Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cokelat Kenangan

16 November 2019   08:00 Diperbarui: 16 November 2019   08:06 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrated by Shutterstock

Namun aku tidak mampu menahannya lebih lama. Gelombang kesedihan membadai menghantam ruang dada kisut menonjolkan tulang belulang menggetarkan dinding bendungan.

Segera aku pamit kepada kerabatmu, sebisanya menahan napas. Dengan demikian aku bisa cepat menyingkir dari tempat menyayat itu.

Melepaskan pertahanan dinding bendungan yang sebentar lagi jebol menumpahkan seluruh isi kesedihan membanjiri mata berkelopak keriput melapuk, tanpa terlihat oleh suamimu beserta anak-anaknya yang berduka, almarhumah Reta Andini Purnamawati binti Surachman.

Di dalam dada hanya tertinggal rasa kehilangan dan penyesalan, seperti cairan cokelat kesukaanmu yang melekat abadi sampai nanti.

~~Selesai~~

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun