Mohon tunggu...
Boy Hilman
Boy Hilman Mohon Tunggu... Penegak Hukum - Pembimbing Kemasyarakatan Kemenkumham RI

Tidak mau membiasakan kebohongan, tapi sedang tumbuh di dalamnya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ibu

27 Desember 2016   01:43 Diperbarui: 27 Desember 2016   03:37 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: https://novelyzius.files.wordpress.com

Hampir beberapa waktu ini rasanya saya rindu ibu
Saya agak melankolis membicarakan kisahmu saat di rumah
Saya pilih waktu malam membicarakanmu; berdialog imaji
Akhir-akhir ini saya masih gundah berselisih waktu berkirim pesan
Menelepon pun saya ragu menanyakan tentang keadaan ibu
Tak mau dicap anak durhaka, rasa-rasanya saya hampir dekat
Kemarin ada kabar darimu; kabarmu baik dan masih sehat
Semoga selalu ibu
Kesunyian tak perlu ragu saat menyusupi diri saya
Bahkan orang tersayang pun tak bisa mengobati
Basinya lagi ia cerita; entahlah apa yang ia cerita
Mungkin kisahnya sendiri yang ia karang
Atau cerita lama yang dikisahkannya kembali, saya sudah bosan
Sudah lama saya tak berada di rumah; ruang sederhana ibu
Bunyi-bunyi mesin jahit ibu yang merangkai kain menjadi baju-baju
Saya kenakan waktu itu, saya amat senang ibu
Waktu memang tak bisa ditebak kali ini
Saya hampir lupa dengan suara ajakan sarapan pagi dulu
Saya lupa ibu masih menunggu walau si anak lupa dirinya
Membagi separuh-separuh kue sekepal tinju; rindu ibu
Maaf, Jangan lupakan saya ibu
Akhir waktu saya tetap anak ibu

Padang, 27 Desember 2016

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun