Mohon tunggu...
Bunga CitraLestari
Bunga CitraLestari Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Aku adalah Seorang wanita berkulit kuning langsat, berhidung mancung kecil, memiliki lesung pipi dan mata yang bulat, aku mengenakan baju panjang berwarna hitam, kelahiran tahun 2003 terlahir dari keluarga sederhana. Aku sangat mengagumi langit biru, karena tingginya langit yang membuatnya semangat untuk menggapai impianku dalam mencari ridho Allah dan warnanya yang biru yang sangat menawan dan cantik yang membuatku bersyukur karena Allah masih mengizinkanku melihat ciptaan-Nya yang begitu indah, aku juga menyukai nostalgia, karena dengan bernostalgia aku bisa belajar dari masalaluku.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Langit Senja yang Dirindukan Langit Biru

10 Agustus 2022   22:11 Diperbarui: 10 Agustus 2022   22:19 725
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Apasih Cerpen itu?

Cerpen menurut KBBI merupakan cerita pendek yang berisi tentang kisah cerita yang berisi tidak lebih dari 10 ribu kata. Pada umumnya cerita pada cerpen bisa memberikan kesan dominan dan berkonsentrasi pada permasalahan satu tokoh.

Menurut The Liang dan A. Widyamartaya cerpen adalah cerita khayal berbentuk prosa yang pendek, biasanya di bawah 10.000 kata, bertujuan menghasilkan kesan kuat dan mengandung unsur-unsur drama: oleh sebab itu alirnya pun disebut konflik dramatik (dalam Korrie, 1995:10).

Jadi, dapat disimpulkan cerpen adalah sebuah cerita pendek yang hanya menceritakan satu tokoh saja, biasanya dalam membaca cerpen cukup hanya membutuhkan waktu sekitar 5-20 menit atau satu kali duduk tergantung si pembacanya.

Nah, setelah kita mengetahui pengertian cerpen, disini saya akan memberi sebuah contoh cerpen.

SELAMAT MEMBACA;)


Langit Senja yang Dirindukan Langit Biru

***
Aku Sastra, wanita kelahiran tahun 2003, si penggemar Langit Biru. Setiap hari aku selalu ingin memandang langit biru, ketika aku melihatnya aku seperti ingin terbang ke langit menggapai impianku yang ku gantungkan pada langit doa-doaku.
Suatu hari aku sedang duduk dan membuka akun Facebook ku. Aku scroll beranda dan tiba-tiba ada notif pesan dari seorang laki-laki, yang umurnya lebih tua dariku.

Jingga, pria kelahiran tahun 1999. Ya, dia adalah laki-laki yang mengirim pesan padaku, dia adalah seorang guru bahasa Indonesia disekolah dan dipondok yang sama dengan  sepupu ku Nana, dia seorang santri dan sedang mengabdi di pondoknya sebagai ustadz. Dia datang seperti Langit Senja yang selalu aku rindukan kehadirannya.

"Assalamualaikum". Ka Jingga

"Waalaikum'salam". Jawabku.

Kala itu, aku bersikap jutek padanya, karena sebelumnya aku pernah dipatahkan oleh seseorang, jadi aku tidak ingin kembali patah untuk kedua kalinya.

Bulan Ramadhan pun tiba, waktu itu dia sempat mengajakku marathon bareng, tapiku tolak, karena malu dan mungkin aku tak pernah bertemu dengan orang asing yang hanya kenal didunia maya saja, apalagi seorang pria.

Hampir setiap hari dia mengirimkan pesan padaku, aku masih bersikap jutek padanya dan diapun terus mengejarku dengan caranya yang kadang suka menimbulkan lelucon diantara percakapanku dengannya. Hingga rasa sedikit sukapun mulai tumbuh dalam hatiku, namun aku tak menunjukan rasa ini padanya. Lalu aku dan dia hilang kontak, berbulan-bulan lamanya, hingga akhirnya kita pun menjadi orang asing kembali.

Setelah berbulan-bulan tiba, aku mendengar berita di TV bahwa ada bencana tsunami yang cukup besar di daerah tempat tinggal ka jingga. Aku sangat khawatir dengan orang-orang yang ada disekitarnya, termasuk ka jingga yang bagaimanapun dia adalah orang yang pernah aku kenal. Lalu aku pun menghubunginya melalui Facebook.
"Assalamualaikum ka, gimana kabarnya?sastra denger didaerah Kaka ada Tsunami yah? Kaka dan keluarga baik-baik saja kan?". Tanyaku.
"Waalaikum'salam, Alhamdulilah Kaka dan keluarga baik-baik saja ko, memang didaerah Kaka ada bencana tsunami, tapi alhamduliah gak sampai ke kampung Kaka." Jawab Ka Jingga.

"Alhamdulilah kalau begitu, sastra tenang dengernya". Sahutku dengan perasaan lega.

"Sastra apa kabar? Sehat? keluarga gimana? Mamah, bapak pada sehat kan?". Ka Jingga.

"Alhamdulilah ka, sastra sama keluarga sastra pada  sehat juga ko..". Jawabku. Dengan perasaan senang.
Sejak itu, aku dan dia semakin dekat, entah itu dekat sebagai pacar atau teman biasa. Karena dia tidak pernah mengungkapkan rasanya padaku begitu pun aku, kami merasa sama-sama memendam rasa. 

Hari-hari pun berganti kini cinta pun hadir, kedekatan kami seperti sepasang kekasih yang samasama tidak ingin kehilangan. Menelpon setiap hari bahkan sampai larut malam, mengingatkan kebaikan agar sholat tahajud dan membaca Al-qur'an, bertukar cerita, dan berbagi motivasi. Tidak hanya sampai disini, dia selalu melontarkan kata-kata yang tak ku mengerti, seperti teka-teki dan membuatku bingung, selalu menyelipkan canda dan membuat akupun tertawa, tapi dia adalah orang yang cukup dewasa karena sikapnya yang tegas.

"De kamu tuh seperti apa sih?". Ka Jingga

"Aku manusia biasa ka, yang jelas sastra orangnya jelek dan gak gemuk, pasti nanti Kaka kecewa kalau ketemu sastra". Jawabku.

"Ciptaan Allah iitu gaada yang jelek sastra, apalagi manusia  
Namun dibalikan lagi kepada manusia itu sendiri, bisa melihat keindahan seseorang atau hanya melihat kejelekan semata. Owh gak segemuk itu berarti kaya Naruto  kali yah punya kumis kucing wkwkwk..". Sahut ka Jingga.

"Hmm iyaiya ka, Kaka bercanda terus.. intinya sastra bukan wanita sempurna ka dan gak cantik". Kataku.

"Yaudah ga usah di bahas masalah itumah, bukan karena cantik kamu dicintai, tapi karena dicintai kamu akan merasa cantik". Ka Jingga.

***
Setelah beberapa Minggu kemuadian, aku dan dia tidak saling berkomunikasi, entah karena kesibukan masing-masing atau karena hal lain, yang jelas aku sedang memperbaiki diri, menghindari laki-laki yang bukan mahromku.

Tak lama, dia mengirimkan pesan lagi pada ku, tapi setelah kecewa menunggu kabar darinya aku menjadi jutek kembali dan ingin sekali menghindar. Tapi dia tetap mengejar ku. Kala itu aku sedang menjual beberapa barang di sosmed dengan mempromosikannya pada status dan cerita Facebook, karena waktu itu aku hanya memiliki satu akun sosmed saja.  
 
Lalu dia pun membalas cerita Facebook ku karena ingin membeli jam tangan, waktu itu aku bingung harus terima orderan ini atau tidak, lalu aku bertanya pada sahabatku biput yang kebetulan dia adalah owner olshop ku.

Aku memiliki lima sahabat (Biput, Wiwow, Widiw, Orro dan Kinong) dan yang tahu hubungan aku dengan ka jingga, hanya biput dan Wiwow.

"Putt menurut kamu aku terima jangan orderan darinya, padahalkan aku sedang menjauhinya?". Tanyaku.

"Terima aja sastra, itu kan rezeki jangan ditolak, dan anggap aja dia kostumer biasa". Jawab Biput.

"Hmm iya yah, apa salahnya dia beli, itukan rezeki". Sahutku.

'Apa mungkin dia membeli jam tangan hanya modus ingin sekali dekat denganku lagi? Ah jangan terlalu ke geeran, bisa saja kan dia benar ingin membeli jam itu karena butuh'. Pikirku.

Lalu aku terima orderan darinya, dan akupun meminta uang Dp darinya dan dia pun menyetujuinya.
Di hari Jumat, aku dan biput sedang menunggunya di depan puskesmas yang dekat dengan sekolahku, Aku pun merasa malu dan jantung ku terus berdenyut kencang tak karuan karena membayangkan betapa malunya aku untuk pertama kalinya bertemu pria yang hanya kenal didunia maya, hingga akhirnya dia dan temannya pun datang mengendarai sepeda motor menghampiri aku dan biput, aku bertingkah sangat malu, aku menarik kerudung ku untuk menutupi mulutku yang sedang berbicara padanya. Aku hampir saja membelakanginya dan tertawa kecil karena tak menyangka bisa bertemu dengannya setelah sekian lama mengenalnya di Facebook.

"Assalamualaikum". Ka Jingga.

"Waalaikum'salam". Jawabku.

"Jadi berapa DP-nya de?". Tanyanya.

"10 ribu aja ka". Jawabku. Dengan suara kecil dan malu-malu.
Diapun memberi uangnya padaku.

"Makasih ka, nanti sisanya kalau jam tangannya sudah ready yh ka". Kataku.

"Iya de, hmm de kenapa mulutnya ditutupin terus?malu yah?". Tanyanya.
Aku hanya tersenyum dan tak menjawabnya.

"Lain kali nanti mah pake cadar yah.. heheh". Sahutnya.
Aku semakin malu dan bertingkah salting.

"Owh iya, mau dianterin pulang gak sama kaka?" Tanyanya.

"Gausah ka, nanti temen Kaka gimana? Lagian biput juga nanti sendirian disini". Jawabku.

"Owh yaudah hati-hati yah, Kaka mau kepondok lagi. Assalamualaikum?". Sahutnya.

"Waalaikum'salam". Jawabku.  

Akhirnya dia dan temannya pun pergi.

Bulan Ramadhan pun tiba, kali ini dia mengajak ku untuk pergi marathon di pagi hari, namun kali ini aku sangat bersemangat untuk menerima ajakannya, tapi aku tak pergi berdua saja dengan nya, aku mengajak sepupuku Wawah dan Sabahatku Wiwow. Akhirnya aku, Wawah dan Wiwow pun pergi ke suatu tempat yang aku dan ka jingga sepakati untuk bertemu.  

Pagi itu, hujan rintik-rintik membasahi kami, sepupuku Wawah dan sahabatku Wiwow meninggalkan aku dan ka Jingga, mereka membiarkan aku dan dia bersandingan tanpa kata, hanya malu yang kurasakan saat itu. Aku sangat kesal pada sepupu dan sahabatku, yang sengaja meninggalkan aku dan dia. Karena hujannya semakin deras akhirnya kami berteduh disuatu tempat, menikmati dinginnya udara dan membuat percakapan kamipun semakin seru.

Setelah hujan sedikit reda, kamipun memutuskan untuk pergi pulang melalui jalan pintas yang disarankan ka jingga. Hujannya semakin reda, hanya ada genangan yang selalu kami lalui. Diperjalanan ini aku, wawah dan wiwow dibuat tertawa karena leluconnya ka jingga, dia selalu membuat kita tertawa bahkan karena hal sepele.
Akhirnya dipertigaan jalan, kamipun saling berpamitan dan mengucapkan salam.

***
Hubungan aku dengannya akhirnya kembali asing, lalu tiba-tiba ada seorang laki-laki yang mengirim pesan padaku. San namanya, dia adalah laki-laki kelahiran tahun 2003, ternyata dia adalah Kaka kelas sepupuku nana, sekaligus temennya ka jingga, aku tidak percaya ini, yang jelas San adalah laki-laki yang sedang ingin mendekatiku, aku bersikap biasa saja padanya, karena sedang menjaga hati untuk ka jingga. Hari-hari pun terus berlalu, dan akhirnya San berhasil mendapatkan hatiku, karena aku wanita mudah baper dan pada saat itu hubungan ku dengan ka jingga sedang tidak baik, dan aku cemburu padanya yang seringkali memposting teman wanitanya di sosmed.  

Setelah sekian lama sepertinya ka jingga pun tahu, bahwa aku dekat dengan temannya, mungkin ka jingga kecewa dengan ku. Aku merasa sangat bersalah, dan akhirnya kuputuskan hubungan
 
ku dengan San, dengan alasan ingin hijrah dan memperbaiki diri. Dan dengan lapang hati aku dan san pun tidak lagi berkomunikasi. Kini ka jingga memutuskan berpindah pondok di sekolah Tahfiz, karena ingin menjadi seorang Hafidz Qur'an.

Setelah satu tahun lamanya, aku hanya bisa stalking akun facebooknya, dan mendengar cerita Nana tentang ka jingga dipondok, sementara aku sibuk memperbaiki diri, berdakwah disosmed, menghapus foto-fotoku di sosmed, dan membuat kata motivasi. Kuputuskan membuat fanspage yang ku beri nama Langit Biru, di fanspage itu aku selalu membuat kata-kata motivasi, kadang juga suka bucin tentangnya, aku pun suka membuat puisi langit biru. Dan ku posting juga di Facebook ku, lalu ka jingga pun berkomentar.

"Aku Langit Senja sastra, bukan Langit Biru wkwk.." Komentar Ka Jingga.
Aku tak membalas komentarnya. Tapi aku merasa senang walau hanya sebuah komentarnya.

***
Hari raya Idhul Fitripun tiba, aku, dan kedua sepupuku Nana dan Wawah, yang setiap tahun merasa bahagia karena bisa bersenang-senang menikmati kebersamaan malam takbiran. Tibatiba ka jingga mengirim pesan pada Wawah yang berisi mengucapkan 'Minal aidzin' padaku, tapi aku mencoba menahan rasa baperku di depan kedua sepupu ku yang terus saja meledekku. Aku berpikir ingin sekali membalas tapi karena malu dan takut ada fitnah jadi ku tahan keinginanku ini.

Dua bulanpun berlalu, akhirnya di Hari raya Idhul Adha aku memutuskan membalas pesannya.
Aku mengirim stiker, lalu aku menghapusnya kembali karena merasa malu.

"Kenapa de??". Balas Ka Jingga.

"Cuman mau ngucapin Minal Aidzin juga ka, waktu lebaran Idhul fitri kan Kaka chat melalui Wawah. Tapi sekarang udah lebaran Idhul Adha.. maafin sastra yah ka, kalau punya salah..". Kataku. Dengan rasa bersalah.

"Iya sama sama solihah". Jawabnya.

"Aamiin.. Syukron jidan ka". Kataku. Dengan perasaan bahagia.

"Afwan". Sahutnya.

Dan sampai saat ini, aku dan dia sama sama tidak saling berkomunikasi. Mungkin hanya doa yang bisa aku panjatkan agar segera di pertemukan dalam sebuah ikatan suci. Dia bagaikan Langit Senja yang selalu Aku, Langit Biru rindukan.

Selesai...

Terimakasih sudah membaca:)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun