Fenomena penyalahgunaan, penimbunan, pengurangan serta pengoplosan produk MinyaKita oleh beberapa oknum ini mencerminkan adanya degradasi moral bangsa yang akut, terutama dalam dunia bisnis.
Bahkan, hampir semua tindak kejahatan korupsi yang sudah terbongkar dan saat sekarang ini sedang menjalani pemeriksaan juga tidak lepas dari unsur bisnis. Mulai dari korupsi tambang, emas alias antam, gula, pertamina dan sebagainya yang sudah merugikan bangsa dan negara.
Kemorosotan moral dimaksud adalah hilangnya kejujuran dan amanah dari kamus kehidupan para pengusaha dalam melakukan perniagaan. Kalaupun ada, kemungkinan besar urutannya di posisi paling terakhir dan sama sekali tidak dijadikan tuntunan.
Hingga muncul istilah, "Kalau dagang jujur di Indonesia tidak akan pernah untung." Ini karena saking bobroknya sistem perniagaan kita di Indonesia. Semuanya harus manipulatif, mulai dari pengajuan izin, proses produksi, penyimpanan hingga pendistribusian.
Jadi, banyak pelaku usaha yang lebih mengutamakan keuntungan pribadi sebanyak-banyaknya dalam berniaga dibandingkan kemaslahatan banyak orang. Dalam artian, yang penting dapat meraup keuntungan banyak meskipun dengan cara memanipulasi dan mengkorupsi.
Laku seperti ini memang didukung penuh oleh sikap serakah dari individu sekaligus ingin kaya dalam waktu yang sangat instan. Akhirnya, mereka membuang jauh-juah nilai-nilai kejujuran demi mewujudkan ambisinya.
Dapat dibayangkan, jualan MinyaKita tanpa harus dikurangi, dioplos dan dinaikkan harganya sebenarnya juga masih mendapatkan keuntungan finansial. Namun, karena sikap serakah dan hilangnya nilai kejujuran dalam dirinya mereka berani melakukan perniagaan secara tidak jujur
Krisis moralitas yang melanda bangsa Indonesia terutama di dunia bisnis saat ini bukan hanya berdampak pada stabilitas ekonomi secara nasional, tetapi turut melemahkan kepercayaan masyarakat terhadap sistem perniagaan yang seharusnya hal ini berjalan secara jujur, adil dan transparan.
Islam dan Kejujuran dalam Berniaga
Semua agama pasti mengajarkan kejujuran dalam berniaga, tak terkecuali ajaran agama Islam yang dianut oleh mayoritas masyarakat Indonesia. Secara spesifik, Islam telah mengajarkan tentang pentingnya kejujuran dalam berniaga.
Rasulullah SAW bersabda, "Pedagang yang jujur dan terpecaya dalam berniaga akan bersama para nabi, orang-orang jujur dan para syuhada di hari kiamat." (HR: Tirmidzi). Pesan ini ingin menunjukkan bahwa kejujuran bukan hanya sekadar nilai moral, tapi tanggung jawab individu yang berdampak pada kehidupan dunia dan akhirat.