BELUM juga diumumkan secara resmi oleh PSSI, nama Patrick Kluivert sudah ramai dibicarakan. Sayangnya, topik pembicaraan bukan soal strategi atau pengalamannya di sepak bola, melainkan soal masa lalunya yang tak ada kaitan dengan lapangan hijau. Banyak yang buru-buru menghakimi, padahal rekam jejaknya sebagai pelatih justru cukup menarik untuk dibahas.
Saya pribadi sedikit-banyak memahami kenapa ini terjadi. Tak lain tak bukan pemecatan Shin Tae-yong yang membuat jagat maya heboh. Adalah gelombang kekecewaan netizen yang kemudian membanjiri media sosial, hingga berujung pada hujatan personal terhadap sosok yang disebut-sebut bakal menjadi penggantinya di timnas Indonesia: Patrick Kluivert.
Alih-alih membahas kualitasnya sebagai pelatih, banyak yang justru menggali sisi pribadi Kluivert—sebuah serangan ad hominem yang jauh dari konteks sepak bola serta semangat sportivitas olahraga. Ironisnya, beberapa jurnalis populer ikut-ikutan menyorot sisi negatif ini, menyebarkan tangkapan layar pemberitaan miring yang memperkeruh suasana.
Ketika ada yang mencoba mengingatkan, responsnya justru bernada sinis: “Memangnya ada hal positif dari Kluivert?” Sebuah sikap yang mencerminkan kemalasan berpikir, karena dengan sedikit pencarian, rekam jejak kepelatihan Kluivert bisa ditemukan dan dijadikan bahan diskusi yang lebih sehat dan berimbang.
Bermula dari Asisten ke Manajer
Kiprah Kluivert di dunia kepelatihan dimulai dari AZ Alkmaar, sebagai asisten Louis van Gaal (2008–2010). Sebagai pelatih striker, ia menangani para penyerang AZ. Termasuklah Mounir El Hamdaoui yang keluar sebagai top scorer Eredivisie saat AZ menjuarai liga musim 2008–09.
Lalu Kluivert sempat melatih di Australia (Brisbane Roar) dan NEC Nijmegen, sebelum menjadi manajer Jong Twente, tim muda FC Twente. Di sana, ia membawa Jong Twente menjuarai Beloften Eredivisie—liga cadangan di Belanda.
Well, raihan gelar juara bersama Jong Twente ini sebuah prestasi yang membuktikan kemampuan Kluivert dalam meracik strategi dan membina pemain muda. Sayangnya, netizen kita malah meremehkan capaian tersebut laiknya mereka mengejek Piala AFF sebagai “piala ciki.”
Pengalaman Internasional dan Kesuksesan di Curacao
Sebagai asisten Van Gaal, Kluivert ikut membawa Belanda lolos ke Piala Dunia 2014 tanpa kekalahan sekalipun selama kualifikasi. Kemudian di putaran final di Brasil, mereka melaju hingga semifinal, hanya kalah sekali dari Argentina dan itupun lewat adu penalti.