Mohon tunggu...
Muhammad Suryadi R
Muhammad Suryadi R Mohon Tunggu... Lainnya - Founder Lingkar Studi Aktivis Filsafat (LSAF) An-Nahdliyyah

Tall Less Write More

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pasca Buku "Menjerat Gus Dur"

2 Januari 2020   20:41 Diperbarui: 2 Januari 2020   23:54 4136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pesan dari Mbak Alissa itu harus ditangkap oleh publik sebagai alarm agar masyarakat Indonesia khususnya anak-anak GUSDURian agar tetap berkepala dingin. Essensi buku tersebut adalah ikhtiar intelektual seorang pengagum Gus Dur dalam prosesnya mengungkap data dan fakta-fakta sejarah. Para murid dan pengagum Gus Dur mestilah tenang dan slow saja.

Dalam situasi menguntungkan seperti saat sekarang ini harus disikapi dengan rasional. Kita mesti dan harus dewasa atas peristiwa yang telah terjadi 18 tahun silam itu. 

Peristiwa tersebut biarlah tersimpan sebagai memori kolektif. Toh, semula sejak saat Gus Dur masih menjabat, aroma kongkalikong itu sudah tercium bahkan para identitas penggagas-penggagasanya sudah dikantongi. 

Sikap dendam dan saling membenci pasca Menjerat Gus Dur ini tidak akan mengembalikan situasi apalagi mengembalikan Gus Dur menjadi seorang Presiden seperti tahun 2000 silam.

Sejarah tetaplah sejarah. Hikmahlah yang patut dipetik darinya. Gus Dur sendiri tidak akan pernah repot apalagi sampai mau repot memikirkan persoalan yang menderanya. Namun demikian, ia tetaplah Gus Dur. Idealismenya tetap konsisten ia perjuangkan. Jika di dalam kekuasaan ia kesulitan mewujudkan demokratisasi seperti impiannya maka di luar ia tetap memperjuangkannya. Ia terus menerus bergerak, menginspirasi dan menitipkan pesan ke seluruh masyarakat Indonesia bahwa "yang lebih penting dari politik adalah kemanusiaan".

Lengsernya Gus Dur merupakan realitas politik meski tidak dapat dibuktikan apa dan di mana letak kesalahannya, tapi ia menerimanya tanpa upaya perlawan sedikitpun. 

Bagi penulis, Gus Dur adalah seorang Kesatria yang lebih memilih prioritas kemaslhatan masyarakat banyak ketimbang mempertahankan jabatannya yang justru akan memantik api permusuhan sesama anak bangsa.

"Tidak ada jabatan di dunia ini yang perlu dipertahankan mati-matian". Begitulah pesan seorang Gus Dur sesaat setelah lengser.

Dalam keadaan apapun seorang Gus Dur tidak kehilangan sedikitpun sikap ke-Gus Durannya. Bahkan dalam keadaan genting sekalipun, sesaat sebelum lengsernya, ia masih sempat berkelakar dengan mengenakan celana buntung sembari melambaikan tangan ke hadapan para pendukungnya.

Langkahnya itu merupakan strategi meredam api amarah para pendukungnya kala itu. Ia tidak pernah kehilangan akal. Bukan Gus Dur namanya kalau kehabisan akal.

Pasca Menjerat Gus Dur kita tidak perlu melakukan apa-apa. Kita hanya harus meneladani Gus Dur tanpa putus. Sebab Gus Dur telah meneladankan banyak hal, saatnya kita melanjutkan. Buku Menjerat Gus Dur laiknya kado istimewa di Haulnya yang ke-10.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun