Mohon tunggu...
Eko Nurhuda
Eko Nurhuda Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja Serabutan

Peminat sejarah dan penikmat sepak bola. Tulisannya pernah dimuat di Tabloid BOLA, BOLAVaganza, FourFourTwo Indonesia, detikSport, juga Jambi Ekspres, Telusuri.id dan Mojok.co. Sempat pula menelurkan beberapa buku seputar blog-internet. Kini berkecimpung di dunia novel online dan digital self-publishing.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Mengapa Ratu Tisha Hanya Maju sebagai Cawaketum PSSI?

16 Januari 2023   09:09 Diperbarui: 8 Februari 2024   12:59 1141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ratu Tisha | KOMPAS.com/NUGYASA LAKSAMANA

Keputusan Erick Thohir mencalonkan diri sebagai Ketua Umum PSSI 2023-2027 disambut hangat banyak pihak. Demikian pula saat Ratu Tisha Destria turut muncul mengembalikan berkas pendaftaran.

Sayangnya, kenapa Mbak eks-Sekjen ini hanya maju sebagai calon wakil ketua umum?

Jika membanding-bandingkan kiprah dan peran di jagat bola sepak nasional, saya menjagokan Ratu Tisha di atas Erick Thohir. Apatah lagi jika pembandingnya adalah La Nyalla Mahmud Mataliti.

FOTO: Istimewa via TopMetro
FOTO: Istimewa via TopMetro

Betul, Erick Thohir kenyang pengalaman di dunia olahraga nasional dan juga internasional. Di level domestik, beliau adalah pemilik klub basket Satria Muda dan pernah memimpin Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia (Perbasi).

Di level dunia, menjabarkan sepak terjang Erick Thohir bakal jadi beberapa paragraf. Saking panjangnya, kalian dijamin bosan dan juga tidak akan ingat apa saja yang pernah dijabat dan dijalani oleh beliau.

Maka, kita singkat saja. Berkat kiprah beliau di dunia olahraga level global, utamanya bola basket, Komite Olimpiade Internasional (IOC) mengangkat Erick Thohir sebagai member sejak 2019.

Apa itu IOC member? Dengan status ini, Erick Thohir merupakan perwakilan IOC untuk Indonesia. Tugasnya adalah mewakili dan mempromosikan kegiatan-kegiatan olahraga yang terkait dengan IOC di negara asalnya (sumber).

Meski seabreg, pengalaman dan kecenderungan Erick Thohir adalah di bola basket. Laman IOC sendiri menyebutkan hal ini. Curriculum vitae Menteri BUMN ini lebih banyak diisi dengan pengalaman di dunia basketball.

Apakah seseorang yang berlatar belakang bola basket tidak bisa atau tidak layak menangani sepak bola?

Mustinya tidak masalah. Saya pribadi lebih senang PSSI diurus 'orang basket' ketimbang sosok-sosok yang tujuan utamanya mengincar elektabilitas atau lainnya.

Di sinilah titik lemah Erick Thohir di mata saya. Beliau orang pemerintahan, tengah menjabat Menteri BUMN. Sementara kita sama tahu, dalam tempo setahun mendatang bakal ada Pemilu.

Bukan ingin berburuk sangka, tetapi insan sepakbola sudah semestinya waspada jika ada orang pemerintahan maupun tokoh yang cenderung pada dunia politik ingin masuk kepengurusan PSSI. Setidak-tidaknya harus bisa memastikan niatnya tulus, bukan karena tujuan-tujuan lain di luar sepakbola.

Maka, jangan tanya apa pendapat saya mengenai La Nyalla. Selain karena ia seorang senator di Dewan Perwakilan Daerah (DPD), rekam jejaknya di mata saya sangat kelam.

Memori KPSI

Memang benar La Nyalla punya track record panjang di dunia sepak bola. Bahkan pernah menjadi Ketua Umum PSSI, meski diwarnai noda dengan jatuhnya sanksi FIFA bagi Indonesia.

Namun saya tak akan pernah lupa apa yang pernah dilakukan La Nyalla pada sepak bola Indonesia tepat 10 tahun lalu. Tidak akan pernah lupa seumur hidup.

La Nyalla adalah penggagas terbentuknya Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI) yang, diakui atau tidak, membelah dua sepak bola Indonesia saat PSSI dipimpin Prof. Djohar Arifin Husin. Aksi yang membawa efek negatif pada performa tim nasional Indonesia.

Masih ingat wajah masam Aji Santoso saat Indonesia digasak Bahrain 10-0 pada 29 Februari 2012?

Penyebabnya adalah timnas kita tercinta ketika itu diperkuat pemain-pemain minim pengalaman. Partai ini bahkan merupakan laga debut bagi delapan pemain dalam starting line up.

Kalau ada yang bertanya kenapa timnas Indonesia menurunkan pemain-pemain tak berpengalaman, minta jawabannya pada La Nyalla. Sebab KPSI yang ia pimpin kala itu melarang klub-klub Liga Super Indonesia (LSI) dalam naungannya melepas pemain ke timnas.

Ya, dengan kata lain KPSI memboikot timnas. Pemain yang nekat melanggar, diancam sanksi. Karena tak ingin periuk nasinya terguling, banyak pemain akhirnya mengabaikan panggilan dari timnas.

Alhasil, PSSI hanya bisa memanggil pemain-pemain yang berlaga di Liga Primer Indonesia (LPI). Para pemain yang jumlah cap-nya masih sedikit, bahkan ada yang belum pernah sama sekali membela timnas.

Di Piala AFF 2012, skuat Indonesia diisi pemain-pemain yang jumlah cap-nya 7 ke bawah. Hanya empat pemain dalam tim asuhan Nil Maizar kala itu yang memiliki cap dua digit: Bambang Pamungkas (83), Elie Aiboy (46), Oktovianus Maniani (19) dan Irfan Bachdim (18).

Keputusan Bambang membela timnas waktu itu jadi pusat pemberitaan, sebab klub yang dia bela tergabung dalam LSI. Namun Bepe tak gentar. Dia juga lebih memilih keluar dari klubnya karena merasa tak punya kesamaan prinsip.

Kalau ada yang mengejek Tonnie Cussell dan Jhon van Beukering sebagai pemain naturalisasi asal-asalan lagi gagal, boikot dari KPSI-lah yang memaksa PSSI mencari tambahan pemain. Bersama Raphael Maitimo, dua nama pertama adalah trio naturalisasi dalam skuat Indonesia di Piala AFF 2012.

KPSI boleh saja menyebut diri sebagai penyelamat sepak bola Indonesia. Nyatanya, dengan memboikot timnas mereka telah menggembosi kekuatan negara sendiri sehingga mencatatkan malu di negeri orang.

Kekalahan 0-10 dari Bahrain adalah rekor baru setelah skor 0-9 dari Denmark pada 1974. 

Paling Potensial

Di mata saya, dari tiga kandidat Ketum dan Waketum yang sudah mengembalikan berkas pencalonan, Ratu Tisha adalah sosok yang paling potensial membawa perubahan bagi sepak bola Indonesia. Disclaimer: penilaian saya bisa salah, tentu saja.

Kita sama tahu keturunan bangsawan Banten ini pernah menjadi sekretaris jenderal PSSI, jabatan yang baru dia tinggalkan dua tahun lalu. Di masa Ratu Tisha berada dalam kepengurusan PSSI, ada beberapa gebrakan yang layak diacungi jempol.

Dimulai dari Shin Tae-yong, ya. Pelatih asal Korea Selatan ini mau melatih Timnas Indonesia berkat lobi-lobi yang dilakukan oleh, atau setidaknya pada masa, Ratu Tisha.

STY memang belum bisa memberi piala untuk kita, tetapi progres Timnas sangat terlihat. Buktinya? Sejak ditangani Coach Shin, sudah naik berapa angka ranking FIFA Indonesia?

Perempuan kelahiran 30 Desember ini juga tahu betul simpul-simpul mana yang harus dibenahi agar sepak bola Indonesia meningkat. Pembenahan sumber daya manusia menjadi program prioritas pada masanya.

Misalnya dengan menggelar Pelatihan Wasit Premiere Skills yang dimulai sejak 2017. Diikuti dengan program workshop wasit setahun setelahnya. Ratu Tisha tampak paham sekali kualitas kompetisi ditentukan oleh kemampuan wasit selaku pengadil pertandingan.

Kualitas pelatih juga diperhatikan oleh Ratu Tisha. Ada kursus lisensi pelatih AFC Pro pada awal 2020 dan pada saat bersamaan digelar pula kursus Lisensi B PSSI. Pesertanya berjumlah total 120-an orang.

Untuk urusan pembinaan pemain muda, ada kompetisi Elite Pro Academy (EPA) yang digelindingkan sejak 2018. Terdapat tiga level usia dalam EPA, yakni U16, U18 dan U20. Kita sama tahu, beberapa pemain timnas yunior lahir dari program ini.

Kemudian sepak bola wanita yang lamaaaaaaaa sekali mati suri, kembali dihidupkan dengan menggelar Liga 1 Putri sejak 2019. Berterima kasihlah karena kalian para jomblowan jadi mengenal Zahra Muzdalifah, Anggita Octaviani, Sabreena Dressler, dll.

Hanya sekian tahun berkantor di Senayan, itupun "hanya" sebagai Sekjen, tetapi ada seabreg program visioner yang telah ditelurkan oleh Ratu Tisha. Coba bayangkan kalau dirinya menduduki posisi puncak, sebagai Ketua Umum PSSI 2023-2027.

Oya, hampir lupa. Di antara sekian kontribusi Ratu Tisha pada dunia sepak bola Indonesia, menurut saya yang paling tak ternilai adalah kiprahnya bersama LabBola. Dia membawa permainan bola bulat di Tanah Air lebih maju dan saintifik dengan memanfaatkan analisis data.

Melihat kiprahnya ini, tidak heran kalau AFF dan bahkan AFC memberikan tempat pada Ratu Tisha untuk duduk sebagai pengurus. Pendek kata, kemampuan Ratu Tisha diakui di tingkat regional dan konfederasi.

Satu poin lagi yang paling penting, setahu saya Ratu Tisha bersih dari pengaruh politik. Ia bukan kader partai tertentu, bukan pula orang pemerintahan. Benar-benar seorang profesional dalam dunia sepakbola.

Maka dari itu, saya sungguh menyayangkan jika calon paling potensial ini justru hanya mendaftarkan diri sebagai calon wakil ketua umum. Mengapa tidak sekalian mengincar kursi ketua umum saja sih, Mbak?

Hati saya, kalau dibelah, isinya hanya sepak bola. -Ratu Tisha

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun