DI ANTARA gorengan, buras oncom, dan penganan sarapan lainnya terdapat satu wadah isi mie. Warna kuningnya memikat hati untuk memilihnya sebagai sarapan.
Mie Glosor. Ada juga yang menyebutnya “mie seropot”. Biasanya, diburu pada bulan Ramadan oleh warga Bogor sebagai salah satu menu buka puasa.
Mie ini berwarna kuning mengilap dan mudah ditelan tanpa usaha keras dalam mengunyahnya. Tekstur mie yang licin meluncur mulus melalui saluran pencernaan ke lambung. Kata orang sini, ngegelosor. Licin, lembut, dan mudah meluncur.
Mie glosor terbuat dari tepung aci. Adonan dicampur pewarna makanan (dulu pakai kunyit), dibentuk tali, kemudian direbus agar formatnya tetap.
Syahdan Mie Glosor merupakan makanan khas Bogor. Sesungguhnya, Sukabumi merupakan daerah awal pembuat Mie Glosor dan disebut sebagai Mie Leyor.
Waktu itu, pedagang membawa bahan pangan ini melalui kereta ke Bogor. Ternyata warga Kota Hujan ini menggemarimya. Mie Glosor menjadi penganan incaran, terutama pada bulan Ramadan.
Pada perkembangan selanjutnya, Mie Glosor dibuat di Bogor. Konon, di daerah Pancasan Kota Bogor.
Dalam sebuah tayangan di YouTube, Bima Arya mengungkap bahwa produksi salah satu pabrik Mie Glosor melonjak empat kali lipat selama Ramadan, yaitu 18-20 ton per hari. Pada hari-hari biasa, rata-rata 4,5 ton.
Kenaikan produksi lantaran terjadi lonjakan permintaan. Pada bulan itu warga Bogor memburu Mie Glosor matang sebagai salah satu penganan buka puasa. Banyak penjualnya pada bulan Ramadan.
Tidak hanya di bulan suci, Mie Glosor tetap tersedia di hari-hari berbeda.