Mohon tunggu...
Masbom
Masbom Mohon Tunggu... Buruh - Suka cerita horor

Menulis tidaklah mudah tetapi bisa dimulai dengan bahasa yang sederhana

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Cerpen Gangsingan] Galau

20 Januari 2019   07:45 Diperbarui: 9 April 2019   00:04 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pixabay.com

Di bagian Alun-Alun Utara yang lain ....

Gadis kecil itu berkali-kali menoleh ke belakang ....

"Ada apa, Putri? Ayo cepat sedikit. Ibu masih takut sama anak-anak pencopet tadi."

"Iya, Bu."

Mereka adalah seorang Ibu bersama anak gadisnya yang baru saja menjadi korban pencopetan di arena Sekaten. Dan beruntung ada sepasang sahabat yang tidak sengaja menolong mereka. Hingga terjadi perkenalan singkat dengan anak gadisnya. 

Tetapi sang gadis kecil belum sempat mengetahui nama sepasang dewa penolongnya. Hal itu membuatnya jadi penasaran.
Putri mempercepat langkah mengikuti ibunya. Tetapi tetap saja dia sering menoleh kebelakang.

"Kakak, di manakah engkau? Tidakkah engkau lewat jalan ini jika hendak pulang? Aku belum tahu nama dan rumahmu?" kata Putri dalam hati berharap dapat bertemu lagi dengan dewa penolongnya, Sono dan Tono.

Kerlap-kerlip cahaya bintang di langit malam dan gemerlapnya lampu yang ada di sana tidak dapat menutupi kegalauan hatinya. Dia seperti merasa kehilangan setelah perpisahannya dengan salah seorang dewa penolongnya. 

Cowok ganteng itu telah mencuri perhatian sang gadis kecil periang berwajah manis. Panah asmara begitu kuat menancap dan mengikat dua hati yang baru saja bertemu.

Sepertinya Dewi Asmara lagi mabok hingga telah salah alamat dengan melontarkan panahnya pada sepasang remaja usia muda belia itu. 

Bukankah hanya akan terjadi cinta monyet saja diantara mereka berdua? Tetapi Dewi Asmara tetap pada keputusannya dan tidak akan mencabut panah asmaranya. Sehingga Putri juga merasakan apa yang dirasakan Sono saat itu ... jatuh hati pada pandangan pertama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun