Mohon tunggu...
Eko Nurhuda
Eko Nurhuda Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja Serabutan

Peminat sejarah dan penikmat sepak bola. Tulisannya pernah dimuat di Tabloid BOLA, BOLAVaganza, FourFourTwo Indonesia, detikSport, juga Jambi Ekspres, Telusuri.id dan Mojok.co. Sempat pula menelurkan beberapa buku seputar blog-internet. Kini berkecimpung di dunia novel online dan digital self-publishing.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Mengapa Ratu Tisha Hanya Maju sebagai Cawaketum PSSI?

16 Januari 2023   09:09 Diperbarui: 8 Februari 2024   12:59 1120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ratu Tisha | KOMPAS.com/NUGYASA LAKSAMANA

Alhasil, PSSI hanya bisa memanggil pemain-pemain yang berlaga di Liga Primer Indonesia (LPI). Para pemain yang jumlah cap-nya masih sedikit, bahkan ada yang belum pernah sama sekali membela timnas.

Di Piala AFF 2012, skuat Indonesia diisi pemain-pemain yang jumlah cap-nya 7 ke bawah. Hanya empat pemain dalam tim asuhan Nil Maizar kala itu yang memiliki cap dua digit: Bambang Pamungkas (83), Elie Aiboy (46), Oktovianus Maniani (19) dan Irfan Bachdim (18).

Keputusan Bambang membela timnas waktu itu jadi pusat pemberitaan, sebab klub yang dia bela tergabung dalam LSI. Namun Bepe tak gentar. Dia juga lebih memilih keluar dari klubnya karena merasa tak punya kesamaan prinsip.

Kalau ada yang mengejek Tonnie Cussell dan Jhon van Beukering sebagai pemain naturalisasi asal-asalan lagi gagal, boikot dari KPSI-lah yang memaksa PSSI mencari tambahan pemain. Bersama Raphael Maitimo, dua nama pertama adalah trio naturalisasi dalam skuat Indonesia di Piala AFF 2012.

KPSI boleh saja menyebut diri sebagai penyelamat sepak bola Indonesia. Nyatanya, dengan memboikot timnas mereka telah menggembosi kekuatan negara sendiri sehingga mencatatkan malu di negeri orang.

Kekalahan 0-10 dari Bahrain adalah rekor baru setelah skor 0-9 dari Denmark pada 1974. 

Paling Potensial

Di mata saya, dari tiga kandidat Ketum dan Waketum yang sudah mengembalikan berkas pencalonan, Ratu Tisha adalah sosok yang paling potensial membawa perubahan bagi sepak bola Indonesia. Disclaimer: penilaian saya bisa salah, tentu saja.

Kita sama tahu keturunan bangsawan Banten ini pernah menjadi sekretaris jenderal PSSI, jabatan yang baru dia tinggalkan dua tahun lalu. Di masa Ratu Tisha berada dalam kepengurusan PSSI, ada beberapa gebrakan yang layak diacungi jempol.

Dimulai dari Shin Tae-yong, ya. Pelatih asal Korea Selatan ini mau melatih Timnas Indonesia berkat lobi-lobi yang dilakukan oleh, atau setidaknya pada masa, Ratu Tisha.

STY memang belum bisa memberi piala untuk kita, tetapi progres Timnas sangat terlihat. Buktinya? Sejak ditangani Coach Shin, sudah naik berapa angka ranking FIFA Indonesia?

Perempuan kelahiran 30 Desember ini juga tahu betul simpul-simpul mana yang harus dibenahi agar sepak bola Indonesia meningkat. Pembenahan sumber daya manusia menjadi program prioritas pada masanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun