alah Bisa Karena Biasa\r\n\r\nMalu Bertanya Sesat Di Jalan\r\nSesat Di Jalan Malu-maluin\r\nBesar Kemaluan Tidak Bisa Jalan\r\n\r\nPilihan selalu GOLTAM

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Sanghyang Sirah : Mengenal Kembali Sirah Diri

23 September 2010   14:22 Diperbarui: 4 April 2017   17:19 2525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tepat hari Idul Fitri 1431 Hijriah sekitar jam 10 pagi saya mendapatkan telepon dari Uyut di Sumedang. Setelah bicara ngalor ngidul tiba-tiba Uyut mengatakan kepada saya kalau tanggal 19 September 2010 (hari minggu) sesuai dengan kesepakatan sewaktu kliwonan hari Jumat maka rombongan berjumlah 8 orang yang pergi ke Sanghyang Sirah sewaktu bulan Maulud kemarin (6 bulan yang lalu) diharapkan untuk pergi kembali ke Sanghyang Sirah.

Saya sempat kaget mendengarnya karena ada sedikit trauma pada waktu ke Sanghyang Sirah kemarin dimana 8 orang yang melakukan puasa selama 7 hari dan 4 orang yang mengantar, semuanya terkena penyakit malaria secara bersamaan alias dalam waktu yang sama. Semua merasakan penderitaan saat malaria kemarin. Kejadian tersebut menjadi trauma karena penyakitnya berlangsung lama bahkan ada satu orang yang menjelang berangkat ke Sanghyang Sirah kemarin masih terkena malaria.

Tetapi yang menjadi kuatnya tekad kami walaupun 3 orang dari 8 orang sebelumnya tidak bisa berangkat adalah adanya kesamaan mimpi yaitu semuanya mengarah ke Sanghyang Sirah. Ada yang didatangi oleh orang tua berbaju putih, ada yang bermain-main di pantai Sanghyang Sirah dan lain-lain. Sementara saya hanya merasakan suatu yang tanpa disengaja yaitu 2 hari sebelum lebaran, berulang kali saya memutar-mutar video perjalanan ke Sanghyang Sirah sebelumnya. Kok ada rasa rindu untuk datang kembali ke sana.

Akhirnya tepat hari minggu, 5 orang (rombongan dari Sumedang termasuk Uyut) datang ke rumah saya untuk menjemput. Tetapi sebelumnya mengganti mobil dulu dengan mobil teman yang ada di Cikarang. Kebetulan teman ini menjadi salah satu pengganti dari 3 orang yang tidak bisa hadir. Dan kebetulan juga teman ini baru mendapatkan mobil baru dari kantor sehingga bisa dipakai dengan alasan uji coba.

Kami merasakan persiapan ke Sanghyang Sirah kali ini cukup matang. Kondisi mental tiap orang dalam rombongan, dana, kendaraan yang digunakan masih baru, kesiapan kapal motor dan tidak melibatkan banyak orang luar. Memang semuanya masih diselimuti rasa was-was termasuk ibu saya yang merasa kuatir setelah saya mengatakan akan pergi lagi ke Sanghyang Sirah. Beliau tahu kalau kondisi saya belum fit benar dan sudah 3 hari mengalami batuk berat. Tetapi akhirnya beliau mengijinkan juga.

Sekitar jam 12.30, kami berangkat ke Bandara Soetta untuk menjemput satu orang dari Aceh untuk melengkapi jumlah rombongan yaitu 8 orang. Tetapi baru saja mau berangkat, tiba-tiba teman di Aceh memberi kabar kalau pesawatnya transit dulu di Polonia Medan dan kemungkinan sampai di Cengkareng sekitar jam 5 sore. Ya sudah karena mobil sudah bergerak maka Uyut memutuskan untuk mampir dulu ke Cileduk yaitu rumahnya Pak Budi sambil menunggu waktu jam 5 sore.

Anehnya di rumah Pak Budi, kami bertemu dengan seorang anak muda yang sudah lama menghilang dan dicari-cari oleh Uyut. Pemuda asal Cirebon ini memang aneh dan unik bahkan menyebalkan karena kelakuannya yang tidak biasa menurut ukuran orang biasa. Ya jelas saja wong pemuda itu bukan manusia normal alias masih keturunan siluman hehehe...

Ada satu peristiwa yang cukup membuat kami kaget yaitu saat pemuda tersebut memberikan keterangan tentang sejarah karuhun dan foto-foto makam/petilasan. Dengan lugas dan lancarnya pemuda tersebut menjelaskan ke Uyut dengan menggunakan laptop. Perlu diketahui pemuda ini tidak pernah sekolah tetapi mempunyai kepintaran yang luar biasa. Hanya melihat satu gadget baru maka langsung bisa menggunakannya walaupun akhirnya kalah juga dengan saya yaitu masalah membuat blog hahahaha...

Menjelang pukul 5 sore, rombongan kami berangkat ke Bandara Soetta. Ternyata suasana di bandara macet sekali. Rupanya banyak orang yang baru kembali ke Jakarta setelah mudik lebaran pada hari minggu tersebut. Untuk parkir saja membutuhkan  waktu 1 jam. Setelah melakukan koordinasi, akhirnya teman berhasil dijemput juga walaupun penuh dengan keringat karena harus mencari-cari di kerumunan banyak orang.

Sebelum melanjutkan kami makan-makan dulu di Tangerang untuk mengisi perut karena perjalanan membutuhkan waktu 5 jam sampai di pantai Cipining, Sumur Pandeglang dimana kapal berlabuh. Alhamdulillah selama perjalanan menuju pantai, kami tidak mengalami gangguan atau halangan apapun. Mungkin karena saya yang menyetir hahahaha... Walaupun berat dan berusaha untuk konsentrasi dalam kondisi masih batuk tetapi tekad yang kuat itulah mengakibatkan semuanya berjalan lancar.

Tepat jam 02.06 kami tiba di rumah nahkoda/pemilik kapal bernama Pak Syaukari. Baru saja mobil saya parkirkan. Pak Syaukari sudah muncul dan segera mengajak kami ke tepi pantai. Membutuhkan waktu satu jam untuk memindahkan barang dan kami ke kapalnya dengan menggunakan sampan kecil karena saat itu ombak lagi pasang. Memang sebelumnya tepat maghrib kemarin ada badai yang menerpa daerah tersebut tetapi tidak membahayakan. Walaupun kami yang mendengarnya sempat ketar ketir juga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun