Mohon tunggu...
Bung Amas
Bung Amas Mohon Tunggu... Jurnalis - Kolektor

Pernah kuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unsrat Manado

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Tak Perlu Kaget, Pejabat Publik Memang Begitu

10 November 2019   11:31 Diperbarui: 13 November 2019   15:00 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi, keberadaan pejabat publik (wattpad.com/729833050)

Tidak harus mendendam. Ikhlaskan saja kalau kau pernah berjuang bersama si pejabat publik itu, pernah cinta dan peduli padanya. Tapi kini kau dicampakan, dilupakan dan tidak dibantu saat menghadapi kesulitan hidup. Kehidupan ini tidak rumit sebenarnya, kita harus ber-positive thinking, tulus ikhlas.

Allah SWT maha membolak-balikkan kehidupan kita. Ketika Allah SWT berkenan, tak ada satu makhluk pun di dunia ini yang membendungnya. Takdir Allah SWT selalu misterius dan kita tak mampu menjangkaunya, tawakkal hanya kepada Allah SWT. Serahkan semua urusan pada-Nya dalam ibadah yang khusyu.

Saling mendoakan, agar kita dipanjangkan umur. Diberikan kesehatan, kemudahan dan dijauhkan dari mara bahaya. Kita semua dijauhkan dari penyakit hati, maupun penyakit menular lainnya. 

Anggap saja pejabat publik yang kita kenal itu sedang mengurusi hal-hal yang lebih penting dari urusan kita. Jangan bersedih, jangan gentar hadapi cobaan hidup.

Mungkin kita berbeda dalam segala hal, termasuk dengan pejabat publik yang kita kagumi, kita anggap dekat dengannya. Tapi kita satu dalam cinta, yakni cinta kepada Tuhan sang pemilik jagat raja. Jangan karena sakit hati atau kecewa membuat kita saling menjegal. 

Memusuhi antara satu dengan yang lain, perbedaan pendapat dan lawan debat adalah teman berfikir. Ayo terus menumbuhkan kesadaraan kebersamaan.

Kau keracunan janji manis dari figur yang kau tokohkan, kau merasa dekat dengannya, sati visi, dan kau idolakan, tentu mengecewakan. Tapi, jangan lantas putus asa. Itu biasa, tetap berusahalah bekerja untuk menghidupi diri dan keluarga. Jangan bergantung pada manusia, bergantunglah kepada Allah SWT.

Kalau dirasa perlu meluka hijrah. Lakukanlah demi perbaikan hidupmu, kau hijrah tanpa dendam dan amarah. Mungkin saja Allah SWT menakdirkan kau ditempat lain, bisa punya peluang dan kemudahan menghidupkan kelurga.

Banyak berguguran dan menjadi korban dari kebiasaan memuliakan pejabat publik yang berlebihan. Hasilnya apa?, mereka kecewa dan marah-marah. Harusnya di era demokrasi yang transparan ini kita menjadi warga yang ramah. 

Jangan terlalu mudah naik tensi. Banyak diantara kita pasti mernah merasa tersakiti, tidak dianggap oleh pejabat publik yang pernah kita dekat dengannya.

Sudah begitu hukumnya, pejabat publik itu milik publik. bukan lagi milik personal, atau kelompok. Karena dominasi kelompok tertentu yang berlebihan akan mengkerdilkan, mereduksi peran strategi dari seorang pejabat publik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun