Mohon tunggu...
Hamdani
Hamdani Mohon Tunggu... Konsultan - Sang Musafir - Mencari Tempat untuk Selalu Belajar dan Mengabdi

Kilometer Nol

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Mungkinkah Trans Papua Menjadi Jalan Damai Menuju "Indonesia-Papua" Merdeka?

8 Desember 2018   06:18 Diperbarui: 8 Desember 2018   17:41 2556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jalan Trans Papua(Biro Komunikasi Publik Kementerian PUPR)

Meskipun pakar sejarah Aceh Universitas Syiah Kuala, Isa Sulaiman kemudian menilai bahwa ternyata GAM dalam perjuangannya tidak mengusung ideologi Islam, artinya tidak bisa dikatakan sebagai kelanjutan perjuangan DI/TII oleh GAM. 

Namun kedua peristiwa ini Isa Sulaiman menyimpulkan ada keterkaitan. Menurutnya keterkaitan tersebut dibuktikan dengan dukungan para tokoh DI/TII terhadap perjuangan GAM.

Alasan kedua, lahirnya kelompok GAM yang awalnya bermula dengan gerakan bawah tanah atau bergerilya secara diam-diam, lalu kemudian membesar dan mendapatkan dukungan luas dari masyarakat Aceh, karena faktor ekonomi. 

Kekayaan Aceh yang berlimpah dari sektor minyak dan gas justru disedot habis-habisan oleh pemerintah pusat (masa orde baru) tanpa peduli pada kesejahteraan rakyat Aceh.

Ketimpangan ekonomi yang sangat kontras antara pulau Jawa dan Aceh mulai dirasakan sebagai bentuk ketidakadilan ekonomi. Aceh yang merasa tidak dipedulikan oleh penguasa masa itu menjadi daerah paling miskin di Indonesia, padahal Jakarta menikmati kekayaan Aceh dengan serakahnya.

Pemerintahan sentralistik orde baru menimbulkan kekecewaan berat di kalangan elit Aceh. Aceh hanya menerima 1 persen dari anggaran pendapatan nasional, padahal kontribusi Aceh bagi GDP pada masa itu mencapai 14 persen. 

Belum lagi jasa Aceh yang menyumbangkan pesawat bagi pemerintah orde lama (Soekarno) untuk mendukung kelancaran roda pemerintahan nasional.

Produksi minyak dan gas yang terus meningkat diladang-ladang minyak seperti di Aceh Utara tidak membuat daerah tersebut menjadi makmur. Bahkan rakyat Aceh Utara dan Kota Lhokseumawe yang tinggal disekitar perusahaan menjadi rakyat miskin dan menjadi penonton betapa kekayaan daerah disedot secara serakah oleh pemerintah pusat.

Perlakuan tidak adil itulah kemudian menjadi pemicu pergerakan yang dilakukan oleh GAM dan seluruh masyarakat Aceh. Hingga peperangan dan konflik bersenjata pun tidak dapat dihindari. 

Pemerintah pusat mengirimkan prajurit-prajurit terbaiknya ke Aceh dengan berbagai macam sandi operasi militer yang dilancarkan. Tujuannya hanya satu yaitu menumpas GAM dan pendukungnya dengan operasi militer.

Sebagai gerakan militer yang dilandasi dengan semangat jihad dan membela kesejahteraan rakyat Aceh, GAM tentu tidak mau mundur selangkahpun, apalagi dengan nostalgia perang Belanda melawan penjajah, GAM justru semakin bersemangat melakukan perlawanan senjata dengan aparat TNI/Polri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun