Mohon tunggu...
Budhi Wiryawan
Budhi Wiryawan Mohon Tunggu... profesional -

mengikuti kemana darah ini mengalir....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Retak Cinta di Sepotong Kue Donat

25 Mei 2013   08:51 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:03 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

sepotong donat belum cair benar leleh coklatnya
sebab dua jam yang lalu pertengkaran itu belum menguap
dari sisa mulut dan telinga yang pengap

sepasang pasutri, barangkali
surat nikahnya pun belum sempat dibaca lagi, mungkin
sore itu baru saja keluar dari toko roti
rupanya pertengkaran akan berlanjut di rumah
entah apa ketika mereka  melihat degup jantung jaman
yang semakin kencang , tak juga mudah mengatur
katup vena, karena tensi yang perlahan naik
tak mudah juga dikendali
bukan karena rupiah yang sulit terkejar
atau karena kebutuhan akan susu, laktosa
dan jajan pasar yang kemudian merembet
hingga cicilan rumah dan motor
tak juga terbeli

sepotong donat itu pada akhirnya meleleh
bersamaan dengan lelehan keringat
dan busa yang terkumpul di mulut mereka
sesaat menyudahi pertengkaran dan prahara

donat dan  lubang bundar di tengahnya
hanyalah bagian dari riak-riak kecil
atas ketidakmampuan mereka
merasakan manisnya fatamorgana gula

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun