Mohon tunggu...
Blessy Theresia Angelina
Blessy Theresia Angelina Mohon Tunggu... Lainnya - teres seseorang yang dulu bebal

stop, ingat?

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Whatever You Are, You Always Can Fly

7 Februari 2021   08:20 Diperbarui: 8 Februari 2021   11:42 617
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : Kumparan Travel

" Para penumpang yang terhormat, kami mohon perhatian Anda sejenak! Sesuai dengan peraturan keselamatan penerbangan sipil kami harus menunjukan dan memperagakan kepada Anda bagaimana cara menggunakan sabuk pengaman, masker oksigen, pintu dan jendela darurat, baju pelampung, dan kartu keselamatan.

Saat ini seharusnya sabuk pengaman Anda telah terpasang, kami harus menunjukan bagaimana cara menguncinya, mengeratkan, dan melepaskan sabuk pengaman Anda.

Apabila tekanan udara di kabin ini berkurang secara tiba-tiba, maka masker oksigen akan keluar dari tempatnya sehingga terjangkau, tarik dengan kuat masker oksigen ke arah Anda, pasang penutup di mulut dan hidung, kaitkan karetnya di kepala, dan bernafaslah seperti biasa.

Bagi penumpang yang membawa anak-anak, dianjurkan untuk mengenakan masker terlebih dahulu, setelah itu barulah kenakan masker pada anak Anda.

Pesawat Boeing B510 ini di lengkapi dengan delapan pintu dan jendela darurat, dua pintu darurat di kabin bagian depan, empat jendela darurat di kabin bagian tengah, dan dua pintu darurat di kabin bagian belakang.

Baju pelampung Anda terdapat di bawah kursi dan hanya dipakai pada saat pendaratan darurat di perairan, kami mohon untuk tidak dibawa pulang.

Cara menggunakannya kalungkan baju pelampung, kemudian kancingkan dan eratkan. Untuk mengembangkan baju pelampung tarik sekerasnya kedua ujung merah, dapat juga dikembangkan dengan meniup kedua pipa karet. Lampu akan menyala jika sumbat baterai terlepas dan baterai terendam air.

Baju pelampung ini dikembangkan sesaat sebelum anda keluar melalui pintu dan jendela darurat.

Selanjutnya di kantung kursi di hadapan anda telah tersedia kartu instruksi mengenai cara-cara penyelamatan diri dalam keadaan darurat. Kami mohon kepada Anda untuk membacanya dengan seksama sebelum pesawat ini lepas landas!

Terima kasih atas perhatian anda dan selamat menikmati penerbangan ini."

"Dear passengers, we beg your attention for a moment! In accordance with civil aviation safety regulations we must demonstrate to you how to use seat belts, oxygen masks, emergency doors and windows, life jackets, and safety cards.

This time should your seatbelt has been installed, we need to show you how to lock it, tighten, and release your seat belt. If the air pressure in the cabin is reduced suddenly, the oxygen mask will be out of place so affordable, with a strong pull toward your oxygen mask, cap in the mouth and nose, hook the rubber in the head, and breathe as usual.

For passengers who bring children, it is recommended to wear masks first, then wear a mask on your child. The Boeing B510 is equipped with eight emergency doors and windows, two emergency exits in the front cabin, four emergency windows in the center, and two emergency exits in the rear cabin.

Life jacket your are under the seat and is only used during emergency landing on water, we bagto not take home.

How to use the life jacket wear it on neck, then buttoned up and tigh fasten and tighten.

To develop a life jacket so hard pull both end of the red, can also be developed with a second blow rubber tubing. The light will be it, if the battery is disconnected and the battery plug submerged.

Lifebelt was developed just before you exit through the emergency door and windows.

Furthermore, in the seat pocket in front of you has available cards instruction on ways to escape in an emergency. We beg you to read it carefully before the plane takes off!

Thank you for your attention and enjoy this flight."

Kalian bisa tebak apa pekerjaan ku? Ya benar sekali aku merupakan seorang pramugari di salah satu maskapai terkenal Indonesia apa lagi kalau bukan Theresia's Airlines. Sebagai seorang pramugari aku sering terbang ke berbagai kota bahkan negara saat ini aku dalam masa dinas penerbangan dari Narita Airport di Tokyo Jepang menuju ke Banda Udara Nguh Rai Bali. YEAYYY! Di Bali aku akan berlibur sepuasnya pokoknya aku mau bersenang-senang sudah sangat lama sekali aku tidak ambil jatah libur seperti sudah seabad saja rasanya menunggu hari ini datang. Eh tunggu tunggu, jangan kalian pikir aku berlibur sendirian saja no no no kalian salah aku akan bersama seseorang yang sangat berarti dalam hidup kalau kalian pikir pasangan kalian salah lagi wleee :p dia bukan pasangan ku kok tapi belahan jiwa ku :p aku sudah mengenalnya sejak lama, sepuluh tahun? Entahlah mungkin lebih aku dan dia sangat dekat sudah seperti saudara kembar saja. Ahhh aku sangat merindukannya setengah mati dia sangat sibuk sudah hampir satu tahun dia bekerja di Bangladesh kita tidak punya waktu bertemu walaupun sesekali kita bertukar kabar melalui telepon genggam tetapi itu pun jarang dia bekerja seperti robot sunnguh workaholic liat saja nanti aku akan memarahinya.

Pesawat sudah mulai terbang melewati fase crtical eleven sehingga aku bisa beristirahat sejenak. Cita-cita ku sebenarnya bukan menjadi seorang pramugari, ralat aku tidak pernah mempunyai cita-cita. Hidupku sekarang dan dulu bagaikan langit dan bumi sangat jauh berbeda, sebagai seorang pramugari kami di tuntun untuk selalu menyapa ramah kepada penumpang walaupun sesekali ada saja penumpah yang membuat naik darah tapi itu sudah menjadi risiko dari pekerjaan kami. Dulu jangankan bertegur sapa tersenyum saja aku jarang, kalian pasti bertanya-tanya bagaimana aku bisa berakhir menjadi seorang pramugari kalau begitu? Semuanya berubah semenjak aku bertemu dia, ya dia yang sangat mengispirasi ku sehingga aku bisas menjadi diriku sekarang, ya dia yang akan menghabiskan beberapa hari bersama dengan ku di Bali. Kalian penasaran dengan diriku yang dulu? Mari kita kembali ke masa lalu sepertinya cukup jika aku bercerita kepada kalian selama penerbangan berlangsung.

Sepuluh tahun yang lalu

 

Halo nama ku Dattea Mile kalian bisa memanggil aku apa saja aku tidak memiliki panggilan kesayangan, tapi biasanya bibi memanggil ku Tea apakah itu termasuk panggilan kesayangan? Oke jujur saja aku lebih suka jika dianggil Tea terdengar hangat dan dekat. Mari kita ulang lagi.

Halo nama ku Dattea Mile kalian bisa memanggil ku Tea. Tolong panggil aku Tea!. Saat ini aku dalam perjalanan menuju sekolah bisa dibilang ini hari pertama ku di SMA karena sudah semimggu aku sakit tapi aku tak yakin jika orang tua ku tahu keadaan ku mereka terlalu sibuk sudah cukup lama aku tidak melihat batang hidung mereka dirumah hanya bibi yang selalu ada untuk ku. Ya begitulah hidupku tidak ada yang menarik bahkan jika sekarang aku mati tetabrak tidak ada yang akan ku sesali aku tidak akaan merasakan apa-apa atau bahkan senang? Dengan begitu setidaknya mami papi bisa menyempatkan waktu berharga mereka di hari kematian ku dan mengunjungi ku di pemakaman. Tapi tenang saja aku tidak sejahat itu, aku masih memikirkan Pak Bandrul yang menyetir dan keluarganya.. " Sudah sampai non" aku tersentak dari lamunanku tak terasa waktu berlalu begitu saja aku sudah sampai di gerbang sekolah. " Terimakasih pak, nanti saya kabarin jika sudah akan pulang" aku tidak tahu pasti jam pulang ingat ini hari pertama ku, " Baik, non.".

Aku memasuki kelas yang akan ku huni paling tidak setahun ke depan. Aku mencari-cari bangku kosong yang ku yakini hanya tersisa satu yang pastinya untuk ku. " Halo, pasti kamu Dattea kan boleh aku memanggil mu Tea? Perkernalkan nama ku Ayu Damilia aku akan sangat menghargai jika kamu memanggilku Dami aku sangat tidak suka jika di panggil Ayu ya walaupun guru suka memanggil ku Ayu apa boleh buat aku tidak bisa melarang hihihi." Oke dari perkenalannya yang panjang itu dengan nadanya yang sangat ceria dapat aku simpulkan aku harus menjauh darinya. Orang yang seperti ini biasanya sangat mengangguku, kamu tau orang yang sangat "terang" berkebalikan dengan ku, aku harus mencari orang yang "gelap" sama seperti ku dan tentunya tidak akan mengusik hidup ku sehingga tiga tahun ke depan aku bisa bersekolah dengan tenang. "Oh iya seperti yang kamu lihat semua bangku sudah terisi dan hanya tersisa satu (menunjuk bangku yang kosong) dan disebelahnya itu merupakan tas, itu berarti kita akan menjadi teman sebangku. Aku sangat menantikan mu dan panasaran siapa yang akan menjadi teman sebangku ku, dan senangnya aku mendapatkan mu yang gadis yang manis." Setelah mendengarnya tubuh ku seperti tertarik ke inti bumi, bencana! Aku tidak membalas perkataannya dan langsung duduk saja meninggalkanya begitu saja yang diam membatu. Ya memang aku jahat. Aku tidak terbiasanya beramah tamah kepada orang apalagi orang yang baru ku temui lima menit lalu. Dia mulai tersadar dan beranjak berjalan mendekati ku lalu duduk disamping ku. Aku diam dan dia pun diam. Tidak lama guru masuk dan memulai pelajaran.

Ring! Ring! Ring! Bel istirahat berbunyi mengusir secara halus guru yang sedang mengajar. Di saat anak-anak lain berlomba-lomba ke luar kelas menuju kantin mengisi perut yang sudah berbicara sedari tadi aku tetap duduk berdiam diri, aku akan menunggu kantin sepi mendekati bel masuk. Saat aku menengok ke samping ternyata dia tunggu dulunsiapa namanya tadi Dami? masih tidak beranjak duduknya dan aku mulai mencium sesuatu yang menggiurkan dan disana dia oke aku belum pikun, Dami membuka bekalnya yang dapat aku lihat berupa nasi goreng. Dami menoleh ke arah ku " Tea, mau?" perut sialan cacing-cacing di perutkan sudah berdemo aku sangat malu Dami mendengar suara perut kelaparan ku. " Tidak, terimakasih" ucap ku ketus. Dia memegang tangan ku dan menyerah kan sendok kepada ku "Tidak apa-apa Tea, lagi pula sepertinya Ibu memasak nasi goreng terlalu banyak hari ini.. Aku sudah kenyang tolong habiskan untuk ku ya, aku pergi ke toilet dulu saat aku kembali harus sudah habis loh." Ucapnya dengan ekspresi lucu pura-pura marah. Secepat kilat setelah dia keluar kelas aku makan nasi gorengnya wow enak sekali ibunya sangat pintar memasak, aku saja lupa kapan terakhir makan masakan mami atau memang tak pernah. Aku tertawa memikirkannya.

Aku sudah pulang sekolah saat ini aku berada di kamar ku. Aku tersenyum. Hari ini agak berbeda dengan hari ku biasanya lebih berwarna. Aku tidak menyangka bisa tertawa lepas seperti hari ini di sekolah saat Dami membuat lelucon. Sepertinya hidupku sudah mulai menarik mulai hari ini, besok, dan hari berikutnya.

Tidak terasa sudah satu semester terlewati. Aku dan Dami kini sudah menjadi sahabat dekat. Aku yang tidak pernah punya teman dan menjadi orang tertutup tidak percaya bisa mempunyai sahabat seperti Dami, aku banyak belajar darinya. Dami mengispirasi dan mengubah ku menjadi orang yang lebih ceria sedikit demi sedikit aku mulai terbuka dan bergaul dengan teman lainnya semua itu berkat Dami. Selama berteman dengan Dami aku mengetahui beberapa hal tentangnya salah satunya Dami selalu membawa bekal aku tidak pernah sekali pun melihat Dami jajan di kantin seandai pun aku mengajak nya Dami akan menolak dengan alasan dia tidak mempunyai uang. Aku terkadang heran itu sebenarnya hanya kiasan atau memang Dami benar-benar tidak mempunyai uang, tapi masaslahnya itu terjadi setiap hari. Memang aku dan Dami sudah menjadi sahabat dekat tapi kita belum sampai ke tahap mengetahui semuanya satu sama lain masih ada beberapa yang tampak misterius bagi ku tentang Dami.

Hari ini Pak Bandrul sedikit telat menjeput ku sehingga Dami menawarkan singgah sebentar ke rumahnya yang memang berada dekat sekolah. "Gapapa benar nih takut jadi merepotkan." Walaupun dalam hati aku sangat senang selama ini aku bekum pernah mengunjungi rumah Dami. "Sebenarnya sih merepotkan sekali, tapi mau bagaimana lagi aku tidak tega melihat menunggu sendirian seperti anak hilang jadi nya," ucap nya di barengi dengan ekspresi khas nya itu sungguh menyebalkan, aku dan Dami sama-sama tertawa mendengarnya.

Rumah Dami tidak terlalu besar setengahnya saja tidak dibandingkan dengan rumah ku. Namun pandangan pertama aku melihat rumah nya hati ku merasa hangat melihat nenek Dami duduk di halaman rumah."Assalamuailaikum, Mbah Dami pulang." Dami langsung mengambil tangan Nenek nya dan menempelkan nya ke dahinya entah mengapa aku yang melihat nya tersenyum. "Walaikumsalam nduk masuk langsung makan di ajak temen nya." Nenek Dami mengatakannya sambil tersenyum kepada ku, aku pun membalas senyum nya. "Ini Dami Mbah teman sebangku ku yang aku ceritakan." Aku cukup kaget mendengar nya apakah cucu dan nenek selalu sedekat itu bercerita satu sama lain, entalah aku tak tahu hubungan semacam itu. Saat masuk kami langsung di sambut dengan adik Dami umurnya mungkin sekitar entahlah aku tak tau yang pasti dia sangat lucu, " Ini adik ku. Masih kelas tiga SD sedikit nakal." Dami menjawab pertanyaan dalam hati ku, Dalmi sengaja mengatakan nya untuk menjahili adik nya. " Tidak, Kak Dami bohong awas nanti aku aduin ibu." "Adukan saja aku tidak takut, Mbah pasti di pihak ku." " Ishhh Kakak nyebelin" ucap adik nya lalu pergi ke belakang rumah, melihat tingkah laku mereka sangat lucu bagi ku. Aku merupakan anak satu-satunya Mami dan Papi jadi hubungan kakak adik merupakan hal baru bagi ku dimana selama ini aku tidak memiliki teman sehingga aku memang tidak mempunyai kesempatan Dami merupakan teman pertama ku yang juga karena nya aku merasakan hal-hal baru untuk pertama kali nya yang selama ini belum pernah aku rasakan di hidup ku sebelum nya. " Ibu, Dami pulang." Dami sedikit berteriak membuatku tersenyum karena tingkah nya, ibu Dalmi datang bersama adik nya "Sudah berpa kali ibu bilang tidak perlu berteriak, Nak." Dami langsung mengambil tangan ibu nya dan melakukan persis seperti apa yang tadi ia lakukan kepada nenek nya. " Hehehe maaf Bu sudah kebiasaan." "Kamu ini ada-ada saja. Kalau ibu boleh tahu temen kakak nak siapa nama nya?" Aku yang merasa di tuju langsung tersenyum menjawab "Dattea, bu panggil saja Tea." " Oalah Nak Tea toh, kalau ini ibu sudah kenal orang tiap hari kakak cerita Nak Tea ke ibu." Aku yang mendengar nya lagi-lagi terkejut si Dami ini hobi sekali bercerita tentang ku di rumah ini aku jadi sedikt gelisah dia menceritakan yang tidak- tidak, aku teringat kapan waku aku pernah menjahili nya mematikan lampu saat ia sedang menggunakkan toilet mengingatnya aku menjadi takut jangan bilang dia menceritakan hal itu "Kakak bilang nak Tea pintar sekali Bahasa Inggris nya." Aku tersenyum " Bahasa Inggris saja sih bu, yang lain nya kacau hehehe." " Benar juga sihh, kalau yang lain nya Tea masih kalah jauh sama Dami bu wleee." Ucap Dami dengan nada yang dibuat-buat, ingin membantah pun tidak bisa apa yang di katakan Dalmi merupakan suatu kebenaran aku hanya menguasai Bahasa Inggris tidak seperti mata pelajaran lainnya bahkan terkadang Dami harus menjelaskan beberapa kali mata pelajaran lain baru aku paham terutama Matematika ughh aku sangat membenci mata pelajaran yang satu itu. Kalau berbicara tentang Dami sih ga perlu di tanya lagi, Dami sangat pintar saat bagi rapor kemarin saja dia berhasil meraih ranking satu juara umum di sekolah, ku ulangi lagi juara umum loh kalian bisa membayang kan betapa pintar nya seorang Ayu Damilia. Tapi kalau urusan Bahasa Inggris aku jago nya, Dami masih di bawah aku lah hihihi setidak nya ada satu yang dapat aku banggakan :p.

"Makan dulu nak." Aku dan Dami yang sedang mengerjakan tugas seketika menghentikan kegiatan kami. Aku sudah dapat mencium aroma makanan yang membuat perut ku meronta-ronta tidak sabar di beri jatah. "Ibu masak cah kangkung kesukaan kakak loh" "Wah makasih, bu. Kakak sampai meneteskan air liur tidak sabar menyantap dan menghabiskan nya hehehe." "Tapi kan Lea ga suka sayur, bu." Sahut adik Lea yang protes tentang masakan Ibunya sungguh menggemaskan di mata ku. "Katanya sudah besar harus mau makan sayur dong." Mendengar hal itu dari ibunya Lea langsung mengambil dan menaruh cah kangkung ke piring nya. Dasar anak kecil mudah sekali berubah tadi bilang tidak suka sedetik kemudian bisa bilang suka. "Ayo di makan nak Tea. Ibu cuman masak cah kangkung dengan tahu tempe saja memang begini sehari-harinya semoga nak Tea suka." "Wah Tea sudah tidak sabar kelihatan nya sangat enak, bu" aku tidak berbohong walaupun menu ini tidak pernah bibi masak di rumah tapi terlihat menggiur kan sekali di mata ku.

Pulang dari rumah Dami aku sangat bahagia tetapi ada sesuatu yang mencubit hati ku. Melihat kebersamaan dan betapa hangat nya keluarga nya aku tidak bisa berbohong aku sedikit iri kepada Dalmi mempunyai keluarga yang bisa di sebut rumah. Sedangkan aku di kamar ku seorang diri menangisi kesendirian ku. Seandainya mami dan papi tau betapa aku merindukan mereka, kebersamaan kita sebagai seorang keluarga. Aku tidak tahu apa kita masih bisa di sebut keluarga, karena kita bertingkah seperti orang asing. Bukankah sebuah keluarga akan makan bersama-sama dalam satu meja? Menyapa satu sama lain di pagi hari? Bercanda tawa dan menonton televisi bersama? Jika seperti itu yang di sebut keluarga sudah dapat di pastikan aku tidak mempunyai sebuah keluarga dalam rumah ini. Sempat beberapa kali aku terpikir melakukan hal-hal bodoh sebagai bentuk pemberontakan ku selama ini akan sikap mereka, tetapi sekuat mungkin aku menahan nya walaupun sudah tak terhitung seberapa banyak aku menangisi kemalangan ku setiap malam. Aku bukan hanya seorang remaja yang membutuhkan uang jajan melimpah, telepon genggam terbaru, baju-baju mahal aku juga hanya seorang anak yang haus akan perhatian dan kasih sayang dari ke dua orang tua nya.

Oh tidak mata ku sedikit mengerikan pagi ini tampak sedikt bengkak bekas tangis semalam. Tapi tidak ada waktu untuk memikirkan hal itu hari ini, karena jadwal ku sangat sibuk oke pertama-tama aku harus bergegas mandi, lalu sarapan dan berangkat sekolah. Di perjalanan menuju sekolah aku mengingatkan kembali Pak Bandrul " Pak jangan lupa hari ini kita bagi-bagi ke jalanan seperti biasa." "Siap, non. Bapak sudah pesan kan nasi kotak nya non nanti siang sudah dapat di ambil." "Oh kalau begitu waktu Bapak jemput saya sekalian langsung ambil saja biar tidak bulak-balik pak." "Baik,non." Aku sudah tidak sabar, setiap hari selasa di akhir bulan aku selalu melakukan kegiatan seperti ini nanti sehabis nya pun aku akan ke rumah singgah pasien kanker anak. Menurut ku membantu sesama merupakan healing tersendiri bagi ku, melihat orang lain tersenyum sudah dapat membuat ku bahagia.

Ring! Ring! Ring! Bel pulang berbunyi aku dan Dami keluar kelas bersama berbeda dari ku yang sangat bersemangat, Dami terlihat muram dan tidak fokus sudah dari pagi sikap Dami berbeda dari biasanya. "Oii Dami fokus dong lihat-lihat kalau jalan." Hampir saja Dami menabrak tiang di depan nya karena jalan sambil melamu. "Kamu kenapa sih dari tadi pagi aku perhatikan seperti tidak bersemangat begitu." Tanya ku sungguh Dami saat ini bukan seperti Dami yang ku kenal yang selalu ceria. "Sebenarnya tadi pagi asma mbah kambuh aku sangat kuatir. Tadi ibu telepon ekarang sedang berobat." Aku ikut sedih mendengar penuturan Dami, AHA! Aku punya ide "Jadi sekarang di rumah kamu kosong ga ada orang?" "Ya, iyalah" ucapnya kesal. "Ya sudah kamu ikut saja aku mau ngga?" "Kemana?" "Nanti kamu juga tahu." Dami pun akhirnya ikut bersama ku menunggu Pak Bandrul datang. "Itu dia Pak Bandrul" seru ku melihat mobil mendekati kami. Dami bingung melihat kantong plastik besar memenuhi bagian belakang mobil "itu apa?" "Lihat aja nanti. Eh, pak berhenti di depan." Aku pun segera turun dari mobil di tengah kebingungan nya Dami ikut turut dari mobil, aku mengambil lima bungkus kotak nasi dan membagikan nya kepada adik-adik yang duduk di pinggir jalan menunggu lampu merah datang dan sigap menjajalkan dagangan mereka. Dami yang melihat apa yang ku lakukan pun tahu apa sebenarnya tujuan ku mengajak nya. " Gila kamu keren banget Tea, ga nyangka loh seorang Tea yang cuek habis ngelakuin hal kaya gini." Ucap Dami senang "Tuh kan aku sudah dapat menebak apa reaksi mu, sebenarnya aku tidak mau mengajak mu tapi melihat mu muram aku berpikir dapat mengalihkan perhatian mu sejenak dari mbah mu." Ucap ku sebal "Wah makasih sahabat ku yang paling manis sedunia" teriak Dami sambil memeluk ku, nah begini dong Dami sudah ceria kembali aku senang tenyata cara ku berhasil juga. Sedudah membagikan nasi kotak samapai habis aku mengajak Dami ke rumah mengambil beberapa pakaian dan buku sebelum melanjutkan kegiatan ke rumah singgah pasien kanker anak.

"Tea kok ga pernah bilang punya rumah sebagus ini!" Dami berkata heboh "Aku lebih suka rumah mu" balas ku dengan jujur. "Aku sih rumah mu, hanya orang bodoh yang tidak menyukai rumah se indah ini wleee." Sesampai di rumah singgah pasien kanker anak-anak di sana menyambut kami dengan hangat mereka sangat senag dengan buku-buku yanng ku bawa kami pun bermaun bersama di taman, dapat ku lihat Dami sangat menikmati kegiatan kami kali ini terlihat dari wajah nya tidak berhenti-henti tersenyum. Aku dan Dami sangat senang hari ini, anak-anak pun sangat senang tidak terlihat mereka sedang sakit berjuang melawan penyakit yang dapat merebut nyawa mereka kapan saja. "Sekali terimakasih ya Tea sudah mengajak ku, aku sangat senang saat ini" saat ini kami berdua senag berada dia atas ayunan melihat anak-anak bermain dengan riang nya "Kamu senang aku pun ikut senang. Membantu sesama seperti ini memamg merupakam healing tersendiri." Balas ku. "Benar aku sangat terobati mengalihkan pikiran ku dari mbah. Jika punya rejeki lebih aku ingin sekali menjadi seperti mu, membantu sesama merupakan pekerjaan yang sangat mullia." "Rejeki iu bukan selalu tentang materi kok. Kamu lihat kakak yang pakai jas putih itu? Nama nya ka Rona dia merupakan dokter muda yang menjadi sukarelawan di sini. Dia mengajak dokter-dokter senior yang dia kenal untuk mengobati anak-anak di sini. Selama ada kemauan pasti bisa kok, semua bukan tentang uang." "Wow sungguh anak muda yang menginspiratif." "Kamu nanti kuliah ambil jurusan kedokteran saja ku lihat kamu sangat menyukali mata pelajaran biologi, dengan menjadi dokter kamu dapat membantu banyak orang yang membutuhkan." "Aku pun ingin sekali menjadi dokter, tapi kamu tahu biaya sekolah nya sangat mahal aku tidak mau membebani orang tua ku mbah berobat saja ibu harus mencari pinjaman. Kamu sangat beruntung lahir di keluarga berada Tea aku sangat iri pada mu." "Hidup ku tidak se enak itu. Kamu bersyukur mempunyai ibu ayah yang sangat menyayangi mu, di tambah kamu mempunyai seorang nenek dan adik di sini seharus nya aku yang iri kepada mu!." Ucapku sedikit emosi. "Kok kamu jadi marah sama aku? Kamu juga seharusnya bersyukur di luar sana masih banyak yang tidak seberuntung kamu tau! Segala kebutuhan mu tercukupi kamu tidak perlu kuatir tenyang biaya sekolah dan masa depan mu kelak." Dami membalas dengan tidak kalah emosi. Aku dan Dami saling membuang muka, ku putuskan untuk mengajaknya segera pulang tidak etis juga jika kami bertengkar di sini. Aku mau mengantar nya pulang meskipun awalnya dia keras kepala ingin pulang sendiri, perdebatan kami pun semakin menjadi di karenakan emosi di taman tadi belum sirna. Akhirnya, aku menang dan mengantarkannya samapi ke depan rumah nya.

Sekarang aku sudah berada di kelas di sini tidak ada Dami. Kalian pasti bingung? Saat ini berada di tingkat dua SMA dan entah harus bersyukur atau sedih aku dan Dami tidak menjadi teman sekelas kembali. Hari itu kami bertengkar hebat, esok nya saat di kelas kami saling mendiami satu sama lain sejak itu hubungan kami menjadi renggang dan hanya bicara seperlunya saja. Namun saat kenaikan kelas aku ingin meinta maaf kepada nya, sejujur nya aku tidak tahan jika harus seperti ini terus. Ya walaupun aku tidak salah kan, begitu dengan Dami aku mengerti kita hanya kemakan emosi semata. Namun pada hari itu Dami tidak sekolah, hal ini sangat jarang terjadi mengingat Dami yang rajin walaupun memang sudah tidak ada kelas belajar mengajar pasti dia tidak akan melewati festival sekolah. Jadi hingga hari ini pun kami belum berbicara satu sama lain.

Hari ini berjalan seperti biasanya tidak seceria saat bersama Dami. Jam menunjukkan pukul tujuh malam perut ku sudah meronta-ronta aku pun turun ke bawah untuk makan malam. Dan betapa terkejutnya aku, tubuh ku seperti terbang ke langit ke tujuh melihat mami papi sudah duduk menanti ku untuk makan malam bersama. Kami makan dengan tenang walaupun sesekali mami dan papi menanyakan tentang ku, bibir ku tidak bisa berhenti tersenyum seperti ada seseorang yang sengaja menariknya ke atas untuk ku tetap tersenyum. Saat makanan ku hampir habis mama berkata " Ada yang ingin kami berdua bicarakan kepada mu. Ini serius, tolong kamu dengarkan baik-baik" aku yang sedang menikmati makanan ku pun kebingungan tidak tau arah pembicaraan ini. "Kami berdua mumutuskan untuk berpisah. Kami merasa sudah tidak ada kecocokan di antara kami, sidang penceraian kami sudah di jadwalkan hari senin minggu depan. Kami harap kamu mengerti dengan keputusan ini." Aku tidak bisa mendengar lagi kata per kata yang keluar dari mulut mami, telinga ku mendadak tuli apa yang di bicarakan mami sungguh memukul sampai ke hulu hati terdalam ku. Saat mami dan papi menyempatkan waktu untuk makan bersama ku kira semuanya akan baik-baik saja mulai sekarang tapi apa yang ku dengar sekarang memecahkan semua harapan yang telah ku bnagun itu. "Kami tahu ini pasti berat bagi mu, kami tidak memaksa mu kamu bebas untuk memilih akan tinggal bersama siapa semua keputusan ada di tangan mu." Kini papi yang bicara, aku menguatkan diri ku dan mencoba menggerak kan kaki ku yang tiba-tiba tidak dapat bergerak seperti ada sebuah batu yang menimpa nya. Aku berdiri sambil menahan butiran kristal bening yang sebentar lagi akan jatuh " Tea ke kamar dulu. Terimaksih atas makan malam nya." Ucapku sebelum lari menuju kamar, aku masih dapat mendengar papi memanggil aku tidak menyahuti nya karena jika aku berbalik mereka daoat melihat air mata ku yang jatuh tidak dapat aku tahan. "Biarkan saja, dia butuh waktu sendiri." Ucap mami lirih, itu kaliamat terakhir yang dapat aku dengar sebelum aku menulikan indera pendengaran ku dan menagis dalam diam di kamar ku seorang diri. Lagi.

Pagi pun datang, saat terbangun dari tidur yang ada di pikiran ku hanya satu "hidup ku sudah hanncur" itu ku ucap berulang-ulang entah berapa kali sampai ku dengar ketokan dari luar kamar ku. "Non Tea, sudah bangun? Sudah hampir terlambat ke sekolah bibi sudah menyiapkan sarapan di bawah." Aku ingin menangis kembali sempat ku pikir yang mengetuk mami ataupun papi, betapa bodohnya aku mengharapkan sesuatu yang sudah aku tahu tahu tidak akan terjadi. "Iya, bi bentar lagi Tea ke bawah." Sekuat tenaga aku menormalkan suara ku tapi tetap saja suara serak sehabis semalaman nangis yang keluar. Di saat seperti ini aku tidak mempunyai siapa untuk berbagi cerita. Andai aku dan Dami tidak bertengkar, memikirkan nya saja menambah kesedihan ku.

Saat keluar dari mobil aku melihat Dami di gerbang sekolah dia pun melihat aku mata kami saling bertatapan. Sinar yang biasanya muncul di sana sekarang menghilang, apa yang terjadi pada mu Dami? Beberapa detik kami saling diam menatap satu sama lain tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. "Aku" "Aku" ucap kami berbarengan, kami berhenti dan sedetik kemudian tawa kami pecah. Sesudah adegan yang sangat drama tadi, memutuskan akan bertemu seusai pulang sekolah dikarenakan bel masuk sudah berbunyi mengharuskan kami bergegas masuk ke kelas masing-masing.

 Kami memutuskan untuk bicara di salah satu kafe dekat sekolah, Dami sempat menolak dengan alasan harga menu di sini tidak masuk akal masa the manis saja Rp.20.000,00 sampai aku mengatakan jika aku yang akan mentraktikir nya jadi dia tidak perlu kuatir. "Aku" "Aku" kami tertawa menyadari kebodohan ini terulang untuk kedua kali nya. "Ya, sudah kamu duluan deh." Aku mengalah. "Aku sangat menyesal tentang apa yang aku kata kan waktu itu kepada mu tidak sungguh-sungguh anggap angin lalu saja. Aku memikirkan perkataan mu, aku ingat kamu bilang aku pintar jadi bisa saja aku menjadi dokter. Terimakasih berkat mu aku memantap kan niat ku untuk menjadi dokter, tapi bukan karena kamu bilang aku pintar. Aku bercita-cita menjadi dokter karena kamu mengispirasi ku. Aku ingin menjadi seperti mu membantu sesama tanpa pamrih. Dan soal biaya jika ku pikirkan lagi aku bisa saja mencoba peluang mendapatkan beasiswa, seperti kata mu selama ada kemauan pasti bisa kok. Ya aku juga tidak boleh menyia-nyia kan otak encer ku yang sudah di berikan Tuhan kan hehehe." Dami menuangkan semua isi hati nya di akhiri kalimat sombong nya, sungguh menyebalkan tapi aku rindu Dami yang menyebalkan seperti ini. "Terimakasih Dami aku sangat tau kok aku memang mengispirasi." Balas ku dengan tak kalah menyebalkan nya, dia memutarkan mata nya ke samping mendengarkan penuturan ku. "Aku juga ingin meminta maaf bila kata-kata menyakiti hati mu. Tapi sungguh aku sangat menyukai keluarga mu yang hangat sehingga aku ingin memilikinya juga." Aku mulai berkaca-kaca. "Kamu tahu, kemarin malam aku sangat senang akhirnya aku dan mami papi makan bersama. Etapi itu hanyalah topeng semata mereka ingin menyampaikan penceraiannya kepaada ku hik.. hiks.. hiks," aku tidak sanggup untuk melanjutkan perkataan ku. Dami yang melihatnya pun langsung memeluk ku berusaha menenangkan ku. Saat aku mulai tenang dan melepaskan pelukan Dami, aku kembali berbicara sambil sesekali segukan karena tangis ku belum semua reda. "Terus hiks.. waktu kenaikkan kelas hiks.. kamu kemana aku hiks... mecari mu hiks..." aku lihat Dami menjawab sambil menahan tangis "Hari itu mbah aku di panggil Tuhan untuk selama-lamanya hikss..." Aku pun yang mendengar itu menyesal karena tidak ada di samping Dami yang saat itu sangat membutuhkan sandaran. Aku bodoh sekali Tea maki ku dalam hati. Akhirnya kami pun menangis bersama ntah karena bahagia semua kesalapahaman terselesaikan atau menangisi kebohan kami satu sama lain selama ini yang bukan saja menyakiti satu sama lain tapi juga diri kami masing-masing. Kami tidak peduli menjadi tontonan seluruh penghumi kami dan menangis mengeluarkan isi hati kami masing-masing.

Aku sudah kelas tiga SMA saat ini. Dan hal mengejutkan adalah aku dan Dami menjadi teman kelas kembali sungguh merupakan kabar yang sangat menggembirakan. Tapi tetap saja meskipun hari-hari ku di isi oleh canda tawa bersama Dami. Jauh di dalam lubuk hati aku merasakan kekosongan itu, sangat terasa jika aku pulang dan mendapati ruamah kosong hanya ada aku dan bibi. Aku memutuskan untuk tinggal bersama papi, bukan karena aku lebih sayang papi rasa sayang itu telah hilang baik terhadap papi maupun mami. Hati ku sudah mati rasa. Hanya saja mami harus menetap di Surabaya karena alasan pekerjaan nya. Jadi hanya tinggal papi dan mau tidak mau aku akhirnya tinggal di rumah ini bersama papi, walaupun serumah aku jarang sekali melihat batang hidung papi di rumah ini. Aku sudah terbiasa.

Dami sedang bercerita mengenai tes beasiswa yang dia ikuti. Saat ini kami sedang jam istirahat. Dia ternyata benar-benar serius dengan apa yang dia katakan setahun lalu ingin mewujudkan cita-citanya menjadi dokter, selama berada di kelas ini dia belajar mati-matian dan sangat rajin mencari informasi mengenai beasiswa. "Memang sesusah itu soalnya?" tanya ku " Super duper susah. Aku takut banget ga keterima." Balasnya dengan pesimis "Yang penting kamu sudah melakukannya yang terbaik, Tuhan ga tidur kok dengan usaha mu aku doa kan semoga Tuhan menyediakan satu bangku kosong untuk mu aminnn." "Aminnnn" sahutnya dengan semangat. "Eh ngomong-ngomong bagaima dengan mu? Kamu kepingin lanjut kemana? Aku belum pernah memberitahukan kepada ku deh." Aku yang mendengar nya tersenyum "Aku tindak akan lanjut kuliah" ucapku tenang berbeda dengan orang yang ada di depan ku menampilkan muka terkejut dengan mulut terbuka lebar membuat lalat bisa saja masuk kedalam nya. "Yang benar saja. Aku serius Tea jangan bercanda tidak lucu." "Aku serius lohh." "Kamu serius?! Oke pertama-tama aku mau tahu dulu alasan mu." "ya kamu tau aku tidak punya ke tertarikan apa pun. Jadi mungkin aku akan berdiam diri di rumah sampai tahu apa yang aku mau lakukan di masa depan." Tidak sepenuhnya bohong memang itulah alasan ku sebenarnya tapi ada udang dibalik batu aku tidak memberitahu Dami aku melakukan ini juga agar mami dan papi menaruh sedikit perhatian mereka pada ku. Ya benar! Ini bentuk pemberontakan ku. Dami yang mendengar alasan ku walaupun ada satu yang aku sembunyikan dari dia pun terdiam seperti memikirkan sesuatu. "Hmmm, oke aku terima. Nanti pulang sekolah aku butuh bantuan mu jangan pulang terlebih dahulu," aku cukup kaget dengan balsannya aku pikir dia akan mendesak ku ternyata tidak, hmmm aku mencium sesuatu yang mencurigakan disini.

Kami masih berada di dalam kelas meskipun bel pulang telah berbunyi beberapa menit lalu menyisakan aku dan Dami berdua. "Jadi gini, beasiswa yang aku ikuti terdapat sesi interviu menggunakan Bahasa Inggris. Aku mau kamu bantu aku," "Ha? Kaya lamar kerja aja pakai sesi interviu menggunakan Bahasa Inggris lagi memang kamu mau berkuliah di luar negeri." " ya engga lah Tea. Sudah bantu aja ya." Aku pun membantu Dami memahami materi yanng akan di bahas di interviu nanti dan pertanyaan-pertanyaan tahun lalu yang di ajukan kepada calon penerima beasiswa. Menurutku ini bisa terhitung susah, walaupun aku yakin Dami bisa tapi bagaimana dengan peserta yang laiinya. Dami masih kurang paham dalam beberapa bahasan dan dengan senang hati aku menjelaskan bagi ku sih ini tidak menyulitkan bukannya aku mau sombomg tapi memang begitu kenyataan nya. Saat sedang membereskan buku tiba-tiba "Eh lihat deh. Ini ada mbak-mbak pramugari viral." "Memang kenapa?" tanya ku penasaran dan menggerakan kepala ku untuk melihat telepon genggam Dami " Yaelah gitu doang aku juga bisa Dear passengers, we beg your attention for a moment! In accordance with civil aviation safety regulations we must demonstrate to you how to use seat belts,..." ucap ku memperagakan kata-kata si mbak pramugari. "Wah sama banget, bagusan kamu malah. Sudah cocok banget jadi mbak-mbak pramugari Tea. Terus kamu kan tinggi, pintar Bahasa Inggris." Dami mengatakannya dengan semangat. "Ihh apasih Dami." Tapi kalau aku memikirkannya benar juga sih aku tinggi memenuhi salah satu syarat pramugari lah karena aku belum pernah melihat mbak-mbak pramugari setinggi Dami hehehe maaf Dami keceplosan. Terus aku bisa berbahasa Inggris mungkin itu salah satu keahlian ku. Hahaha aku menertawakan betapa menyedihkannya aku yang tidak mempunyai keahlian apa-apa ini.

Sampai rumah aku langsung memikirkan nya lagi. Dengan rasa penasaran tinggi aku mecari-cari imformasi mengenai pekerjaan menjadi paramugari dan ntah mengapa aku menyukai nya. Jadi apakah boleh aku mempunyai mimpi juga? Terkadang aku sangat kagum melihat Dami dia mempunyai mimpi yang ingin dia capai dan memperjuangkan nya setengah mati di tengan kekurangan yang dia punya. Sejujur nya aku juga ingin seperti dia dan orang lain yang memiliki mimpi dan dengan bangga menceritakan mimpi itu kepada orang lain. Saat Dami menceritakan mimpinya kepada ku aku dapat melihat sebuah pasang mata dengan keinginan yang besar dan percaya bahwa dia dan mencapainya. Aku mulai memikirkan mimpi ku juga apakah aku bisa? Aku ingin orang lain melihat keyakinan ku itu di mataku sama seperti saat aku melihat mata Dami. Mari kita berdoa bersama-sama agar aku dapat mewujudkan mimipi ku. Menjadi pramugari mungkin? Tidak buruk juga kan?

 

Sebentar lagi pesawat akan landing aku harus siap-siap, dari kisah ku di atas apakah sudah terjawab mengapa aku bisa berakhir menjadi pramugari? Dan perlu kalian tau Dami melakukan sebuah kebohongan.  Dami berbohong kepada ku, ya dan kepada mu juga dia berbohong kepada kita semua. Sesi interviu beasiswanya itu hanyalah bualan semata dia sudah merencanakan supaya aku tertarik mengenai hal yang berbau-bau pramugari. Dan kalian tahu hal yang paling menyebalkan nya apa?  YA! Dia berhasil. Aku berakhir menjadi pramugari. Dia benar-benar menginspirasi ku, hanya saja aku tidak mau mengakuinya di depan nya hahaha.

                                                                                                                                              ...

Aku sudah menunggunya hampir satu jam dan lihat batang hidungnya belum juga muncul. Eh maaf aku belum memperkenalkan diri nama ku Ayu Damilia, tolong panggil aku DAMI dan tolong satu lagi jangan panaggil aku AYU! Itu sungguh menggelikan di telinga ku. Oh iya pasti kalian penasaran kan aku sedang dimana dan menunggu siapa, oke pertama aku sedang berada di bandara Nguh Rai Bali, ke dua aku sedaang menunggu seseorang paling nyebelin di dunia ini tapi aku sayang :p siapa lagi kalau bukan mbak-mbak pramugari bernama Dattea Mile panggil Tea aja jangan Mile terlalu keren untuk dia. Sekarang sudah satu jam aku menunggu si manusia lelet satu itu, sambil menunggunya bagaimana kalau aku bercerita sedikit tentang ku, mau ya?. Pokoknya harus mau! Hehehe bercanda kok!. Aku suka banget kalau kalian panggil aku Dami oke? Jadi aku tuh sebenarnya merupakan seorang dokter, jangan ketawa ini beneran ga bohong kok soalnya banyak banget yang ga percaya kalo aku tuh dokter hehehe ga papa lah ya curhat dikit. Aku baru saja terbang dari Bangladesh ke Bali khusus untuk ber temu si mbak-mbak oramugari itu. Lah kok jadi dokter di Bangladesh? Ga kejauhan bu? Sebenarnaya kejauhan sih hihihi tapi mau gimana ya kalau sudah panggilan dari dalam diri susah untuk untuk di tolak. Di sana aku dapat membantu menyembuhkan adik-adik yang sudah kehilangan orang tua mereka semasa perang terjadi disana, itu merupakan sesuatu impian terbesar ku dan juga alasan kenapa aku menjadi dokter. Ya, aku ingin membantu sesama. Membantu sesama ga perlu selau tentang materi kok, kamu memberikan pelukan meneangkan mereka yang ketakutan dan menangis akibat perang sudah sangat berarti banget bagi mereka. Wihh keren banget kata-kata ku, aku sebenarnya minjam kata-kata si mbak-mbak pramugari kok hehehe dia bilang itu waktu aku SMA dan terakhir ketika aku memutuskan menjadi sukarelawan ke Bangladesh dia orang pertama yang mendukung ditambah kata-kata keren nya itu. Awas saja nanti kalau dia sudah datang kamu lebih menyukainya daripada ku. Kamu tau dia merupakan tokoh yang menginspirasi selama ini, tapi aku ga bilang nanti dia ke pd-an lagi. Pernahh suatu kalis semasa SMA mengatakan dia menginspirasi dan kalian tau apa? Dia kesenangan sist ngga lagi deh hihihi.

Jika kalian pikir jalan ku menjadi seorang dokter mulus-mulus saja semulus wajah artis-artis korea yang sekarang sangat digandrungi remaja jaman sekarang pasti kalian salah satu yang suka tonton ya ngaku aja, tapi kalian salah besar. Semua yang telah aku capai saat ini butuh sebuah perjuangan eh bukan sebuah saja tapi 1000 buah perjuangan hahaha. Ada yang pernah bilamg kepada ku ish lagi-lagi kata-kata si mbak-mbak pramugari oke si Tea itu pernah berkata kepada ku selagi ada kemauan pasti bisa kok. Jadi buat kamu yang sekarang lagi berjuang menggapai mimpi mu jangan menyerah bila ada orang yang meremehkan mimpi mu mereka salah, sebuah mimpi tidak ada yang kecil atau pun besar karena mimpi itu sendiri tidak dapat di ukur. Siapaun kamu, dari keluarga mana pun kamu lahir kaya atau miskin, broken home atau tidak kamu selalu bisa dan pantas untuk terbang tinggi menggapai apapun itu mimipi mu. Mungkin di tengah jalan kamu melalui badai, tapi percaya Tuhan akn mengirimkan orang-orang untuk menjadi sandaran mu seperti Tuhan mengirim Tea untuk ku. Dan kamu bisa mengatakan jika kamu lelah it's okay everything it's gonna be alright. Jangan menyerah kamu bisa berhenti sejenak.

Lamunan ku buyar " Dami.... Dami ih di panggil-panggil malah bengong. Gerah banget nih badan keringatan mau buru-buru ke hotel." Ntah datang dari mana kita Tea sudah berada di depan ku dan ia lansung bergegas berjalan meninggalkan ku yang masih duduk terdiam. Dasar Tea seharusnya aku dong yang marah-marah nunggu dia se jam lebih kok malah jadi dia. Eh tunggu sampai dimana tadi kita? Oke pokoknya itu saja cerita ku dan aku mau kamu tahu kalimat terakhir itu kata-kata ku sendiri ya bukan colong milik Tea. Ingat! Punya ku. Perjalanan ku dan Tea masih panjang begitu pun dengan perjalanan mu. Mari kita sama-sama berjuang oke? Janji ya! Jari kelingking nya mana? Oke kita sudah mengikat janji! Aku tunggu cerita mu! Tea sudah pergi jauh meninggalkan ku, "Tea tunggu...!" teriak ku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun