Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

2 Versi Pelaris dalam Usaha Makanan, Mana Lebih Bagus?

5 Januari 2023   08:06 Diperbarui: 12 Januari 2023   03:40 1844
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gambar susuk paku emas oleh Karl-Heinz Lpke dari pixabay.com
Gambar susuk paku emas oleh Karl-Heinz Lpke dari pixabay.com

Singkat cerita, paku emas ditanam pada satu balok kayu penopang atap lantai dua. Harapan semua orang terlibat melambung.

Berhasil mengangkat performa penjualan?

Tidak sama sekali. Tiga bulan omzet flat, malahan cenderung menurun. Tidak kuat menahan deg-degan di dada, saya berikut seluruh pegawai melakukan terobosan dalam pengelolaan. Menggunakan cara-cara rasional.

Upaya tersebut membuahkan hasil. Pelan, tapi pasti, kasir tampak lebih sibuk menginput captain order menjadi bill kepada para tamu. Saya tersenyum. Para pegawai tersenyum.

Pelaris ala Emak

Ada saatnya pengunjung warung Emak ramai. Barang dagangan habis. Gado-gado dan nasi uduk paling laris. Kalau habis, belum jam sebelas warung sudah tutup.

Ada kalanya sepi pembeli. Masih tersisa beberapa jenis makanan. Paling mencolok adalah gorengan.

Sisa sayur gado-gado, nasi uduk, dan lontong sayur dimakan sendiri atau dibagikan kepada tetangga yang dianggap membutuhkan. Sisa gorengan, mi dan mi goreng, dan penganan dengan jumlah layak dilimpahkan kepada pesantren tradisional di pinggir Kota Bogor.

Tidak rugi?

"Enggaklah. Insyaallah barokah. Kelak ada gantinya," Emak meyakinkan saya.

Mind set! Keyakinan bahwa berjualan ada saatnya untung (laris), di lain waktu rugi (barang tidak habis). Keyakinan menguatkan dan membuat bertahan yang kemudian membentuk jiwa dagang Emak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun