Pernyataan yang tidak bisa dipercaya dan dijelaskan. Gadis remaja itu mengaku ada, tapi orang lain menganggapnya sudah tiada.
Lantas, keluarga itu meminta bantuan Maandy mengusut asal-usul anak itu. Maandy menghubungi Lintang dan Tomi untuk menelusuri misteri tersebut.
Kemampuan indigo Lintang perlahan menguak misteri, yang kemudian membuka tabir kutukan keluarga Xiao. Sebuah kutukan dari alam paralel Petabhumi selama satu abad. Kutukan yang harus diputus agar tidak berulang.
Lintang terjebak di dalam tembok misteri. Dinding-dinding rumah keluarga Xiao mengisap jiwa-jiwa. Mengisap Lintang dan siapa saja yang ikut campur.
Selain Maandy, Lintang, dan Tomi, ikut terlibat juga di dalam rangkaian tindakan memutus kutukan keluarga Xiao adalah: Candra, Xiao bersaudara, Rapael Sianturi (Banyu Biru), suhu Yong-min, Aki Hensa, Sigit Eka Pribadi, Budi Susilo, dan lainnya.
Familier dengan beberapa nama di atas? Ya, Acek Rudy memasukkan nama-nama Kompasianer di dalam novelnya. Tentu saja, pencatuman atas seijin sang pemilik nama.
Kembali ke kisah. Selama ratusan tahun, tembok-tembok rumah keluaga Xiao mengisap jiwa-jiwa manusia. Empat puluh tahun lalu ritual Dian-feng untuk memutus mata rantai kutukan dilakukan, tapi gagal diselesaikan.
Maka, sekarang adalah saatnya untuk menghentikan kutukan. Lintang dan kawan-kawan melakukan ritual Dian-feng lagi di rumah leluhur Xiao.
Lintang menerobos tembok dan memasuki alam gaib, mungkin ia tidak bisa kembali, demi memutus kutukan keluarga Xiao, dibantu oleh teman-temannya di dunia nyata.
Berhasilkan mereka melaksanakan misi luhur? Tercapaikah maksud menghentikan serangan dari Petabhumi yang mengerikan?
***