Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Mawar untuk Elena

4 Mei 2019   15:31 Diperbarui: 7 Mei 2019   22:05 4524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: pixabay.com

Mendung menggelayut di langit Solo. Tetes hujan di luar jendela seperti berlomba dengan tetes air mata Elena. Sembari mengelus perut yang perlahan membesar, Elena hanya bisa menyesali peristiwa tiga bulan lalu di kamar kosnya. Rayuan pacarnya membuatnya terlena. 

"Tenang saja, Lena. Aku janji akan menikahimu." 

Janji tinggal janji. Sang pacar pergi tanpa jejak, meninggalkan Elena dan janin dalam kandungannya. 

Semester ini seharusnya Elena selesai skripsi, sesuai harapan ayah dan ibunya di Pontianak. "Aku tak mau perutku terus membesar. Aku malu," bisiknya pada dirinya sendiri. Maka ia mulai mencari-cari info di internet, di mana obat peluruh kandungan bisa dibelinya.

***
Tiba-tiba ponselnya berdering. Elena sebenarnya enggan menjawab. Sudah hampir tiga hari dia mengurung diri di kamar kos. Entah mengapa, kali ini dia mau menjawab telepon dari nomor asing.

"Halo, Lena. Masih ingat aku, kan?" suara seorang gadis yang segera dikenalinya. 

"Ya ampun, Maria. Dari siapa kamu dapat nomorku?"  Tawa renyah teman sebangkunya di SMP terdengar dari ujung sana.

"Ceritanya begini. Aku kuliah di Jogja dan bulan ini sedang penelitian di Solo. Eh pas wawancara ketemu teman kamu sekampus. Iseng aja aku tanya, apa ada anak Pontianak di kampusnya. Dia lalu sebut namamu. Nah, hari ini aku ingin ketemu kamu, Lena."  

Elena segera mengiyakan dan memberi alamat kosnya. Kehadiran Maria membuat Elena terhibur. Hampir dua jam mereka asyik bernostalgia. Saat minum teh, tiba-tiba Maria bertanya, "Lena, maaf ya. Kelihatannya perutmu berubah." Elena sejenak terdiam. 

Maria lantas merangkul sahabat lamanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun