Mohon tunggu...
bustanol arifin
bustanol arifin Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Happy Reader | Happy Writer

Tertarik Bahas Media dan Politik | Sore Hari Bahas Cinta | Sesekali Bahas Entrepreneurship

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Merawat Objektivitas dan Rasionalitas dalam Pemilu

2 Februari 2024   06:20 Diperbarui: 7 Februari 2024   02:16 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi pemilu 2024. (Kompas.id/Supriyanto)

Pemicu utamanya tak lain karena ingin memenangi kontestasi, mengalahkan rival politik yang jumlahnya untuk pemilu legislatif mencapai ribuan. Sementara fakta lapangan menyebutkan kalau dirinya sulit keluar sebagai pemenang.

Selain itu, sebagaimana jamak diketahui bahwa modal untuk maju menjadi peserta pemilu itu sangatlah mahal dan pastinya setiap peserta mengeluarkan banyak biaya. Bila niatnya bukan demi perjuangan untuk bangsa dan negara, pasti akan merasa kehilangan. Makanya, tidaklah heran seusai pemilu yang gagal menang bisa stres dan masuk rumah sakit jiwa. 

Pada pemilu sebelumnya, banyak kasus orang meminta kembali bantuan yang sudah diberikan kepada masyarakat karena gagal menang atau kalah dalam kontestasi pemilu. Ada lagi peserta pemilu emosi lalu marah-marah, menyalahkan lembaga survie, media sampai penyelenggara pemilu gara-gara tidak percaya pada kekalahan.

Inilah kemudian yang mendorong para kontestan pemilu untuk melakukan segala cara supaya dapat memenangi pemilu, semisal politik uang, kampanye hitam, kampanye negatif, bermain curang dan lain sebagainya.

Jika satu saja dilakukan, misalnya politik uang, maka sesungguhnya hal ini sudah tidak rasional apalagi objektif. Visinya mensejahterakan rakyat, memperjuangkan aspirasi masyarakat dan memberantas korupsi, tapi dengan cara menyogok dan jelas ini tidak akan pernah masuk akal. Bagaimana mungkin tindakan seperti ini dibenarkan oleh akal sehat?

Lebih tidak masuk akal lagi, tatkala banyak kontestan pemilu datang ke dukun, meminta agar dimenangkan dalam pemilu. Konon, para dukun politik atau guru spiritual ini bisa membantu memenangkan kandidat tertentu dengan bantuan makhluk gaib.

Intinya, ingin menang dan tidak mau kalah merupakan penyebab utama hilangnya rasionalitas dan objektivitas seorang peserta pemilu. Mereka yang menggunakan segala cara agar menang pemilu termasuk orang yang hilang akal sehatnya, alias sakit jiwa.

Hilangnya Objektivitas dan Rasionalitas Pemilih 

Seperti dijelaskan di awal tulisan ini, banyak orang tak lagi jernih berpikir karena mendukung salah satu capres-cawapres. Mengurung diri dalam barisan tertentu dan menolak bergabung dengan barisan lain karena dianggap berseberangan.

Padahal, objektivitas itu sangat penting supaya keputusan kita dalam memilih pemimpin nanti benar-benar berdasarkan fakta, bukan prasangka. Menilai seorang calon pemimpin secara bijak, bajik dan rasional.

Ya, masing-masing pendukung capres-cawapres sama-sama militan dalam mendukung serta membela sang idola. Mengaku pencinta, pada saat bersamaan menuduh orang yang berbeda pilihan sebagai pembenci.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun