Mohon tunggu...
Rifky Pradana
Rifky Pradana Mohon Tunggu... -

Seseorang pria yang bukan termasuk golongannya rakyat 'Jelita', hanya seorang rakyat 'Jelata' saja, yang suka iseng, yang suka mengisi waktu nganggurnya untuk menghibur dirinya dengan membaca dan menuliskan uneg-unegnya yang dipostingkan di blog komunitas : Kompasiana, Politikana, serta di milis-milis yahoogroups.com : Forum Pembaca Kompas, Mediacare, Media Umat, Ekonomi Nasional, PPI-India, Indonesia Rising, Nongkrong Bareng Bareng, Wartawan Indonesia, Zamanku, Eramuslim, Sabili, Mencintai Islam, Syiar Islam, dengan nickname rifkyprdn@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Profesor Juga Manusia

9 Februari 2010   07:39 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:01 820
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Profesor adalah gelar akademis tertinggi di perguruan tinggi yang menandakan bahwa yang bersangkutan adalah maha guru atau guru besar di perguruan tinggi.

Disamping itu, juga ada profesor honoris causa. Biasanya gelar ini diberikan untuk menghormati seseorang atas jasa dan kontribusinya di bidang tertentu.

Konon, persyaratan untuk mendapatkan gelar profesor yang bukan profesor honoris causa itu tak mudah. Tak cukup banyak orang yang mampu meraih gelar tersebut.

Persyaratannya itu antara lain adalah dosen yang telah menyelesaikan pendidikan doktor atau yang telah mencapai jenjang jabatan akademik Lektor, mempunyai sejumlah karya ilmiah yang yang dipublikasikan di jurnal ilmiah yang terakreditasi, serta menunjukkan kemampuan akademik dalam membimbing calon doktor.

Biasanya masyarakat sangat hormat dan respek terhadap seseorang yang bergelar profesor. Hal itu disebabkan masyarakat sangat kagum dan hormat atas kecerdasan dan kejeniusan serta kepandaian dari seseorang yang bergelar profesor tersebut.

Contoh dari seseorang yang bergelar profesor honoris causa itu adalah profesor Haji Bacharuddin Jusuf Habibie, yang mantan Presiden Republik Indonesia.

Sedangkan salah satu contoh seseorang yang bergelar profesor itu adalah profesor Boediono, yang saat ini menjabat sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia.

Namun, yang namanya profesor itu tetaplah seorang manusia biasa. Dalam arti, bukanlah seorang Nabi yang Maksum.

Seorang profesor bukanlah seseorang yang Maksum, yang terbebas dari melakukan sesuatu kesalahan baik itu disengaja atau tidak disengaja.

Bukanlah juga seseorang yang seperti Mursyid Sufi atau Resi Begawan yang terbebas sepenuhnya dari pamrih dan ambisi serta kepentingan syahwat diri ataupun kepentingan syahwat kelompoknya.

Perkataan dan fatwanya juga bukanlah berarti seperti sabda seorang Nabi. Ilmu dan teorinya juga bukanlah berarti seperti ayat-ayat suci dari kalam Illahi yang kebenarannya adalah haq dan mutlak.

Jadi, yang namanya profesor tetap saja mempunyai kemungkinan berbuat kesalahan.

Perbuatan salah yang bisa jadi suatu kekhilafan tak disengaja, namun bisa jadi juga diniatkan atau disengaja untuk berbuat kesalahan itu.

Motivasi yang mendorongnya melakukan perbuatannya itu terbuka juga kemungkinan dilandasi adanya pamrih dan ambisi terhadap sesuatu yang ingin diraihnya, demi memenuhi hasrat dan syahwat kepentingan dirinya sendiri.

Dan, juga ada kemungkinan lain, yaitu karena dilandasi motivasi yang untuk memenuhi hasrat dan syahwat kepentingan kelompoknya.

Baru-baru ini ada seorang yang bergelar profesor dari sebuah perguruan tinggi di Bandung Jawa Barat, yang telah membuat kerepotan harian umum The Jakarta Post. Kerepotan yang ditimbulkan oleh artikel berjudul ‘RI as A New Middle Power ?'.

Profesor itu, lantaran perbuatannya yang merilis artikel tersebut, telah menuai kecaman dan penghakiman telah berbuat kesalahan. Perbuatan yang bagi kalangan akademisi dikategorikan sebagai perbuatan buruk dan tercela.

Banyak kalangan yang merasa heran bahwa profesor ternyata bisa juga sampai melakukan kesalahan. Bahkan, beberapa kalangan tetap tak bisa mempercayai dan tetap berpendapat bahwa profesor itu tak mungkin bisa melakukan kesalahan.

Mungkin, seharusnya tak perlu heran, cukup dimaklumi saja. Sebab, profesor juga manusia, manusia biasa.

Wallahulambishshawab.

*

Catatan Kaki :

  • Gambar terlampir tersebut diatas hanyalah ilustrasi yang dimaksudkan sebagai pemanis tampilan saja, yang diunduh tanpa ijin di internet dari laman Disney.
  • Artikel lain yang berjudul ‘Upsss…Salah….!’ dapat dibaca dengan mengklik  di sini , dan yang berjudul ‘KPK, Apa yang Kau Tunggu ?’ dapat dibaca dengan mengklik di sini , serta yang berjudul ‘Al-Qur’an Bicara, Believe It or Not’ dapat dibaca dengan mengklik di sini .

*

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun