Mohon tunggu...
Bung Amas
Bung Amas Mohon Tunggu... Jurnalis - Kolektor

Pernah kuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unsrat Manado

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

The Lost Demokrasi

12 Februari 2021   21:21 Diperbarui: 16 Februari 2021   09:19 535
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ataukah orang yang memiliki pendidikan tentang urusan laut dan kapal?. Mengapa rakyat yang tidak punya kemampuan, pengalaman dan pendidikan diperbolehkan memilih pemimpin. Lalu suara rakyat dianggap suara kebenaran?. Tidak mudah memang membangun kesadaran demokrasi.

Sembari kecerdasan publik kita bangun. Kolaborasi perlu dibangun, secara mantap. Babak baru demokrasi ke depan harusnya mampu membuat jalan penyelamatan. Rakyat diberikan kesejahteraan, bukan diberi janji-janji. Setelahnya harapan rakyat dimusnahkan.

Bagi Plato demokrasi berlawanan dengan kebenaran. Kemungkinan hal inilah yang membuktikan, sehingga proses demokrasi melahirkan pemimpin yang kurang peka terhadap rakyatnya. The lost demokrasi melahirkan pemimpin yang berwatak korup. Pemimpin yang tidak menghargai rakyat.

Demokrasi mengutamakan rakyat, bukan mengutamakan kepentingan pemimpin. Bangunlah kebiasaan berdemokrasi yang penuh disiplin. Mengajarkan rakyat berpikir dan bekerja benar, mengutamakan kepentingan semua pihak. 

Kemampuan menginternalisasi dan menjawab kebutuhan-kebutuhan rakyat yang dilakukan pemerintah, itu sama saja menunaikan tugas mulia demokrasi.  

Tantangan yang dihadapi demokrasi makin krusial dan rumit. Demokrasi makin hilang jika praktek politik uang, oligarki serta rekayasa hasil Pemilu terus dilakukan. 


Begitu pula kelompok organisasi sipil pegiat demokrasi perlu menggalang kekuatannya. Jangan berhenti sampai pada mereka saja. Kerja bersama menghidupkan demokrasi perlu dilakukan.

Salah satunya dengan menghidupkan kritik. Mendorong agar oposisi tetap tumbuh. Kebebasan publik dalam menyampaikan pendapat umum jangan dibungkam. Intervensi terhadap lembaga penyelenggara Pemilu dan lembaga-lembaga penegak hukum lainnya dihentikan. Rakyat juga jangan ditakut-takuti dengan terror kekuasaan.     

Benarkah demokrasi is dead? Benar, nilai-nilainya telah mati. Telah mati karena bujukan pemodal dan penguasa rakus. Demokrasi sedang mati. Kejujuran, keadilan sudah jarang kita temukan dalam praktek demokrasi. Yang menguasai panggung demokrasi malah kaum berduit. Di semua lini demokrasi para politisi sekongkol dengan pemilik modal atau pengusaha (cukong). Mereka yang memenangkan demokrasi adalah antek-antek pemilik modal.  

Ketidakadilan penguasa berdampak besar terhadap demokrasi. Ulah pemerintah yang tidak adil terhadap rakyat menyebabkan adanya apatisme massal. Ketidakpercayaan rakyat terhadap pemimpin. Dan bahkan, mengerikan lagi akan bermunculan pembangkangan rakyat terhadap pemerintah yang dinilai tidak demokrastis. Atas kemerosotan itu demokrasi menjadi kehilangan keseimbangan.

Demokrasi hilang ditangan mereka yang bernafsu meraih kekuasaan. Seperti meluruskan benang kusut, praktik demokrasi kita begitu kronis. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun