Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kesepian di Antara Keramaian

17 Juni 2021   11:17 Diperbarui: 17 Juni 2021   12:11 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kereta api penuh penumpang oleh Simon dari pixabay.com

Rudolfo adalah pria lajang yang menarik, namun dalam usia menjelang kepala tiga ia belum berhasil menjadi kepala keluarga. Bukan karena terlalu pemilih. Ia mau menerima calon pasangan apa adanya. Pria yang sudah berpenghasilan itu berprinsip:

Hanya ada dua jenis makanan, yaitu yang enak dan yang enak sekali. Hanya ada dua tipe wanita, yaitu yang cantik dan yang sedap dipandang.

Ia selalu merasa kesepian di antara keramaian suara para wanita, baik di reuni, kumpulan teman sepermainan, maupun di kantor.

Kesempatan belum memberikannya ruang untuk memperoleh pasangan. Bisa juga karena sikap canggungnya ketika bercakap-cakap dengan seorang gadis.

Rudolfo berhasrat berkenalan dengan gadis pucat. Sejenak timbul keraguan, bagaimana caranya?

Gadis pucat itu berkata lirih, "pengen pipis, tapi di KRL enggak ada toilet ya?."

Lampu di kepala menyala. Bak pahlawan, Rudolfo berujar, "mari Mbak, aku antar cari kamar mandi."

Dua sejoli keluar gerbong, menyusuri jalan setapak sejajar rel. Rudolfo ingat, fasilitas di stasiun kecil ini sangat terbatas dan tidak meyakini toilet tersedia layak pakai. Di ujung peron terlihat pemukiman penduduk. Pada sebuah rumah, Rudolfo mengetuk pintu, lalu minta izin menumpang ke kamar mandi kepada pemilik rumah.

"Istrinya ya?" Gadis pucat tersipu. Rudolfo salah tingkah.

Kembali ke gerbong, gadis yang sudah tidak pucat wajahnya memerah, seolah darah mengalir kembali ke seluruh tubuh indahnya. Ia tersenyum. Tersenyum amat manis kepada Rudolfo.

"Terima kasih. Mas baik hati, tadinya aku sempat khawatir."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun