Mohon tunggu...
Masbom
Masbom Mohon Tunggu... Buruh - Suka cerita horor

Menulis tidaklah mudah tetapi bisa dimulai dengan bahasa yang sederhana

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Cerpen Jogja 1990] Awal Mula Perselisihan

15 November 2018   11:55 Diperbarui: 9 April 2019   00:07 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pixabay.com


Sono sedikit terhuyung ke belakang dan menahan sakit pada lengan kirinya. Salah satu lawan tidak menyia-nyiakan kesempatan ini dan bergerak maju bersiap menyerang Sono yang sedikit limbung. Pukulan dan tendangan anak itu berkali-kali mengenai tubuhnya. Sono berusaha melindungi bagian kepala dengan ke dua tangannya.


"Dua anak itu semakin nekat dan bernafsu untuk menjatuhkanku. Aku harus keluar dari jarak jangkau serangan mereka kalau ndak ingin kehabisan nafasku."


Sono mulai terdesak dan tidak ada kesempatan untuk menghindar ataupun melakukan serangan balasan.


"Kau ...! Aku akan menghabisimu di sini!" kata salah satu anak itu sambil terus melancarkan pukulan dan tendangan bertubi-tubi ke tubuh Sono.


Perkelahian menjadi  tidak seimbang. Tono yang sejak awal mengamati perkelahian tersebut segera berlari membantu sahabatnya. Dia mengambil posisi di samping Sono. Tono yang berperawakan lebih besar dari Sono secepat kilat melayangkan pukulan ke arah teman anak itu.


"Rasakan pukulan bimaku!"


Duaakk ...!


Tepat mengenai mukanya. Anak itu sedikit terdorong ke belakang dan menghentikan serangannya. Mengetahui sahabatnya membantu, semangat Sono semakin membara. Darah mudanya kembali mendidih bergelora. Sementara Tono tetap tenang menghadapi lawannya.


"Sekarang satu lawan satu. Ayo maju kalian!!!" teriak Sono.


"Hei ...!? Belum tahu kalian berhadapan dengan siapa?"


Salah satu lawan menjawab tantangan Sono dengan pertanyaan. Sono tertegun sejenak. Dia baru menyadari bahwa lawan yang sedang di hadapannya mungkin saja anggota salah satu genk yang cukup di segani di Kota Jogja ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun