Mohon tunggu...
Hadi Saksono
Hadi Saksono Mohon Tunggu... Jurnalis - AADC (Apa Aja Dijadikan Coretan)

Vox Populi Vox Dangdut

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Kecerdasan Buatan dan Algoritma Akan Menggantikan Wartawan?

11 Februari 2023   17:13 Diperbarui: 22 Februari 2023   09:53 507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam hal ini, algoritma pemberitaan akan memilah, memilih, dan menyaring informasi yang akan disampaikan kepada seorang pengguna media sosial. Secara kasat mata memang media sosial menjadi sarana utama untuk mencari berita dalam beberapa waktu terakhir.

Setidaknya demikianlah yang tergambar dari hasil survei yang dilakukan oleh Katadata Insight Center dalam dua tahun ke belakang.

Grafis penggunaan media sosial di Indonesia. (Sumber: Tangkapan layar Katadata.co.id)
Grafis penggunaan media sosial di Indonesia. (Sumber: Tangkapan layar Katadata.co.id)
Soal algoritma dalam pemberitaan (yang diakses melalui media sosial) ini juga nyatanya menjadi sorotan Presiden Joko Widodo, dalam peringatan Hari Pers Nasional di Medan pada 9 Februari 2023 lalu.

Mantan Gubernur DKI Jakarta ini menyebut, saat ini penyebaran informasi di masyarakat justru dibanjiri oleh sesuatu yang disebut 'media tanpa redaksi'. Media jenis baru itu kebanyakan hanya dikendalikan oleh AI yang hanya mementingkan sisi komersil semata.  

"Algoritma raksasa digital cenderung mementingkan sisi komersial saja, hanya akan mendorong konten-konten recehan yang sensasional," ujar Jokowi.

Menurutnya, keberadaan algoritma raksasa digital berpotensi mengancam jurnalisme yang bertanggung jawab, sehingga media konvensional yang memiliki redaksi dalam mengabarkan berita justru makin terpinggirkan.


Tapi memang begitulah kenyataannya. Perkembangan media sosial menjadikan penggunanya semakin mudah mengakses informasi tanpa harus membaca media konvesional terlebih dahulu. Apalagi di masa pandemi kegiatan bermedia sosial menjadi antitesis dari kegiatan sosial seiring diperlakukannya pembatasan sosial.

Namun benarkah perkembangan teknologi yang 'diwakili' oleh kecerdasan buatan dan algoritma media sosial, saat ini mengancam keberadaan wartawan manusia dan eksistensi media konvensional yang menaungi wartawan tersebut?

Kalau melihat kondisi sekarang, rasa-rasanya media konvensional masih belum sampai tahap benar-benar terpinggirkan. 

Sepengamatan saya, justru media konvensional mencoba beradaptasi dengan perkembangan teknologi termasuk perkembangan media sosial. Karena kita semua tentu sepakat, kian berkembangnya teknologi dan media sosial adalah sebuah keniscayaan yang tak mungkin terhindarkan.

Media sosial juga kini banyak menjadi rujukan bagi media konvensional dalam membuat konten pemberitaan maupun perbincangan. Bahkan sekarang ada fenomena manusia penghasil konten di media sosial malah dimanfaatkan oleh media konvensional untuk menaikkan jumlah pemirsa, yang akan ditransmisikan dalam bentuk pundi-pundi bagi media konvensional yang bersangkutan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun