Mohon tunggu...
bustanol arifin
bustanol arifin Mohon Tunggu... Happy Reader | Happy Writer

Tertarik Bahas Media dan Politik | Sore Hari Bahas Cinta | Sesekali Bahas Entrepreneurship

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kasus MinyaKita dan Pentingnya Kejujuran dalam Berniaga

16 Maret 2025   11:53 Diperbarui: 17 Maret 2025   16:33 667
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Produk minyak goreng curah kemasan besutan Kementerian Perdagangan, Minyakita | Dok. Kemendag RI

Fenomena penyalahgunaan, penimbunan, pengurangan serta pengoplosan produk MinyaKita oleh beberapa oknum ini mencerminkan adanya degradasi moral bangsa yang akut, terutama dalam dunia bisnis.

Bahkan, hampir semua tindak kejahatan korupsi yang sudah terbongkar dan saat sekarang ini sedang menjalani pemeriksaan juga tidak lepas dari unsur bisnis. Mulai dari korupsi tambang, emas alias antam, gula, pertamina dan sebagainya yang sudah merugikan bangsa dan negara.

Kemorosotan moral dimaksud adalah hilangnya kejujuran dan amanah dari kamus kehidupan para pengusaha dalam melakukan perniagaan. Kalaupun ada, kemungkinan besar urutannya di posisi paling terakhir dan sama sekali tidak dijadikan tuntunan.

Hingga muncul istilah, "Kalau dagang jujur di Indonesia tidak akan pernah untung." Ini karena saking bobroknya sistem perniagaan kita di Indonesia. Semuanya harus manipulatif, mulai dari pengajuan izin, proses produksi, penyimpanan hingga pendistribusian.

Jadi, banyak pelaku usaha yang lebih mengutamakan keuntungan pribadi sebanyak-banyaknya dalam berniaga dibandingkan kemaslahatan banyak orang. Dalam artian, yang penting dapat meraup keuntungan banyak meskipun dengan cara memanipulasi dan mengkorupsi.

Laku seperti ini memang didukung penuh oleh sikap serakah dari individu sekaligus ingin kaya dalam waktu yang sangat instan. Akhirnya, mereka membuang jauh-juah nilai-nilai kejujuran demi mewujudkan ambisinya.

Dapat dibayangkan, jualan MinyaKita tanpa harus dikurangi, dioplos dan dinaikkan harganya sebenarnya juga masih mendapatkan keuntungan finansial. Namun, karena sikap serakah dan hilangnya nilai kejujuran dalam dirinya mereka berani melakukan perniagaan secara tidak jujur

Krisis moralitas yang melanda bangsa Indonesia terutama di dunia bisnis saat ini bukan hanya berdampak pada stabilitas ekonomi secara nasional, tetapi turut melemahkan kepercayaan masyarakat terhadap sistem perniagaan yang seharusnya hal ini berjalan secara jujur, adil dan transparan.

Islam dan Kejujuran dalam Berniaga

Semua agama pasti mengajarkan kejujuran dalam berniaga, tak terkecuali ajaran agama Islam yang dianut oleh mayoritas masyarakat Indonesia. Secara spesifik, Islam telah mengajarkan tentang pentingnya kejujuran dalam berniaga.

Rasulullah SAW bersabda, "Pedagang yang jujur dan terpecaya dalam berniaga akan bersama para nabi, orang-orang jujur dan para syuhada di hari kiamat." (HR: Tirmidzi). Pesan ini ingin menunjukkan bahwa kejujuran bukan hanya sekadar nilai moral, tapi tanggung jawab individu yang berdampak pada kehidupan dunia dan akhirat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun