Mohon tunggu...
Bona Ventura Ventura
Bona Ventura Ventura Mohon Tunggu... Guru - Kontributor buku antologi: Presiden Jokowi: Harapan Baru Indonesia, Elex Media, 2014 - 3 Tahun Pencapaian Jokowi, Bening Pustaka, 2017 | Mengampu mapel Bahasa Indonesia, Menulis Kreatif, dan media digital

#Dear TwitterBook, #LoveJourneyBook @leutikaprio

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tiga Sokoguru Pendidikan pada Masa Pandemi

31 Januari 2021   22:42 Diperbarui: 31 Januari 2021   22:58 1210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kegiatan Kepramukaan Sebelum Pandemi - Foto Dokpri

Kejadian luar biasa tiba-tiba memorak-porandakan hampir semua segi kehidupan manusia. Kini hampir mayoritas penduduk dunia melakukan beragam penyesuaian hidup agar dapat menangkal penyebaran Virus Korona.

Semua bidang kehidupan tersapu badai penyebaran Virus Korona. Pun, dunia pendidikan mengalami. Pemelajaran daring kini menjadi pilihan. Beragam aplikasi daring seperti Noosphere, Microsoft Teams, Google Classroom, Google Meet, Zoom, Cisco Webex, Kahoot, dan Quizzis menjadi pilihan sarana dalam pemelajaran.

Peran Guru

Dalam pemelajaran tatap muka guru cukup memegang peranan utama. Langkah demi langkah pemelajaran melibatkan guru, baik sebagai konseptor, fasilitator, pengajar, dan pendidik. Pada masa pandemi guru perlu mereposisi beragam peran tersebut. Akibat tiada tatap muka dalam pemelajaran, maka ada beberapa peran yang perlu disesuaikan.

Peran guru dalam pada masa pandemi lebih mengarah ke fasilitator. Guru menggerakkan peserta didik agar mampu memilih sumber belajar yang sesuai dengan gaya belajar masing-masing. Pemelajaran dari rumah memerdekakan peserta didik dalam mengatur gaya belajarnya.

Dari rumah mereka belajar dengan sarana internet yang menyediakan beragam sumber belajar. Dalam pemelajaran daring internet cukup vital perannya. Mcmanus dalam Maryanto (2011) mengungkapkan fungsi internet dalam pemelajaran yakni, internet memiliki kekuatan memotivasi peserta didik dalam mengerjakan tugas-tugas. Selain itu, mereka dapat mengakses beragam sumber belajar tanpa batas dengan internet. Internet memungkinkan pemelajaran interaktif melalui aplikasi yang sesuai.

Guru sebagai Fasilitator

Pemelajaran daring memosisikan guru sebagai fasilitator. Kehadiran internet yang bebas diakses peserta didik saat pemelajaran membuat guru bukan lagi satu-satunya sumber belajar. Peran fasilitator tidak hanya menjawab pertanyaan, tetapi ikut dalam proses pemelajaran termasuk konseling, mengadakan tutorial, dan memotivasi peserta didik (Maryanto,2011).

Penulis mengalami langsung dalam pemelajaran daring peran guru sebagai fasilitator. Selain memberikan materi pemelajaran, lalu tanya jawab, penulis memotivasi berulang kali peserta didik betapa perlu dan pentingnya menyediakan waktu khusus membaca. Satu motivasi penulis yang berulang berikan kepada mereka adalah mengibaratkan kebutuhan membaca layaknya kebutuhan makan. Jika kebutuhan makan adalah untuk memberikan nutrisi leher ke bawah, sedangkan kebutuhan membaca untuk memberikan nutrisi leher ke atas. Di SMP Pahoa terdapat jam literasi. Jam pelajaran yang disediakan khusus untuk membaca, menulis, dan berpikir kritis.

Panggilan Jiwa Seorang Guru

Pada masa pandemi panggilan jiwa seorang guru semakin dimurnikan. Keterbatasan tatap muka membuat guru perlu mengubah peran dalam proses pemelajaran daring. Pada masa pandemi ini guru perlu memiliki FAT (faith, available, teachable). Setia, sedia, dan siap belajar (Maryanto,2011). Tiga sikap tersebut relevan pada masa pandemi sekarang ini. Apakah guru setia mendampingi peserta didik dalam proses pemelajaran?

Apakah guru sedia melakukan proses pemelajaran tanpa keterpaksaan, dan apakah guru siap untuk terus belajar, terutama beragam aplikasi digital untuk pemelajaran daring? Pada masa pandemi ini menyadarkan beberapa pihak bahwa sungguh mulia peran guru.

Tidak mudah menjadi guru. Tidak semua orang dapat menjadi guru. Hanya orang-orang terpanggil yang mampu menjadi guru sejati sebab hanya orang pemberanilah yang secara sadar memilih dan memutuskan guru sebagai profesi seumur hidupnya.

Guru tidak sekadar berurusan 

dengan 'otak' (pengetahuan) 

dan 'otot' (ketrampilan), 

melainkan harus lebih masuk 

ke dalam 'hati' (moral-spiritual) 

peserta didik.

(Andrias Harefa)

Peluang dalam Pendidikan

Pada masa pandemi ini tersedia ragam peluang yang dapat dimanfaatkan dalam dunia pendidikan. Di situasi yang belum tahu kapan berakhir, para peserta didik dapat memiliki lebih banyak waktu luang untuk mengeksplorasi talenta diri.

Dalam survei tertulis yang dilakukan oleh penulis untuk peserta didik kelas 8 didapati beragam jawaban yang membahagiakan. Penulis mendampingi lima rombongan belajar di SMP Pahoa, Gading Serpong, Kab. Tangerang. Masing-masing kelas terdiri dari 30-33 peserta didik.

Hasil jawaban survei tersebut ada 30% peserta didik yang melakukan aktivitas yang selama ini belum pernah dilakukan seperti mencuci piring, memasak, merapikan kamar tidur, mencuci kendaraan, menyapu, dan mengepel.

Membaca jawaban mereka, penulis cukup terkejut. Aktivitas yang mereka lakukan berkisar pada pekerjaan rumah tangga. Sekolah di mana penulis mengajar sebagian besar orangtua peserta didik berlatarbelakang menengah. Latar belakang keluarga menengah sebagian besar pekerjaan rumah tangga dikerjakan oleh ART (asisten rumah tangga).

Dalam membantu menyelesaikan pekerjaan rumah peserta didik belajar beragam makna kehidupan. Satu yang kentara adalah mereka belajar tentang karakter kerajinan (diligence). Karakter kerajinan memuat tiga manifestasi: menggunakan waktu dan kemampuan semaksimal mungkin, menyelesaikan tanggung jawab serta segenap hati (Badudu, 2019).

Pemelajaran Karakter pada Masa Pandemi

Keluarga adalah sekolah pertama seorang anak belajar beragam hal. Salah satunya adalah pemelajaran karakter. Dalam keluarga pemelajaran karakter bermula. Lambat laun melalui pembiasaan dalam rumah, penanaman karakter anak menjadi habitus. Dengan karakter seorang anak membuat akar kebaikan dalam dirinya. Semakin lama akar kebaikan tersebut membuahkan perilaku benar dan terpuji dalam diri sang anak. 

Pembentukan karakter perlu diupayakan hari demi hari. Membentuk karakter ibarat membentuk otot dalam tubuh. Otot untuk menghadapi tantangan fisik, sedangkan karakter dalam menghadapi tantangan moral dan mental (Badudu,2019).

Kesaksian tokoh pendidikan, Sr. Fransesco Marianti, OSU (pernah menjabat Kepsek Cor Jesu, Malang dan Santa Ursula, Jakarta) bahwa melakukan pekerjaan rumah tangga dalam keluarga adalah mengajarkan seorang anak pelajaran bagaimana cara hidup.

Bagaimana cara hidup merupakan fondasi kehidupan bagi seorang anak. Ia mengisahkan kala libur sekolah diminta oleh orangtuanya membantu pekerjaan rumah tangga seperti mencuci pakaian, menyapu, mengepel, belanja ke pasar hingga memasak.

Pekerjaan rumah tangga yang seorang anak lakukan pada saat pandemi berguna sebagai membangun fondasi kehidupan. Saat melakukan pekerjaan rumah tangga ternyata seorang anak bukan hanya belajar tentang karakter kerajinan semata, melainkan ia juga belajar karakter tanggung jawab, kerja keras, dan kedisplinan.

Jadi, jangan anggap sepele melakukan pekerjaan rumah tangga. Melalui pelibatan anak melakukan pekerjaan rumah tangga, ia dapat membentuk banyak karakter yang kelak berguna di kehidupan selanjutnya.

Kegiatan Tutor Sebaya Usai Pulang Sekolah Sebelum Pandemi Melanda - Foto Dokpri
Kegiatan Tutor Sebaya Usai Pulang Sekolah Sebelum Pandemi Melanda - Foto Dokpri
Pola Belajar Efektif dari Rumah

Pola belajar efektif dari rumah memerlukan sinergi tiga pihak, yakni murid (anak), orangtua murid, dan guru. Ketiganya perlu seiring sejalan dalam pencapaian tujuan pemelajaran. Orangtua dapat mengatur pola belajar efektif untuk sang anak.

Kerjasama anak dan orangtua selama masa belajar dari rumah dapat menerapkan pola MANJIW. MANJIW merupakan akronim dari M -- membuat kesepakatan bersama, A -- atur ide aktivitas. N -- nomor satukan komunikasi, J -- jangan melanggar kesepakatan atau aturan, I -- ingat waktu dan intropeksi, serta W -- Wajibkan refleksi.

Pertama, membuat kesepakatan bersama akan lebih baik jika yang mengusulkan adalah anak. Orangtua mengkritisi jikalau ada kesepakatan dari usulan anak yang menguntungkan salah satu pihak saja.

Kedua, atur ide aktivitas secara bersama agar anak menyadari tanggung jawab utama adalah belajar. Selain itu, orangtua juga perlu melibatkan anak dalam membantu pekerjaan rumah tangga, yakni mencuci piring, menyapu rumah atau pekarangan, menemani adik bermain, dan menyediakan waktu doa bersama sekeluarga di pagi dan malam hari.

Berikutnya, Nomorsatukan Komunikasi. Intensitas pertemuan antara anak dengan orangtua selama belajar dari rumah sangat berlimpah waktu. Inilah kesempatan terbaik untuk keduanya saling lebih memahami satu sama lain. Jika sebelumnya, orangtua hanya ada waktu di akhir pekan, kini hampir tiap hari mereka selalu bersama di rumah.

Keempat, Jangan Melanggar Kesepakatan. Kesepakatan yang sudah dibuat bersama sedapat mungkin tidak dilanggar. Anak dan orangtua dapat saling mengingatkan jika ada potensi pelanggaran. 

Kelima, Ingatkan Tenggat Waktu dan Intropeksi. Masa belajar dari rumah mudah menggoda anak terdistraksi oleh internet. Orangtua perlu menekankan waktu bangun, belajar, dan tidur anak agar jam biologisnya tidak kacau.

Terakhir, Wajibkan Refleksi dan Relasi. Kuantitas waktu antara anak dan orangtua dalam masa belajar dari rumah perlu dimaksimalkan agar menjadi waktu yang berkualitas. Tiap malam orangtua dapat mengajak anak merefleksikan apa yang sudah dilakukan sepanjang hari. Pertanyaan refleksi berikut dapat dijadikan acuan: bagaimana sepanjang hari ini?, ada yang masih belum selesai? Apa saja yang sudah diselesaikan?

Penutup

Situasi pandemi di luar prediksi siapa pun. Keserbadaruratan justru menimbulkan kreativitas dalam diri guru, orangtua siswa, dan para siswa. Kreativitas guru memadukan beragam aplikasi digital pemelajaran semakin membuat pemelajaran menjadi interaktif dan menarik bagi para siswa. Kuantitas waktu yang dimiliki oleh orangtua siswa dalam mendampingi putera/puterinya belajar dari rumah semakin menguatkan ikatan antar anggota keluarga.

Tiga sokoguru pendidikan: guru, orangtua siswa, dan siswa perlu menyadari tugas dan tanggung jawab masing-masing agar tercapainya tujuan pemelajaran pada masa darurat pandemi. Jika sebelum pandemi, guru dan sekolah seringkali diserahi tanggung jawab besar dalam mendidik. Justru kini peran orangtua siswa memegang peran penting mendampingi kesuksesan putera/ puterinya dalam menuntaskan beragam target pemelajaran dari rumah.

Referensi

Sumber 1: Badudu, Rizal. 2019. Character Excellence. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

Sumber 2: Harefa, Andrias.2001. Pembelajaran di Era Serba Otonomi. Jakarta: Gramedia.

Sumber 3: Maryanto, Herman J.P.2011. Guruku Matahariku: Merenungi dan Memaknai 

                 Profesi. Jakarta: OBOR.

Sumber 4: Sufiyanta, A. Mintara. 2012. Harta Sang Guru: 53 Kutipan Inspirasi dan Refleksi.

                 Jakarta: OBOR.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun