Mohon tunggu...
Lila Carmelia
Lila Carmelia Mohon Tunggu... -

berawal senang membaca dan kemudian mencoba untuk menuangkan beragam imajinasi dalam sebuah cerita....semoga slalu menghibur para penikmat cerita pendek

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | 10 Jam yang Lalu

24 Maret 2018   16:34 Diperbarui: 24 Maret 2018   17:17 651
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber gambar: runlovers.it)

Pukul 16.00

Al masih tampak tidur. Al memang tak mungkin terjaga terus. Bahkan untuk ngobrol saja tak bisa terlalu lama. Mengusap tangan dan kakinya mungkin lebih baik daripada mengajaknya bicara. Sentuhan lembut, tatapan penuh cinta atau senyuman manis pasti lebih berarti untuk Al.

"Al masih tidur?"Ardi menghampiriku.

Aku menganggukkan kepala.  Ardi kakak lelakiku. Pasti ada rasa was-was saat ia tahu aku ingin menikahi seorang laki-laki yang sudah tak berdaya. Bagaimana bisa bertanggungjawab atas hidupku kalau mengurus dirinya sendiri saja sudah tak bisa? Bagaimana bisa menitipkan adik perempuan satu-satunya agar hidupnya tak pernah menderita?

Aku dan Ardi sudah pernah membicarakan ini dari hati ke hati seminggu yang lalu. Pembicaraan yang cukup panjang di malam itu. Bukan karena Ardi tidak suka kepada Al tapi rasa sayang Ardi yang besar kepadaku.

"Apakah pernikahan ini tidak terlalu terburu-buru?"

"Kamu masih bisa bertemu laki-laki yang normal."

"Pernikahan itu seumur hidup."

"Kebahagiaan dan kesulitannyapun seumur hidup."

"Kamu sanggup? "

Ardi banyak bertanya malam itu. Sesuatu yang tak pernah dilakukannya seumur hidup kami. Ardi pendiam. Tak banyak mengomentari hidup orang lain. Kalau ia sampai bicara malam ini, pasti itu sesuatu yang sangat penting untuknya. Yang harus dikatakannya agar ia sendiri tak menyesal karena tak pernah menyampaikan apa-apa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun