Menurut berbagai sumber, ubi jalar (Ipomoea batatas) lebih dari sekadar karbohidrat manis. Kandungan nutrisinya melimpah. Umbi-umbian yang dulu berasal dari Amerika Tengah dan Selatan ini mengandung:
- Vitamin A (dalam bentuk beta-karoten), yang baik untuk kesehatan mata dan kulit.
- Vitamin C, berperan dalam sistem kekebalan tubuh dan sebagai antioksidan.
- Mangan, mineral untuk kesehatan tulang.
- Kalium, menjaga keseimbangan cairan dan tekanan darah.
- Serat, untuk kesehatan pencernaan dan mengontrol gula darah.
Tanpa mengetahui peranannya untuk kesehatan, dari dulu saya memang penyuka olahan ubi jalar. Waktu masih anak-anak, mendatangi kebun ubi jalar usai dipanen.
Seizin pengolah lahan, teman-teman dan saya menggali tanah demi mencari terikan, yaitu ubi jalar yang masih tertinggal meski telah dicabuti.
"Penemuan" ubi sisa disambut gembira. Tidak mendapat berkilo-kilo, tapi hasil sedikit --mungkin tak lebih dari lima ubi-- telah membuat hati senang.
Ubi bukan diolah menjadi hidangan, melainkan dimakan mentah setelah dikupas kulitnya dengan cara didigit. Dalam proses itu, besar kemungkinan ada saja tanah yang termakan. Kok gak sakit perut, ya?
Balik ke zaman now! Sekarang saya membutuhkan olahan ubi untuk sumber serat. Maklum, setiap hari minum obat dan suplemen membuat saya sedikit agak kesulitan membuang air besar. Ubi diolah menjadi beragam masakan:
- Dikukus, dipanggang, atau digoreng.
- Dibuat menjadi keripik, kolak, atau penganan/kue sebagai camilan.
- Bisa juga ditambahkan dalam sup, salad, atau kari.
Saya terkadang menambahkan ubi rebus dalam salad, sebagai sumber karbohidrat pengganti nasi. Namun, menggorengnya merupakan cara makan ubi yang paling lumrah bagi saya.
Pandangan saya melekat pada ubi yang sedang digoreng. Mengetahui hal itu, Aip menawarkan, "Mau? Ambil saja yang sudah matang!"
"Itu bukan pesanan orang?"
"Bukan. Pemberian cuma-cuma dari penjual singkong dan ubi untuk siapa saja di sini."