"Ibu enggak marah aku tanam pohon baru?" tanya Rina hati-hati.
Sinta menggeleng sambil mengusap pipinya yang basah. "Tidak, Nak. Ini Indah. Seperti cinta Ayahmu yang hidup kembali."
Hari demi hari berlalu. Sinta mulai keluar rumah lebih sering, merawat pohon itu dengan telaten. Ia berbicara padanya, seakan sedang bercakap dengan Ardi. Setiap kali daun baru tumbuh, ia tersenyum; dan saat tunas pertama muncul, ia menangis bahagia.
Di balik jendela yang dulu hanya menjadi saksi luka dan rindu, kini terpancar cahaya harapan. Sinta akhirnya mengerti bahwa mencintai seseorang yang telah pergi bukan berarti berhenti hidup. Cinta sejati adalah ketika kenangan menguatkan langkah, bukan mengikat diri pada masa lalu.
Dan saat pohon jambu itu berbunga untuk pertama kalinya, Sinta berdiri tegak di bawahnya, menutup matanya, dan berbisik lembut ke langit senja :
"Terima kasih, Ardi. Aku akan terus mencintaimu, selamanya."
Sementara itu, di balik jendela, bayangan dua sosok - Sinta dan Ardi - tampak berdiri berdampingan, meski hanya dalam kenangan yang abadi. (*)
Samarinda, 22 Februari 2025
Penulis : Riduannor
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI