Namun aku tidak mampu menahannya lebih lama. Gelombang kesedihan membadai menghantam ruang dada kisut menonjolkan tulang belulang menggetarkan dinding bendungan.
Segera aku pamit kepada kerabatmu, sebisanya menahan napas. Dengan demikian aku bisa cepat menyingkir dari tempat menyayat itu.
Melepaskan pertahanan dinding bendungan yang sebentar lagi jebol menumpahkan seluruh isi kesedihan membanjiri mata berkelopak keriput melapuk, tanpa terlihat oleh suamimu beserta anak-anaknya yang berduka, almarhumah Reta Andini Purnamawati binti Surachman.
Di dalam dada hanya tertinggal rasa kehilangan dan penyesalan, seperti cairan cokelat kesukaanmu yang melekat abadi sampai nanti.
~~Selesai~~