Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Netizen Indonesia Serang Reemar Martin dan "Pelakor" Han So Hee, dari Bikin Malu sampai Korban Hiperealitas

29 April 2020   13:57 Diperbarui: 29 April 2020   14:00 1145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Reemar dan Han So Hee - diolah dari IG @rreemar dan @ dan xeesoxee)

Akhir-akhir ini marak serangan oknum warganet (netizen) Indonesia terhadap dua tokoh dunia hiburan: Reemar Martin dan Han So Hee

Reemar Martin diserang warganet (perempuan) yang iri pada pesona sang remaja Filipina. Sementara Han So Hee diserang karena 'dianggap pelakor sungguhan dalam dunia nyata'. 

Sekadar catatan, pelakor artinya perebut laki orang. Sementara perebut bini orang disingkat pebinor.

Serangan di akun media sosial Reemar Martin dan Han So Hee ini memang bikin malu. Akan tetapi, kiranya sebagian netizen kita telah jadi korban hiperrealitas. Apa maksudnya?

Pertama-tama, kita ulas dulu sekilas serangan sejumlah warganet terhadap Reemar Martin. Gadis Filipina ini menghibur warga melalui video singkat di TikTok. 

Rupanya, pesona Reemar Martin menarik perhatian warganet pria asal Indonesia. Lantas, sejumlah warganet (perempuan) Indonesia yang merasa iri pada Reemar melaporkan beramai-ramai akun medsos Reemar. 

Reemar Martin sampai harus membuka Instagram baru setelah akunnya 'tumbang'. Meski begitu, Reemar Martin mengatakan bahwa ia sengaja menutup akun karena masalah keluarga, bukan karena dikeroyok warganet Indonesia.

Sementara itu, Han So Hee sukses menjiwai perannya sebagai pelakor bernama Yeo Da Kyun dalam drama Korea, The World Of The Married.

Seorang warganet kita berkomentar demikian di akun Instagram Han So Hee: "Kenapa sih you suka sama bapak-bapak?"

Han So Hee rupanya jengkel dengan ulah sebagian warganet Indonesia yang menyerangnya di medsos. Ia bahkan sampai menulis surat untuk menjelaskan bahwa ia bukan pelakor sungguhan!

Dalam unggahan Instastory itu, Han So Hee melingkari kata-kata 'tidak bisa membedakan antara akting dan realita'. "Ini sungguh sangat memalukan," tulisnya.

Korban Hiperealitas?

Perisakan warganet Indonesia terhadap Reemar Martin dan Han So Hee dapat menjadi tanda bahwa warganet kita telah jadi korban hiperrealitas. Teori hiperrealitas dipopulerkan oleh filsuf Prancis, Jean Baudrillard (1929 – 2007). 

Baudrillard berpendapat, hiperrealitas adalah ketidakmampuan untuk secara sadar membedakan realitas dari simulasi realitas, terutama dalam masyarakat yang teknologinya sudah maju.

Dalam “ The Procession of Simulacra” (1981/1983), Baudrillard mengemukakan dua ide pokok, yaitu "simulasi" dan "hiperrealitas."

"Simulasi" adalah imitasi yang menggantikan kenyataan. Contoh simulasi adalah saat orang melihat foto acara pernikahan yang indah, lantas berkomentar, "Wow, indah sekali pernikahan ini", padahal kenyataan  mungkin tak seindah foto tadi. 

Pernikahan yang indah adalah pernikahan yang tampak indah dalam foto. Ini lah contoh simulasi.

Sementara hiperrealitas terjadi saat suatu hasil rekayasa menjadi tampak lebih nyata daripada kenyataan itu sendiri

Contoh hiperrealitas adalah Disneyland yang diciptakan sebagai simulasi untuk memenuhi fantasi kita akan negeri dongeng. 

Media Sosial dan Tontonan sebagai Simulasi dan Hiperrealitas

Menariknya, seperti dikemukakan Baudrillard, dalam masyarakat modern, tercipta hiperrealitas. Orang sampai tidak bisa lagi membedakan antara yang nyata dengan yang semu.

Ini lah yang sering terjadi saat kita menonton foto-video medsos, sinteron, drama (Korea), dan film. Kita sering terbawa sampai-sampai lupa bahwa yang kita tonton itu cuma simulasi saja.

Apalagi saat aktor dan aktris ciamik menjiwai peran mereka. Umpama, penonton bisa membenci Han So Hee, meski sebenarnya dia cuma memerankan tokoh fiktif pelakor bernama Yeo Da Kyun!

Dalam dunia nyata, ada saja penonton yang sampai mengumpat pada aktor dan aktris yang memerankan peran jahat. Nah, penonton jenis ini bisa dipastikan adalah korban hiperrealitas.

Demikian pula mekanisme yang terjadi ketika warganet Indonesia merisak media sosial Reemar Martin. Warganet (perempuan) mungkin mengira, Reemar Martin adalah saingan nyata dalam memperebutkan perhatian cowok Indonesia. 

Padahal, Reemar Martin tidak pernah berjumpa langsung dengan para cowok Indonesia yang memuji kecantikannya. Medsos menjadikan seolah ia begitu dekat dengan (pria) penggemarnya!

Hikmah bagi Kita

Mari kita didik diri dan keluarga untuk cerdas dan kritis dalam bermedia (sosial). Mari bijaksana memilah mana yang fiktif dan mana yang fakta. Bimbing kaum muda untuk santun menggunakan media sosial. 

Jika sehari-hari kita saleh beribadah dan sopan, mengapa di dunia maya berubah jadi ganas bak setan alas? Sampai-sampai tega merundung artis luar negeri. Bikin malu saja. 

Daripada sibuk merisak artis yang kenal kita saja tidak, yuk sibuk berbuat baik bagi saudara-saudari terdampak corona di sekitar kita. 

Salam cerdas bermedia sosial!

Taman pustaka: 1, 2, 3

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun