Mohon tunggu...
Hamdani
Hamdani Mohon Tunggu... Konsultan - Sang Musafir - Mencari Tempat untuk Selalu Belajar dan Mengabdi

Kilometer Nol

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Pemilu Serentak: Hemat Biaya, "Boros Nyawa"

27 April 2019   10:43 Diperbarui: 27 April 2019   10:50 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
PEJUANG PESTA DEMOKRASI: Jenazah Dany Faturrahman saat disemayamkan di kediamannya di Jalan Biawan, Samarinda Ilir, Kamis (18/4). ( DWI RESTU/KALTIM POST/Jawa Pos Group)

Boleh saja kita menyebut mereka sebagai pejuang demokrasi atau ntah gelar apalagi. Tetapi satu hal bahwa mereka meninggalkan anak yatim, janda atau istri yang telah tiada. Sebutan pejuang demokrasi hanyalah gelar basa-basi tanpa makna bagi mereka yang masih membutuhkan kasih sayang orang tua mereka atau seorang ibu yang merindukan anaknya.

Pejuang demokrasi tak lain hanyalah kalimat penghibur agar mereka (sanak saudara dan keluarga) merelakan kepergian orang-orang yang disayanginya. Sekaligus sebagai tirai untuk menutupi betapa buruknya wajah penyelenggaraan pemilu kita kali ini yang banyak makan korban. Kita perlu lebih banyak melakukan autokritik dan koreksi diri sendiri. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun