Mohon tunggu...
Alfira AyundaAyukhan
Alfira AyundaAyukhan Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

saya adalah mahasiswa dari program study pendidikan guru pendidikan anak usia dini yang pada tahun 2023 berada dibangku semester 1

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Perspektif Pendidikan Pada Kasus Anak "Bossy"

25 Mei 2024   09:32 Diperbarui: 25 Mei 2024   10:08 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto diperagakan oleh Angger Bondan (Jawa Pos) pada 2022

Banyak orang berspekulasi bahwa mendidik anak usia dini membutuhkan kesabaran yang sangat luar biasa. Tapi hal tersebut nyatanya memang benar terjadi. Anak usia dini bukanlah orang-orang dengan pemikiran yang matang dan hanya satu kali diperintah saja, sudah paham dan lekas dilaksanakan.  Mereka adalah individu yang perlu dituntun dan dibina perlahan-lahan agar dapat memahami suatu sebab akibat terjadinya sesuatu. Mereka pula yang  harus menjadi fokus utama  bagi para orang tua dan pendidik untuk menjamin setiap pertumbuhan dan fase-fase perkembangan dalam hidupnya. Jika orang tua dan pendidik tidak mampu memberdayai hal tersebut, maka besar kemungkinan anak akan tumbuh menjadi pribadi yang kurang diharapkan kedepan.

Kita ambil contoh kasus anak superior yang banyak ditemui digenerasi zaman sekarang. Karena orang tuanya yang tak acuh dan memiliki prioritas lain, sedang guru pun mewajarkan perlakuan semacam itu, maka superior pada anak dianggap menjadi hal biasa saja dan tidak perlu dibesar-besarkan. Padahal kenyataannya, setiap perilaku dan kebiasaan yang dilakukan anak sejak kecil, sangat berpotensi untuk diteruskan dimasa mendatang.

Bagaimana jadinya jika ke-superioran anak yang dibiarkan akhirnya merubah tabiat mereka menjadi orang yang superior pula ketika  tumbuh dewasa? Apakah orang-orang disekitarnya pun akan nyaman dan senang berteman dengan orang seperti itu ? Tentu tidak. Karena pada hakikatnya, tidak ada orang yang senang dengan segelintir manusia yang terlalu meninggikan dirinya tanpa melihat bagaimana ia ketika di roda paling bawah. Namun sebenarnya, perilaku superior ini bisa dibedakan menjadi dua menurut sudut pandang yang berbeda. Superior bisa menjadi baik, ketika dipergunakan semestinya, dan bisa menjadi karakter yang amat buruk, bila digunakan untuk hal-hal yang mengganggu tatanan masyarakat.

Kita simulasikan saja superior pada kegiatan positif seperti kepemimpinan. Memang benar bahwasanya anak-anak perlu dilatih keberanian menjadi leader sejak dini. Karena dengan begitu, anak akan memiliki personality yang baik untuk tampil di kehidupan masyarakat. Dalam hal ini, superior dianggap perlu untuk mendominasi suatu kelompok yang dipimpin agar tetap berada pada satu jalur tujuan yang sama. Namun tetap saja, proporsi superior harus terus diperhatikan agar tidak salah artian dalam prosesnya. Hal-hal semacam ini patut untuk dinormalisasi menjadi perilaku yang diperbolehkan. Berbeda cerita jika sejak kecil, anak mendominasi teman-temannya untuk tujuan yang buruk. Seperti, ingin menjatuhkan, ingin terlihat paling berkuasa, ingin menjadi pusat perhatian, dan lain semacamnya. Perilaku yang disebutkan sebelumnya akan menjadi watak yang sulit diubah ketika dewasa. Mereka akan tumbuh menjadi "Bossy" dan tidak memedulikan suara orang-orang dibawahnya.

 Inilah mengapa penting bagi para pendidik dan orang tua untuk mengawasi setiap pergerakan dan perbuatan yang ditampilkan anak. Jika sejak kecil, perilaku dan perkembangan anak sudah dikontrol, mereka akan memiliki bekal untuk kehidupannya dimasa kelak tentang bagaimana sebenarnya menjadi pribadi yang baik.


Dalam teori, Skinner menyebutkan bahwa karakter bisa timbul dari penguatan yang didapatkannya, entah itu penguatan positif maupun negatif, hasil yang didapatkan juga akan mengikuti. Maka untuk menghasilkan generasi anak-anak usia dini yang berkualitas, fokus seperti ini perlu menjadi perhatian khusus untuk dilakukan. Tidak hanya mengenai superior pada anak, melainkan pada hal-hal terkait yang tentunya berdampak di kehidupan mereka kelak.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun