Di sebuah sudut desa, seorang anak kecil tertawa melihat seekor monyet kecil mengenakan topeng dan baju mini. Ia melompat-lompat mengikuti arahan pawang, sementara orang-orang melemparkan uang koin sebagai bentuk apresiasi.Â
Lucu? Mungkin.
Tapi di balik tawa itu, ada cerita kelam yang jarang terdengar.
Monyet itu dipisahkan dari induknya sejak bayi, dilatih dengan kekerasan, dan dipaksa menghibur orang di jalanan. Lebih parah lagi, interaksi dekat antara manusia dan monyet bisa membawa penyakit berbahaya yang mengancam nyawa.
Fenomena seperti topeng monyet, memelihara monyet ekor panjang (MEP), hingga penggunaan beruk pemetik kelapa masih marak di Indonesia.
Pertanyaannya: Apakah ini sekadar hiburan, atau justru undangan bagi penyakit mematikan?
Mengenal Monyet Ekor Panjang & Beruk
Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) dan beruk (Macaca nemestrina) adalah primata asli Asia Tenggara yang pintar dan punya peran penting di alam, seperti penyebar biji tanaman.
Sayangnya, populasi mereka terus terancam. Menurut International Union for Conservation of Nature (IUCN), status monyet ekor panjang kini resmi naik dari rentan (vulnerable) menjadi terancam punah (endangered).