Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

7 Tips Jitu Menulis Cerpen bagi Pemula

7 September 2019   09:32 Diperbarui: 14 April 2021   16:53 40037
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menulis cerpen (Sumber: www.freepik.com)

Banyak orang ingin mulai menulis cerita pendek, namun tidak tahu bagaimana cara praktis menganggitnya. Justru karena bukan seorang cerpenis level dewa, saya berani menulis tips yang kiranya mudah dipahami dan dipraktikkan penulis pemula. 

Cerpen-cerpen yang saya tulis sebagian besar saya kirim ke sebuah majalah keagamaan populer, sesuai perhatian dan renjana saya. Mungkin sekitar empat cerpen akhirnya dimuat di majalah tersebut dalam kurun waktu beberapa tahun. Jadi, saya juga bukan cerpenis. Sekadar perangkai kata-kata saja.

1. Temukan Motivasi Menulis

Bagi saya, tips pertama dan utama bukanlah hal teknis, melainkan motivasi. 

Tanyakan pada diri Anda, mengapa saya menulis cerpen? Untuk apa? Jawaban atas pertanyaan ini bisa beragam. Tidak ada yang buruk. Termasuk motivasi untuk mendapatkan honor atau agar terkenal. 

Siapa yang tidak bangga saat melihat cerpennya dimuat majalah nasional? Pasti langsung buat pengumuman di Facebook, Instagram, dan poskamling. 

"Yes...cerpenku dimuat! Aku memang hebat!"

Namun, tentu ada motivasi-motivasi lain. Mungkin motivasinya adalah ingin berbagi pengalaman hidup yang inspiratif. Mungkin untuk mengkritik adat yang tak cocok lagi diterapkan di zaman kiwari. Mungkin juga untuk mencurahkan isi hati agar tak senyum-senyum sendiri. 

Motivasi ini penting karena saat kita mengalami kesulitan dalam menulis nanti, kita bisa mengingat kembali tujuan kita menulis cerpen. "Aduh, kok mentok ya ideku. 

Akan tetapi, aku tak mau menyerah. Aku menulis cerpen ini untuk berterima kasih pada orang tuaku," demikian ilustrasi pentingnya motivasi dalam menulis cerpen.

2. Pilih Tema yang Sesuai dengan Kemampuan dan Renjana

Tema yang sesuai bisa kita tentukan dengan mempertimbangkan beberapa hal:

a. Saya menguasai tema tersebut.

b. Saya tidak terlalu menguasai tema itu, tapi mau berusaha mendalaminya dengan bertanya dan mencari informasi.

c. Tema ini adalah renjana saya.

d. Tema ini amat penting saya olah agar pembaca dapat memetik hikmah.

Penulis pemula hendaknya memilih tema yang mudah dahulu. Misalnya tema yang sesuai dengan pengalaman hidup diri dan orang terdekat. Bisa juga tema yang diangkat dari budaya setempat yang sudah dikuasai. 

Intinya, jangan memilih tema yang terlalu sulit bagi diri sendiri. Dijamin cerpen tak akan selesai atau selesai tapi hancur berantakan.

3. Menentukan Jumlah, Nama, Sifat dan Peran Tokoh

Cerpen hendaknya berfokus pada satu sampai tiga tokoh saja. Jika terlalu banyak tokoh, bukan hanya pembaca yang akan bingung. Penulis cerpen juga akan bingung sendiri...hehehe...

Nama tokoh sebaiknya ditentukan dahulu agar lebih mudah merancang tahap berikutnya nanti.

Sifat dan peran tokoh misalnya siapa yang jadi tokoh utama dan tokoh figuran; siapa yang jahat dan siapa yang baik; siapa yang punya masalah dan siapa yang membantu memecahkan masalah.

4. Membuat Alur Cerita yang Jelas

Penulis pemula kiranya perlu membuat alur cerita dulu sebelum menulis. Alur ada tiga jenis:

a. Alur maju: kemarin-hari ini-besok ; kejadian A sebabkan B, B sebabkan C.

b. Alur mundur atau kilas balik: hari ini- kemarin-dahulu

c. Alur campuran: kombinasi dari alur maju dan mundur. Saya sarankan penulis pemula jangan memakai alur ini karena agak rumit.

Tuliskan pokok-pokok peristiwa yang jadi kerangka cerpen. Saya biasa membagi alur menjadi beberapa bagian atau fragmen kisah:

  1. Perkenalan tokoh-tokoh: nama, usia, kebiasaan, pekerjaan, ciri-ciri fisik.
  2. Perkenalan masalah atau tema yang dihadapi tokoh-tokoh
  3. Upaya para tokoh mencari penyelesaian atas masalah atau tema cerpen
  4. Perumitan masalah
  5. Pemecahan masalah
  6. Penutup: bisa berupa simpulan atas solusi masalah, penutup yang sengaja dibiarkan "menggantung", atau kejutan.

Sebagai latihan, jika ada waktu, coba buat analisis singkat alur cerpen bersahaja ini:

Mawar untuk Elena.

Analisis singkat itu bisa juga Anda tulis dulu di kertas, lalu Anda ketik di kolom komentar tulisan saya ini ^_^.

5. Memilih Sudut Pandang

Sudut pandang biasanya dibagi menjadi dua. 

a. Orang pertama: "aku" 
Sisi positifnya:

  1. Leluasa mengungkapkan isi hati/perasaan batin tokoh "aku"
  2. Leluasa mengisahkan kembali pengalaman pribadi yang menjadi inspirasi cerpen
  3. Melibatkan perasaan pembaca agar "masuk" ke dalam kisah

Sisi negatifnya:

Kurang leluasa mengisahkan perasaan batin tokoh-tokoh lain

 b. Orang ketiga (sebagai pengamat/sutradara yang mendalang)

Sisi positifnya:

  1. Leluasa mengisahkan perasaan dan pendapat semua tokoh
  2. Cocok untuk mengisahkan kisah yang dialami orang lain (bukan penulis sendiri)

Sisi negatifnya:

Kurang leluasa mengisahkan perasaan/isi hati tokoh utama (lebih mudah memakai "aku")

Harus pilih sudut pandang yang mana? Terserah Anda. Pertimbangkan tema dan alur kisah yang Anda rancang.

6. Memperindah Cerpen dengan Susatra

Cerita pendek bukan berita koran atau khotbah keagamaan yang "resmi dan kaku". Cerpen adalah susastra. Menurut KBBI, susastra adalah "karya sastra yang isi dan bentuknya sangat serius, berupa ungkapan pengalaman jiwa manusia yang ditimba dari kehidupan kemudian direka dan disusun dengan bahasa yang indah sebagai saranya sehingga mencapai syarat estetika yang tinggi".

Nah, apa saja unsur keindahan bahasa yang "wajib" ada di dalam cerpen? Keindahan bahasa dapat diciptakan melalui aneka unsur:

  1. Permainan bunyi (seperti dalam puisi dan pantun)
  2. Perulangan kata dengan padanannya agar tak membosankan (agar tak monoton)
  3. Dialog cantik antartokoh
  4. Pertanyaan retoris
  5. Penggunaan kata-kata yang jarang dipakai dalam percakapan sehari-hari
  6. Penggunaan kata asing atau kata dari bahasa daerah yang menarik perhatian pembaca
  7. Penggunaan simbol-simbol dalam mengisahkan tokoh dan peristiwa

Cara terbaik untuk menulis cerpen dengan bahasa susastra adalah pertama-tama dengan banyak membaca cerpen-cerpen karya penulis ulung dunia dan Indonesia. 

Pelajari baik-baik unsur-unsur susastra yang tersua dalam cerpen-cerpen mereka. Kemudian, coba menulis cerpen dengan kata, ungkapan, dan kalimat yang indah. Rajin-rajin buka KBBI dan Tesaurus (sudah ada versi daring gratis lho).

7. Menentukan Judul yang Mantap Betul

Lho, kenapa judul baru ditentukan kemudian? Kenapa tidak di awal saat merancang kisah? Jangan cemas, ini soal selera dan strategi penulis saja. Kadang-kadang judul sudah terpikir saat akan mulai menulis. 

Namun, sering terjadi kita terlalu menghabiskan banyak waktu memikirkan judul. Daripada begitu, sudahlah...tulis dulu cerpennya, lalu judul bisa dipilih kemudian.

Judul cerpen yang mantap betul hendaknya:

  1. Pendek, tak lebih dari 4 kata. Ingat ini cerpen bukan skripsi atau laporan KKN di Desa Penari :)
  2. Bisa satu kata saja namun sangat memesona. Misalnya: "Monyet!"
  3. Bisa tokoh utama cerpen: "Mak Perot" atau "Cak Lonjong"
  4. Untuk menarik minat pembaca/redaktur, bisa gunakan kata atau nama yang jarang dipakai dalam percakapan sehari-hari (bisa kata bahasa asing atau kata bahasa daerah)

Selain tujuh tips menulis cerpen bagi pemula yang telah saya ulas, setiap penulis cerpen perlu memerhatikan beberapa hal berikut:

  1. Ketik cerpen dengan rapi, hindari saltik (salah ketik) yang bikin pembaca dan redaktur salting dan salfok.
  2. Jika mengirim ke media massa tertentu, perhatikan ketentuan masing-masing media mengenai panjang cerpen dan sebagainya
  3. Hendaknya berani "keluar" dari tema cerpen yang sudah terlalu umum. Gali tema cerpen dari kekayaan cerita rakyat, pengalaman inspiratif dan unik yang Anda alami atau dialami orang lain, permasalahan sosial-budaya yang spesifik, isu-isu kebangsaan dan kemanusiaan, kisah orang-orang yang dipinggirkan, dan sebagainya.
  4. Hendaknya berani mencipta gaya penulisan sendiri, jangan mengikuti persis gaya cerpenis idola.

Sudah dulu ya, tulisan ini jika saya teruskan akan jadi novel yang tak jelas. Ini sekadar goresan saya. Tidak setuju juga ga pa pa. 

Sebelum kabur, kalau masih ada waktu dan kuota, bacalah beberapa cerpen nggak jelas berikut ini:

Anakku Lusia, Si Putri Kursi Roda

Cerpen | Suamiku Tersayang

Oh iya, jangan lupa juga membaca cerpen-cerpen yang dianggit para cerpenis keren di Kompasiana. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun