Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cokelat Kenangan

16 November 2019   08:00 Diperbarui: 16 November 2019   08:06 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrated by Shutterstock

Bertahun kemudian, akulah yang terkena penyakit asam urat. Kopi, merokok dan pikiran tak berkesudahan perihal karir tidak naik-naik memicu pengentalan darah.

Berakhir pada mengkristalnya cairan pelumas pada sendi-sendi kaki. Bengkak, sakitnya tidak bisa diceritakan.

Rasa sakit yang awalnya menghampiri beberapa tahun sekali. Kemudian setahun sekali, enam bulan sekali dan terakhir rutin datang tiap bulan tidak peduli sedang musim hujan atau tidak.

Engkau demikian telaten merawatku, meski belakangan disibukkan dengan kegiatan di dapur.

Kesukaan makan cokelat demikian membuatmu pandai membuat aneka olahan coklat.

Kue klemben cokelat, apa itu namanya? Oh ya, kue brownis yang laris di kalangan ibu-ibu arisan. Kue kering berupa kacang tanah kasar disiram adonan cokelat yang diam-diam kumakan sebagai kudapan.

Engkau sedemikian gusar mengetahuinya. Kacang merupakan salah satu pantanganku.

Bisnis, tepatnya dagangan, cokelat menjadi salah satu penopang konstruksi keuangan hidup berumah tangga kita. Kekuatanku menyangga atap perlindungan keluarga nyaris melemah.

Pada usia menapaki empat puluh, perjalanan memuncaki pangkat sedemikian tersendat kalah lesat dengan mereka yang masih bertenaga muda. Kompetisi yang membuat kalut.

Kekalutan mudah menyalakan emosi. Sebuah keputusan yang dimasak dengan bara api emosi telah menghasilkan penyesalan yang kelak aku ratapi seumur hidup.

Beberapa kali aku menahan agar dinding bendungan tidak jebol menumpahkan seluruh isi membanjiri keriput melapuk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun