Mohon tunggu...
Blessy Theresia Angelina
Blessy Theresia Angelina Mohon Tunggu... Lainnya - teres seseorang yang dulu bebal

stop, ingat?

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Whatever You Are, You Always Can Fly

7 Februari 2021   08:20 Diperbarui: 8 Februari 2021   11:42 617
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : Kumparan Travel

Sepuluh tahun yang lalu

 

Halo nama ku Dattea Mile kalian bisa memanggil aku apa saja aku tidak memiliki panggilan kesayangan, tapi biasanya bibi memanggil ku Tea apakah itu termasuk panggilan kesayangan? Oke jujur saja aku lebih suka jika dianggil Tea terdengar hangat dan dekat. Mari kita ulang lagi.

Halo nama ku Dattea Mile kalian bisa memanggil ku Tea. Tolong panggil aku Tea!. Saat ini aku dalam perjalanan menuju sekolah bisa dibilang ini hari pertama ku di SMA karena sudah semimggu aku sakit tapi aku tak yakin jika orang tua ku tahu keadaan ku mereka terlalu sibuk sudah cukup lama aku tidak melihat batang hidung mereka dirumah hanya bibi yang selalu ada untuk ku. Ya begitulah hidupku tidak ada yang menarik bahkan jika sekarang aku mati tetabrak tidak ada yang akan ku sesali aku tidak akaan merasakan apa-apa atau bahkan senang? Dengan begitu setidaknya mami papi bisa menyempatkan waktu berharga mereka di hari kematian ku dan mengunjungi ku di pemakaman. Tapi tenang saja aku tidak sejahat itu, aku masih memikirkan Pak Bandrul yang menyetir dan keluarganya.. " Sudah sampai non" aku tersentak dari lamunanku tak terasa waktu berlalu begitu saja aku sudah sampai di gerbang sekolah. " Terimakasih pak, nanti saya kabarin jika sudah akan pulang" aku tidak tahu pasti jam pulang ingat ini hari pertama ku, " Baik, non.".

Aku memasuki kelas yang akan ku huni paling tidak setahun ke depan. Aku mencari-cari bangku kosong yang ku yakini hanya tersisa satu yang pastinya untuk ku. " Halo, pasti kamu Dattea kan boleh aku memanggil mu Tea? Perkernalkan nama ku Ayu Damilia aku akan sangat menghargai jika kamu memanggilku Dami aku sangat tidak suka jika di panggil Ayu ya walaupun guru suka memanggil ku Ayu apa boleh buat aku tidak bisa melarang hihihi." Oke dari perkenalannya yang panjang itu dengan nadanya yang sangat ceria dapat aku simpulkan aku harus menjauh darinya. Orang yang seperti ini biasanya sangat mengangguku, kamu tau orang yang sangat "terang" berkebalikan dengan ku, aku harus mencari orang yang "gelap" sama seperti ku dan tentunya tidak akan mengusik hidup ku sehingga tiga tahun ke depan aku bisa bersekolah dengan tenang. "Oh iya seperti yang kamu lihat semua bangku sudah terisi dan hanya tersisa satu (menunjuk bangku yang kosong) dan disebelahnya itu merupakan tas, itu berarti kita akan menjadi teman sebangku. Aku sangat menantikan mu dan panasaran siapa yang akan menjadi teman sebangku ku, dan senangnya aku mendapatkan mu yang gadis yang manis." Setelah mendengarnya tubuh ku seperti tertarik ke inti bumi, bencana! Aku tidak membalas perkataannya dan langsung duduk saja meninggalkanya begitu saja yang diam membatu. Ya memang aku jahat. Aku tidak terbiasanya beramah tamah kepada orang apalagi orang yang baru ku temui lima menit lalu. Dia mulai tersadar dan beranjak berjalan mendekati ku lalu duduk disamping ku. Aku diam dan dia pun diam. Tidak lama guru masuk dan memulai pelajaran.

Ring! Ring! Ring! Bel istirahat berbunyi mengusir secara halus guru yang sedang mengajar. Di saat anak-anak lain berlomba-lomba ke luar kelas menuju kantin mengisi perut yang sudah berbicara sedari tadi aku tetap duduk berdiam diri, aku akan menunggu kantin sepi mendekati bel masuk. Saat aku menengok ke samping ternyata dia tunggu dulunsiapa namanya tadi Dami? masih tidak beranjak duduknya dan aku mulai mencium sesuatu yang menggiurkan dan disana dia oke aku belum pikun, Dami membuka bekalnya yang dapat aku lihat berupa nasi goreng. Dami menoleh ke arah ku " Tea, mau?" perut sialan cacing-cacing di perutkan sudah berdemo aku sangat malu Dami mendengar suara perut kelaparan ku. " Tidak, terimakasih" ucap ku ketus. Dia memegang tangan ku dan menyerah kan sendok kepada ku "Tidak apa-apa Tea, lagi pula sepertinya Ibu memasak nasi goreng terlalu banyak hari ini.. Aku sudah kenyang tolong habiskan untuk ku ya, aku pergi ke toilet dulu saat aku kembali harus sudah habis loh." Ucapnya dengan ekspresi lucu pura-pura marah. Secepat kilat setelah dia keluar kelas aku makan nasi gorengnya wow enak sekali ibunya sangat pintar memasak, aku saja lupa kapan terakhir makan masakan mami atau memang tak pernah. Aku tertawa memikirkannya.

Aku sudah pulang sekolah saat ini aku berada di kamar ku. Aku tersenyum. Hari ini agak berbeda dengan hari ku biasanya lebih berwarna. Aku tidak menyangka bisa tertawa lepas seperti hari ini di sekolah saat Dami membuat lelucon. Sepertinya hidupku sudah mulai menarik mulai hari ini, besok, dan hari berikutnya.

Tidak terasa sudah satu semester terlewati. Aku dan Dami kini sudah menjadi sahabat dekat. Aku yang tidak pernah punya teman dan menjadi orang tertutup tidak percaya bisa mempunyai sahabat seperti Dami, aku banyak belajar darinya. Dami mengispirasi dan mengubah ku menjadi orang yang lebih ceria sedikit demi sedikit aku mulai terbuka dan bergaul dengan teman lainnya semua itu berkat Dami. Selama berteman dengan Dami aku mengetahui beberapa hal tentangnya salah satunya Dami selalu membawa bekal aku tidak pernah sekali pun melihat Dami jajan di kantin seandai pun aku mengajak nya Dami akan menolak dengan alasan dia tidak mempunyai uang. Aku terkadang heran itu sebenarnya hanya kiasan atau memang Dami benar-benar tidak mempunyai uang, tapi masaslahnya itu terjadi setiap hari. Memang aku dan Dami sudah menjadi sahabat dekat tapi kita belum sampai ke tahap mengetahui semuanya satu sama lain masih ada beberapa yang tampak misterius bagi ku tentang Dami.

Hari ini Pak Bandrul sedikit telat menjeput ku sehingga Dami menawarkan singgah sebentar ke rumahnya yang memang berada dekat sekolah. "Gapapa benar nih takut jadi merepotkan." Walaupun dalam hati aku sangat senang selama ini aku bekum pernah mengunjungi rumah Dami. "Sebenarnya sih merepotkan sekali, tapi mau bagaimana lagi aku tidak tega melihat menunggu sendirian seperti anak hilang jadi nya," ucap nya di barengi dengan ekspresi khas nya itu sungguh menyebalkan, aku dan Dami sama-sama tertawa mendengarnya.

Rumah Dami tidak terlalu besar setengahnya saja tidak dibandingkan dengan rumah ku. Namun pandangan pertama aku melihat rumah nya hati ku merasa hangat melihat nenek Dami duduk di halaman rumah."Assalamuailaikum, Mbah Dami pulang." Dami langsung mengambil tangan Nenek nya dan menempelkan nya ke dahinya entah mengapa aku yang melihat nya tersenyum. "Walaikumsalam nduk masuk langsung makan di ajak temen nya." Nenek Dami mengatakannya sambil tersenyum kepada ku, aku pun membalas senyum nya. "Ini Dami Mbah teman sebangku ku yang aku ceritakan." Aku cukup kaget mendengar nya apakah cucu dan nenek selalu sedekat itu bercerita satu sama lain, entalah aku tak tahu hubungan semacam itu. Saat masuk kami langsung di sambut dengan adik Dami umurnya mungkin sekitar entahlah aku tak tau yang pasti dia sangat lucu, " Ini adik ku. Masih kelas tiga SD sedikit nakal." Dami menjawab pertanyaan dalam hati ku, Dalmi sengaja mengatakan nya untuk menjahili adik nya. " Tidak, Kak Dami bohong awas nanti aku aduin ibu." "Adukan saja aku tidak takut, Mbah pasti di pihak ku." " Ishhh Kakak nyebelin" ucap adik nya lalu pergi ke belakang rumah, melihat tingkah laku mereka sangat lucu bagi ku. Aku merupakan anak satu-satunya Mami dan Papi jadi hubungan kakak adik merupakan hal baru bagi ku dimana selama ini aku tidak memiliki teman sehingga aku memang tidak mempunyai kesempatan Dami merupakan teman pertama ku yang juga karena nya aku merasakan hal-hal baru untuk pertama kali nya yang selama ini belum pernah aku rasakan di hidup ku sebelum nya. " Ibu, Dami pulang." Dami sedikit berteriak membuatku tersenyum karena tingkah nya, ibu Dalmi datang bersama adik nya "Sudah berpa kali ibu bilang tidak perlu berteriak, Nak." Dami langsung mengambil tangan ibu nya dan melakukan persis seperti apa yang tadi ia lakukan kepada nenek nya. " Hehehe maaf Bu sudah kebiasaan." "Kamu ini ada-ada saja. Kalau ibu boleh tahu temen kakak nak siapa nama nya?" Aku yang merasa di tuju langsung tersenyum menjawab "Dattea, bu panggil saja Tea." " Oalah Nak Tea toh, kalau ini ibu sudah kenal orang tiap hari kakak cerita Nak Tea ke ibu." Aku yang mendengar nya lagi-lagi terkejut si Dami ini hobi sekali bercerita tentang ku di rumah ini aku jadi sedikt gelisah dia menceritakan yang tidak- tidak, aku teringat kapan waku aku pernah menjahili nya mematikan lampu saat ia sedang menggunakkan toilet mengingatnya aku menjadi takut jangan bilang dia menceritakan hal itu "Kakak bilang nak Tea pintar sekali Bahasa Inggris nya." Aku tersenyum " Bahasa Inggris saja sih bu, yang lain nya kacau hehehe." " Benar juga sihh, kalau yang lain nya Tea masih kalah jauh sama Dami bu wleee." Ucap Dami dengan nada yang dibuat-buat, ingin membantah pun tidak bisa apa yang di katakan Dalmi merupakan suatu kebenaran aku hanya menguasai Bahasa Inggris tidak seperti mata pelajaran lainnya bahkan terkadang Dami harus menjelaskan beberapa kali mata pelajaran lain baru aku paham terutama Matematika ughh aku sangat membenci mata pelajaran yang satu itu. Kalau berbicara tentang Dami sih ga perlu di tanya lagi, Dami sangat pintar saat bagi rapor kemarin saja dia berhasil meraih ranking satu juara umum di sekolah, ku ulangi lagi juara umum loh kalian bisa membayang kan betapa pintar nya seorang Ayu Damilia. Tapi kalau urusan Bahasa Inggris aku jago nya, Dami masih di bawah aku lah hihihi setidak nya ada satu yang dapat aku banggakan :p.

"Makan dulu nak." Aku dan Dami yang sedang mengerjakan tugas seketika menghentikan kegiatan kami. Aku sudah dapat mencium aroma makanan yang membuat perut ku meronta-ronta tidak sabar di beri jatah. "Ibu masak cah kangkung kesukaan kakak loh" "Wah makasih, bu. Kakak sampai meneteskan air liur tidak sabar menyantap dan menghabiskan nya hehehe." "Tapi kan Lea ga suka sayur, bu." Sahut adik Lea yang protes tentang masakan Ibunya sungguh menggemaskan di mata ku. "Katanya sudah besar harus mau makan sayur dong." Mendengar hal itu dari ibunya Lea langsung mengambil dan menaruh cah kangkung ke piring nya. Dasar anak kecil mudah sekali berubah tadi bilang tidak suka sedetik kemudian bisa bilang suka. "Ayo di makan nak Tea. Ibu cuman masak cah kangkung dengan tahu tempe saja memang begini sehari-harinya semoga nak Tea suka." "Wah Tea sudah tidak sabar kelihatan nya sangat enak, bu" aku tidak berbohong walaupun menu ini tidak pernah bibi masak di rumah tapi terlihat menggiur kan sekali di mata ku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun