Mohon tunggu...
Bung Amas
Bung Amas Mohon Tunggu... Jurnalis - Kolektor

Pernah kuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unsrat Manado

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Negara Impian Tak Ada Koruptor

30 Januari 2021   20:41 Diperbarui: 31 Januari 2021   08:20 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pesona negara impian (Foto ilmyirfan.wordpress.com)

Di Negara impian, semua orang hidup rukun. Saling hormat menghormati. Pemempinanya selalu mencontohkan kejujuran. Keseriusan membangun, membela hak-hak petani. Nelayan dan kaum buruh, kaum miskin, dilakukan tanpa pilih kasih. Negara yang juga disegani  dan disenangi tetangganya.

Para koruptor tak punya tempat disini. Tak seperti di Negara seberang yang menjadi 'surga' bagi koruptor. Di Negara impian, koruptor dibumi hanguskan. Mereka dihukum setegas-tegasnya. Koruptor diperlakukan dengan cara tidak hormat. Tidak dispesialkan pemerintah. Melainkan ditembak mati.

Masyarakatnya menaruh hormat pada pemerintahnya pula. Tak ada mosi tidak percaya. Bentuk protes, sindiran-sindiran pada pemerintah pun tidak dilakukan. Begitu masyarakatnya menghormati pemimpinnya. Partisipasi publik meningkat. Apa yang dilakukan pemerintah, mendapat dukungan penuh.

Tidak ada debat-debat yang menghabiskan energi. Jauh berbeda dengan Negara tetangganya. Di Negara ini, masyarakatnya dilatih. Sopan santun, taat hukum, menjaga kepercayaan, amanah. Karena pemerintahnya terdepan memberi contoh. Tak ada para maling (koruptor) disini.

Elit pemerintah tidak korupsi. Tidak terbiasa membual. Seperti itu pula, masyarakatnya begitu simpatik, mengidolakan pemerintahnya. Disinilah masyarakat dimuliakan. Tidak ada warga nomor dua, apalagi tiga, empat dan seterusnya. Tidak ada klas sosial yang dibuat pemerintah.

Dikotomi tidak pernah ada di Negara impian ini. Masyarakat juga tidak dimusuhi. Pemerintah berlaku bijak dan arif, mengayomi. Begitu berbeda dengan perlakuan pemerintah di Negara sebelah. Yang selalu menyalahkan, menjadikan masyarakat sebagai tumbal dari ketidakmampuannya. Di Negara ini derajat masyarakat ditinggikan.

Berbeda dengan di Negara tetangga. Begitu pula dengan penegakan hukum, masyarakat dilindungi. Hukum tajamnya ke atas, ke samping juga ke bawah. Bukan seperti di Negara tetangganya yang menjadikan hukum hanya tajam ke bawah. Lalu hukum bukan panglima. Melainkan politik.

Luar biasa. Belum lagi pelayanan publik begitu mantap diberikan. Tidak diperkenankan menggunakan BPJS yang menjadi pintu masuk bisnis Negara terhadap masyarakatnya. Di sektor pendidikan juga diberikan pendidikan gratis berkualitas. Fasilitas pendidikan yang mantap. Iuran komite tidak ada disini. Tidak ada pungli. Kesadaran intelektual pemimpinnya betul-betul matang.

Masyarakat menghargai pemimpinnya. Yang mempersatukan mereka, bukanlah jembatan dan fasilitas infrastruktur. Melainkan gagasan besar pemimpinnya. Presidennya tidak membuat gaduh, tidak pula atas janjinya. Menterinya juga berfikirnya waras, bukan mau mencari untung sendiri. Tidak korup. Mereka pikirkan masyarakat, dibenar-benar mengabdi.

Negara dikelola secara demokratis dan tertib. Hubungan pemerintahan pusat dan daerah tidak tumpang-tindih. Tidak ada pendekatan 'desentralisasi setengah hati'. Tidak ada pula relasi politik sentimentil. Yang dibangun ialah semangat membangun. Rasa kebersamaan yang melahirkan cita-cita bersama.

Pemerintah yang tidak pamer kekuasaan. Tidak meminta-minta dihormati masyarakatnya. Tetapi kesadaran masyarakat untuk menghormati pemerintah tumbuh karena legacy keteladanan. Kejujuran menjadi resep mereka dalam membangun hubungan sinergitas. Masyarakat yang berbeda pendapat, jikapun ada, tak dipandangnya musuh. Tidak dibabat pemerintah.

Mereka diedukasi. Dirangkul, penegakan hukum secara manusiawi, bermartabat. Keadilan benar-benar ditegakkan. Pemerintah di Negara impian ini selalu hadir di tengah-tengah masyarakat. Dialog, persuasif menjadi model komunikasi pemerintah kepada masyarakat. Bukan represif, dan menakut-nakuti.

Kesejahteraan diberikan pemerintah secara adil. Semua elemen masyarakat diberlakukan sama. Tak mengenal perbedaan haluan politik. Presidennya benar-benar bermartabat. Sangat kompatibel, punya kepercayaan diri yang kuat. Memiliki kemampuan memimpin, tidak seperti di Negara sebelah.

Kemandirian pemimpinnya teruji. Negara impian mempunyai Presiden yang mandiri, bukan bonek. Tidak berani didikte bangsa-bangsa atau Negara tetangga. Kehadirannya di Forum PBB begitu disegani. Pidato-pidato Presidennya membangkitkan semangat juang pada masyarakatnya. Ia menyatukan, bukan membelah.

Pemimpinnya sangat anti terhadap praktek kolonialisme. Pemikiran import tidak ditakutinya. Karena pemerintahnya hebat berdialog, berpemikiran terbuka. Ketika ada masyarakatnya yang bersorban, berjenggot, pakau celana jingkrak tidak sedikitpun dituruh teroris atau radikal.

Masyarakat yang tekun beribadah, malah dihormati pempin disini. Presidennya meyakini masyarakat yang taat agama cenderung memiliki pemikiran-pemikiran positif. Mengutuk kejahatan, melawan korupsi dan perbuatan jahat lainnya. Pemimpin disini juga punya bekal cukup kuat tentang agama. Tidak sekuler, apalagi penganut komunis.

Pokoknya, pemimpin taat agama selalu membawa Negara menjadi lebih baik. Begitu pula dengan pemerintah (Presiden) yang jauh dari nilai-nilai agama, membuat Negara terpuruk. Negara dililit hutang, ditimpa berbagai musibah silih berganti. Negara impian ini menghadirkan ketenangan bagi masyarakat.

Institusi-institusi penegak hukumnya tidak dapat dikendalikan kekuatan politik. Mereka berdiri tegak di atas hukum. Tak sedikit pun mereka takut kepada elit partai pemenang di pemerintahan. Akibatnya, masyarakat begitu menghargai institusi-institusi tersebut. Masyarakat dididik dengan tindakan.

Bukan retorika, janji manis yang kebenaran realitasnya tidak ada. Pendek kata, masyarakat dan pemerintah saling mengisi. Tetap pemerintah berada di depan, menjadi pemberi arah. Pengarah, penasehat, wasit dan pembawa jalan yang bijaksana. Itu sebabnya, masyarakat sangat mengaguminya.

Belum ada demonstrasi. Saat memimpin, Presidennya tidak membangun politik dinasti. Anak-anaknya diajari menjadi mandiri, tidak bergantung pada jabatan orangtuanya. Dalam menjalankan kewenangannya, Presiden begitu tegas juga berwibawa. Tidak memanfaatkan jabatan untuk KKN.

Negara yang melestarikan keteladanan pemimpinnya. Pemimpin disini tidak sekedar berpura-pura merakyat. Tidak 'wong deso'. Ia tau masyarakatnya tidak butuh itu. Yang dibutuhkan masyarakat yakni kebijakan yang merakyat. Produk pemerintahan yang menyelamatkan kemiskinan masyarakat.  

Pemerintah dihormati karena tidak menebar kebencian pada masyarakat. Mereka menertawakan cerita, keluh kesah dari Negara tetangga. Yang pemimpinnya sok merakyat. Padahal kebijakannya pro pada kaum pemodal. Di Negara impian, masyarakat diberi pencerahan terus-menerus. Pemerintah tidak menindas masyarakatnya sendiri. Pemimpin disini begitu beretika. Juga tidak bodoh.     

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun