Mohon tunggu...
Masbom
Masbom Mohon Tunggu... Buruh - Suka cerita horor

Menulis tidaklah mudah tetapi bisa dimulai dengan bahasa yang sederhana

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Saat Kita Menjadi Alat Promosi bagi Mereka

19 Februari 2020   11:45 Diperbarui: 19 Februari 2020   11:45 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagaimana seandainya topi itu bertuliskan #02, #212, #234, #2019 Ganti Presiden, atau #2019 Tetap Jokowi ...?
Janganlah berandai-andai, karena topi itu ... just for 'nggo rame-rame'! Begitu kata tetanggaku.

Topi #01 sampai sekarang masih ada. Dan kadang-kadang Aku masih memakainya saat bersepeda di sekitaran kampung atau di jalur car free day bersama anak ragilku. Tapi kaos itu, entah sekarang ada di mana. Saat memakai topi itu Aku merasa cuek dan orang-orang juga sudah menganggap biasa saja, tidak ada yang memperhatikan dan menyapaku seperti dulu. Mungkin karena masa kampanye telah lewat. Dan tulisan dengan tagar #01 itu sudah tidak ada artinya lagi.

Berbeda dengan tulisan-tulisan merek dagang terkenal. Sampai kapan pun akan tetap dipakai untuk media promosi. Orang-orang yang memakainya pun merasa gengsinya sedikit naik karena memakai atribut dari merek dagang (brand) terkenal. Ada simbiosis mutualisme di dalamnya. Di mana seseorang mengeluarkan sejumlah uang untuk membeli barang bermerek dan merasa bangga. Sedangkan di pihak lain, brand tersebut akan semakin dikenal luas di masyarakat dan diharapkan dapat menaikkan hasil penjualan barang bermerek tersebut.

Ada dua kasus berbeda dengan tujuan yang sama di sini.

Yang pertama, tagar #01 dan nomor urut caleg. Dipakai untuk tujuan jangka pendek dan keuntungan sesaat. Media yang dipakai pun tidak memperhatikan mutu barang yang akan dipergunakan untuk promosi, seperti contoh kasus kaos di atas.  Meskipun tidak perlu membeli, hanya orang-orang yang sudah memiliki hubungan emosi dan sosial yang kuat dengan pemilik tagar dan caleg yang mau memakai barang-barang tersebut.

Tapi ada juga orang-orang bayaran di kelompok ini. Mereka mau memakai barang-barang tersebut (untuk kampanye) karena mendapatkan imbalan uang lelah. Setelah itu mereka tidak mau merawat barang itu, bahkan mungkin akan dijadikan barang bekas yang setiap saat bisa langsung dibuang.

Yang kedua adalah brand (merk dagang). Dipakai untuk tujuan dan keuntungan jangka panjang. Diperlukan biaya untuk mendapatkan barang-barang dengan mutu bagus dan bermerek terkenal. Mereka yang dulunya belum mengenal merek tersebut pun mau membeli dan memakainya karena kualitas dari barang itu. Selain itu mereka butuh eksis dan mengekspresikan dirinya di lingkungan mereka maupun di akun media sosialnya. Mereka mau merawat barang tersebut, bahkan jika rusak atau hilang mereka pun mau membelinya lagi.

Kini topi CK-ku sudah tidak ada. Ketinggalan di kantor kepala dusun waktu KKN dulu. Kemudian dilain hari Aku melihat topi CK-ku sudah dipakai oleh anak salah seorang perangkat dusun di sana.

Ya sudahlah, biar dia ikut mempromosikan tulisan CK pada masyarakat di dusun sana. Dan sudahkah tulisan CK dikenal luas di sana dan orang-orang dusun mau 'diperalat' untuk mempergunakan barang-barang dengan merek CK tersebut? Mungkin ada faktor budaya dan akses teknologi yang akan mempengaruhi perilaku konsumtif masyarakat di sana. Entahlah ... karena tidak ada survey untuk itu.

Meskipun begitu dapat ditarik kesamaan dari dua kasus di atas bahwa kita hanya sekedar menjadi alat promosi bagi mereka (pemilik tagar, caleg, maupun perusahaan pemilik brand). Secara sadar maupun tidak! Meskipun kita juga butuh itu karena alasan-alasan seperti tersebut di atas. Terjadi simbiosis mutualisme, seperti itulah adanya.

Salam.

~tepi bengawan solo.19.02.20~

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun