Mohon tunggu...
Bambang Kuncoro
Bambang Kuncoro Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Wisdom. URL https://www.kompasiana.com/bkuncoro

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Papua Green Forest Warrior

5 September 2019   18:03 Diperbarui: 5 September 2019   18:06 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Triblonotus Gracilis (photo by irawan_subingar, www.pinterest.com)

"Hutan kita sangat luas. Masih banyak satwa yang kita belum tahu."

--- Gustaf Toto, Pimpinan/Ondoafi Adat Nechiebe, Papua.

                    Rasa sakit di lengan dan pusing di kepala, yang menyadarkanku dari pingsan.  Aku mendapati pergelangan tanganku diikat kuat dan ditarik di atas kepala.  Pergelangan kaki pun tak luput dari ikatan.  Aku hanya bisa bergantung tidak berdaya.  Bagaikan binatang...!  Mataku mencoba menyesuaikan retinanya dengan kondisi minim cahaya di ruangan itu.  Yang kulihat pertama kali adalah banyak botol-botol Xylazine & Carfentanil berserakan di lantai.  

Keduanya adalah obat bius hewan besar.  Sepertinya aku juga dibius dengan Carfentanil atau Xylazine.  Kemudian kusapukan pandangan mata ke sekeliling ruangan.  Ruangan berbentuk empat persegi panjang dengan hanya satu jendela, berdinding balok kayu ini ku taksir seluas 6x5 meter saja.  Banyak kotak-kotak kayu dan kontainer plastik disusun berjajar.  

Aku duga kotak kayu dan kontainer plastik itu berisi hewan-hewan langka yang akan diperdagangkan.  Sepertinya sebelum nanti dikirimkan, kotak kayu dan kontainer plastik itu digunakan dulu sebagai penyekat ruangan.    Agak keatas, bergantungan di dinding ada beberapa sangkar.  Kulihat di dalamnya ada burung langka seperti, Kuau Raja (Argusianus spp), Kasturi (Lorius spp), Junai Emas (Caloenas spp), Mambruk (Goura spp), dll.  

Di pojokan aku lihat ada semacam gundukan karung tergeletak.  Ikatan pada mulut karung terlihat sangat erat.  Meskipun begitu ada bagian bawahnya yang robek sedikit dan kulihat muncul ujung ekor ular, kalau dari pola kembangnya sepertinya itu adalah Sanca Albino (Phyton spp). 

Aku menduga kotak-kotak yang berjajar itu berisi berbagai jenis reptil dan hewan langka lain.  Reptil adalah salah satu primadona dalam rantai perdagangan hewan langka.  Di Amerika seekor kura-kura langka harga nya bisa 200-400 juta rupiah.   

Reptil bisa diselundupkan dengan mudah, ukuran tubuhnya kecil, setidaknya saat fase anak, tahan banting, dan karena metabolismenya berdarah dingin, dapat bertahan hidup relatif lama tanpa makan atau minum.  

Bau menyengat, menyeruak memenuhi ruangan.  Sepertinya adalah bau kotoran hewan besar.  Mustinya asal bau itu adalah dari luar.  Dalam bayangku, di luar ada beberapa hewan-hewan langka yang lebih besar di kandangkan secara sembrono.  "Bisa jadi ini adalah bentuk bagian dalam dari markas pemburu liar yang selama ini menjadi target pengintaian," gumamku dalam hati.  Melihat banyaknya kotak yang ada, nilai ekonomis di pasar gelap dari tempat ini, semuanya bisa mencapai beberapa puluh miliar, belum lagi jika dihitung satwa besar langka apapun yang ada di luar sana.

                    Mungkin karena pengaruh obat bius belum benar-benar hilang, aku hanya bisa mengingat sejauh mulai saat cokelat kopi selesai aku seduh : 

Ditemani sebatang rokok dan roti, alunan suara Pavaroti menyanyikan lagu opera Turandot aku pelankan volumenya di smartphone agar selaras dengan konser suara-suara alam diluar.  Ada cuitan merdu berbagai jenis burung dan jeritan monyet-monyet di kejauhan.  Sambil menikmati itu semua aku mulai membuka majalah Tempo edisi awal April 2019, laporan utama "Jejak Transaksi di Taman Safari".  Saat Pavaroti mulai melantunkan bagian "Vinceroooo" tiba-tiba Smartphone membunyikan notifikasi.  

Kulihat applikasi E-Pelaporan Satwa Dilindungi, ada pesan.  Rupanya dari Erik, Team kami yang membuka kios jual beli reptil & ular di Jakarta.  Sebenarnya kios ini hanya kedok agar kami bisa masuk lebih dalam ke jaringan jual-beli satwa liar tanpa dicurigai.   Pendanaan kios reptil & ular Erik ini juga yang menyedot kemampuan finansial LSM kami, sehingga tugas-tugas ke Papua hanya bisa dilakukan 1 orang saja secara bergantian. 

 Menyusul masuk pesan lainnya.  Pesannya berbunyi "Penting, ada info A1 bahwa hari ini ada transaksi besar dengan beberapa pembeli dari luar negri, kemungkinan dari China.  Harap memantau dari dekat dan mengambil beberapa foto untuk bukti."  Aku agak kaget juga dengan notifikasi tersebut, karena melakukan pengintaian dari dekat akan sangat berbahaya.  

Sedangkan untuk perjalanan kali ini tujuan ku hanya untuk mendata gen sequence dari beberapa hewan dan upload ke applikasi Barcode DNA dan WildScan, serta sosialisasi ke para pemuka/ketua adat tentang berbahayanya perdagangan satwa liar bagi kehidupan mereka sendiri.  Hilangnya satwa kunci mengganggu keseimbangan ekosistem dan bisa memutus rantai makanan di alam.  Pada gilirannya mereka, sebagai pemuncak rantai makanan, akan terganggu juga.

                    Perlahan-lahan ingatanku mulai bertambah sedikit demi sedikit seiring makin berkurang nya pengaruh obat bius.

Sejak kami mendapati indikasi adanya jaringan oranisasi pemburu liar tahun lalu, kami segera melakukan operasi penyamaran dan penetrasi dengan membuka kios jual beli reptile & ular di Jakarta di bawah koordinasi Erik.  Setelah Erik masuk makin dalam dan banyak info yang dikumpulkan, kami makin tercengang dengan sepak terjang jaringan ini. Hampir segala permintaan berbagai satwa langka bisa disanggupi asal cocok harganya.  

Memang Tahap pengintaian dari dekat sudah kami rencanakan, tetapi masih kira-kira 1-2 bulan lagi baru akan dilaksanakan.  Persiapan pengintaian dari dekat harus benar-benar matang karena menyangkut rapi dan sadisnya jaringan ini, dan tentu pertimbangan keselamatan nyawa kami juga.  Tetapi info kali ini tampaknya bersifat darurat mendesak.  Jika kesempatan transaksi besar ini lewat, kami bisa tidak dapat mengungkap jaringan ini karena barang bukti mungkin saja sudah tidak ada alias sudah berpindah tangan ke negara lain. 

                    Setelah menimbang-nimbang cukup lama faktor resiko yang cukup berbahaya, karena saat ini hanya ada aku sendiri, akhirnya aku memutuskan untuk menjalankan misi pengintaian dari dekat ini.  Sebenarnya ancer-ancer pos mereka sudah kami maping, tapi untuk menjaga agar mereka tidak curiga kami belum terlampau dekat masuk ke dekat markas mereka.   Dari saat meninggalkan pos lapangan kami, aku berusaha menjaga langkah-langkah ku sebisa mungkin senyap.  kadang-kadang aku bahkan harus mengendap-endap. 

                    Pada suatu bagian hutan, aku mendapati beberapa anggrek yang sangat indah.  Saat aku cek di GPS lokasinya sekitar 3 km sebelum titik markas mereka. Berjalan beberapa puluh meter kemudian aku mendapati lagi anggrek lain yang tidak kalah indah.  Kembali setelah berjalan beberapa puluh meter aku mendapati anggrek yang lebih indah dari sebelumnya.  

Karena tertarik dengan warna-warninya, Aku coba mengamati Anggrek yang ini lebih dekat.  Sementara pikiranku secara otomatis mulai curiga mengamati pola berulang yang sepertinya tidak alami ini alias ada campur tangan penataan manusia, tiba-tiba aku mendengar suara letupan samar-samar, dan sedetik kemudaian bagian punggungku seperti tertusuk jarum.   Tidak butuh waktu lama, aku pun kehilangan kesadaran dan pingsan.

                    Tiba-tiba salah satu kotak bergoncang sangat kencang, dan menimbulkan suara yang menyadarkanku dari flashback.  Rupanya salah satu hewan sudah mulai sadar dari obat biusnya dan memberontak. Bisa jadi itu adalah biawak (Varanus spp), atau buaya (Alligator spp) tanggung.  Sementara tanganku yang terangkat ke atas terus dari tadi, saat ini mulai sakit sekali.  Kemudian aku mendengan pintu dibuka. 

Aku pura-pura masih pingsan dan menutup mata.  Dari celah mataku aku mengamati, seorang wanita berambut pendek bertubuh agak gempal masuk untuk mengecek suara-suara tadi dan mengambil sesuatu.  Saat mau keluar dia sempat mengamati kondisi ku sebentar dan kembali melangkah kearah pintu.  Mungkin dia lihat aku masih pingsan.  Sambil berjalan dia berkata ke pada temannya yang lain yang berada di luar, "Masih pingsan dia".  Dan di balas oleh temannya, "Baik, nanti kita singkirkan dia setelah proses transaksi selesai, karena pembeli sebentar lagi mau datang"

                    Disaat genting seperti ini aku jadi teringat sosok Mbahku.  Entah kenapa, telah beberapa kali saat aku menghadapi situasi genting sebelumnya, aku selalu ingat sosok Si Mbah.  Dan juga aku mengingat kembali keputusan besarku.

                    Teman-teman di Fakultas Kehutanan bilang aku sok idealis, karena aku memutuskan mantap menggeluti dunia LSM, dan menolak lapangan pekerjaan lain yang lebih menjanjikan dari sisi karir dan gaji.  Tapi sebenernya yang mereka tidak tahu ini adalah merupakan passion ku sejak lama.  Kecintaan ku pada dunia kehutanan dan isinya telah mulai terbentuk saat aku masih kecil.  

Saat aku diasuh oleh Si Mbah.  Bisa dibilang aku dekat sekali dengan Si Mbah. Banyak sekali cerita Si Mbah yang membekas di ingatanku.  Salah satunya adalah kiprah Si Mbah saat masih muda.  Si Mbah sebenarnya adalah seorang Jaga Wana dan pawang binatang buas.  Waktu itu di kaki gunung Lawu, Si Mbah adalah salah satu pawang yang disegani.  

Sampai-sampai di rumahnya dia memelihara Harimau Jawa dan Macan Tutul.  Mereka berdua hanya mau nurut dengan Mbahku.  Mereka berdua dipanggil sesuai dengan ciri-ciri tubuhnya.  Yang Harimau dipanggil  Kiai Codet (karena ada codet panjang di mukanya) sedangkan yang Macan Tutul di panggil Kiai Caplang karena kuping nya ada sobekan cukup besar.  Bahkan Si Mbah masih menyimpan kliping Harian Soeara Asia yang ada foto mereka berdua.

                    Kemudian Jepang datang.  Awalnya Mbahku tidak mau angkat senjata. Tapi oleh karena suatu perstiwa Mbah ku akhirnya menjadi pejuang yang marah dan yang paling gigih memerangi Jepang.  Titik balik itu terjadi karena seorang Cudanco secara semena-mena menyita kedua hewan buas itu.  Kata Si Mbah Cudanco itu ahli biologi dan zoologi.  

Sejak saat itu Mbahku dan pasukannya sering kali bergerilya menyerang Jepang di malam hari.  Kemampuan menyerang malam hari ini diakui oleh teman pejuang lain, karena selalu akurat.  Mereka bilang itu karena Mbahku mempunyai penglihatan dan ketangkasan seperti Harimau di malam hari.

     Kecintaanku pada hutan dan isinya berlanjut saat aku remaja.  Suatu malam saat aku menonton TV,  program yang disajikan adalah episode sepak terjang Greenpeace Rainbow Warrior.   Betapa beraninya mereka saat menghadapi para perusak lingkungan hidup.  

Lihat saja aksi mereka saat menghadang kapal penangkap ikan paus yang sangat besar milik Jepang.  Kapal mega tonase yang mempunyai fasilitas pengolahan ikan paus dan persenjataan lengkap dibuat tak berdaya oleh kapal kecil Greenpeace Rainbow Warrior.  Ini yang menggugah romantisme ku.  Sejak itu aku senang dengan predikat Pejuang Lingkungan.

                    "Gubrak", kembali salah satu kotak bergoncang agak lebih keras dari pada yang sebelumnya, menarik kesadaranku lagi kekenyatan saat ini.  "waduh, sebentar lagi bakal ada yang masuk untuk cek kondisi nih" pikirku dalam hati.  Lalu aku persiapan untuk pura-pura pingsan.  Benar ternyata, tidak berapa lama kemudian, masuk sorang laki-laki keriting bertubuh agak kecil.  Saat sudah dihadapanku dia berteriak kepada temannya "Ini orangnya masih pingsan, coba aku pukul saja agar dia bangun" sambil dia berancang-ancang untuk memukul.

Mendengar niatnya itu aku segera bangun, "jangan bapa, jangan pukul-pukul orang"

Lalu dia menjawab, "oh tidak bapa, saya tidak mau pukul kamu" katanya sambil menurunkan ancang-ancang nya

Tapi tiba-tiba, pukulannya keras mendarat di mulutku. Kemudian dia berkata, "kamu boleh pura-pura pigsan padahal sudah tidak pingsan, berarti kami juga boleh pura-pura tidak mukul tapi memukul."  Aku tidak bisa membedakan apakah dia maksutnya marah atau sarkasme, karena mulutku sakit sekali, dan ada rasa anyir dimulutku.  Sepertinya mulutku berdarah.

Kemudian dia ambil lakban dan menutupnya di mulutku, sambil berkata, "kau diam saja ya, kami ada urusan sebentar.  Nanti kalau sudah selesai kami urus kau lagi"

                    Memang benar, tidak berselang lama, aku mendengar suara percakapan beberapa orang di luar.  Aku berkata dalam hati "rupanya ini para pembeli sudah pada datang."  Setelah mereka bercakap-cakap antara 5-10 menit, tidak berapa lama kemudian pintu kembali dibuka.  Dan rombongan pembeli pun masuk.  

Salah satu calon pembeli yang bertopi hitam, kaget ketika melihat Aku dalam kondisi terikat.  Tentu ini suatu pemandangan yang sangat sensitif, bagi para pemain barang illegal ini.  Sekecil apapun kondisi yang mencurigakan harus di beri perhatian.  

Dia berkata gusar, "Ini siapa? Ada apa ini?".  Kemudian pemimpin pemburu liar berkata , "Ah itu hanya pemuda dari kampung di bawah saja, dia tadi hendak mencuri makanan disini," dan melanjutkan "Tidak ada masalah ini, nanti kami bereskan ke tetua kampung"

     Nampaknya dia agak tenang setelah mendapatkan penjelasan, meskipun masih menunjukkan tatapan mencurigai.  Selain pria yang bertopi hitam, juga ada seorang yang bermata sipit, berkulit putih dan berjaket kulit.  Dia dari tadi hanya mengamati dari belakang tanpa berkata-kata.  Dia hanya berbisik-bisik dengan temannya yang berkaos hitam.  Kemudian orang yang berkaos hitam berkata kepada pimpinan pemburu liar, "Paman Beny, coba tunjukkan barangnya".

Kemudian mereka beramai-ramai, melihat satu persatu isi kotak.  Semua melihat secara teliti isi kotak.   Orang yang bermata sipit beberapa kali mengangguk-angguk.  Orang yang bertopi hitam hanya diam dan memperhatikan saja.  Kemudian orang yang berkaos hitam itu lalu berbisik-bisik dengan orang yang bermata sipit.  Mereka berbisik-bisik agak lama.  Kemudian akhirnya orang yang bermata sipit itu membuka kopernya yang ternyata berisi uang.  Kemudian menyerahkan ke pada paman Beny.

                    Begitu Paman Beny menerima koper itu, tiba-tiba secara cepat orang yang bertopi hitam mengeluarkan pistol entah dari mana dan berkata "Angkat tangan kalian semua, jangan ada yang mencoba bertindak gegabah atau melawan" dan kemudian seperti berbicara kepada diri sendiri dia berkata "kode hijau, kode hijau".  Tidak lama,  kira-kira sedetik lah, diluar terdengar keramaian.  Rupanya teman-teman dari orang yang bertopi hitam itu segera menyerbu dari persembunyian nya di luar. 

     Menyaksikan itu semua, Aku bersyukur dalam hati dan berkata, "kebetulan bener ya, operasi penggerebekan ini tidak berselang lama dengan penyekapanku, hingga penderitaanku tidak perlu berlarut-larut lagi."   Tidak berselang lama salah seorang aparat melepaskan ikatan tangan dan kakiku.  Kemudian aku meminta minum, Karena efek obat bius membuatku dehidrasi.  

Sambil menenggak air putih aku menjelaskan kepada aparat tersebut, siapa aku, LSM apa yang kuwakili, dan misi apa yang aku jalankan hingga bisa disekap.   Setelah dia yakin bahwa aku dan dia berada di kubu yang sama, maka dia memintaku untuk melakukan pendataan & penanganan semua hewan langka tersebut.  Sedangkan dia bisa fokus untuk melakukan interogasi.

                    Kira-kira 30 menit aku mendata hewan-hewan tersebut, kemudian aparat, yang bernama AKBP Henri, tersebut mendatangi aku dan mengajak duduk di gazebo samping markas untuk memberikan briefing.

Dia mengatakan "ternyata pemburu liar ini bukan dari jaringan di Indonesia.  Sebenarnya misi kami adalah mengungkap jaringan di Indonesia sampai ke yang paling atas.  Karena berdasarkan wawancara di suatu media, si Raja Perdagangan Hewan Satwa Langka dunia yang bernama Anson Wong, pernah membocorkan bahwa saingannya yang paling besar berasal dari Indonesia"

     Anson Wong alias Wong Keng Liang, nama ini memang legenda Dunia.  Raja perdagangan satwa langka yang pernah di ekstradisi ke Amerika, tahun 2000an akhirnya dipenjara disana selama 105 bulan (meskipun ancaman denda maksimum 250 tahun dan 125 miliar rupiah).  

Suatu hukuman yang terbilang ringan, mengingat operasi penangkapannya saja telah menghabiskan jutaan dollar.  Dan memang benar, setelah bebas dia kembali menjadi Raja perdagangan satwa liar yang operasinya bahkan lebih besar.  Triknya adalah menggunakan celah hukum yang berlaku, justru sebagai tameng terhadap operasinya. 

     Untuk perlindungan satwa langka, seluruh dunia telah sepakat menggunakan data species yang tercantum di dalam CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora).  Lebih dari 50,000 species tercantum di dalamnya dan hampir tiap tahun di tambahkan species-species lain yang hampir punah.  

Akan tetapi kesepakatan CITES punya satu titik kelemahan: Spesimen yang dibudidayakan atau ditangkar tidak mendapatkan perlindungan sebagaimana yang hidup di alam liar.  Jadi jika seseorang mempunyai ijin pembudidayaan dan penangkaran,yang biasanya merupakan bagian dari operasi sebuah Kebun Binatang, maka ia bisa berlindung untuk melakukan perdagangan satwa liar.  Itulah yang dilakukan oleh Anson Wong dan kemudian diikuti oleh pemain-pemain besar lain di seluruh dunia.  Setelah keluar dari penjara Anson Wong mendirikan Kebun Binatang yang sah dengan dukungan resmi pemerintah Malaysia. 

     Aku teringat pelajaran saat orientasi awal di LSM ini, yang dicuplik dari National Geography : Mitra Anson adalah istrinya sendiri dan Michael Ooi, pedagang anggrek terkenal di dunia internasional. Selama bertahun-tahun suami-istri Anson Wong dan Michael Ooi mengelola kebun binatang di Penang, bernama Bukit Jambul Orchid & Hibiscus Garden and Reptile House.

     Kemudian aku bertanya, "jadi siapa kira-kira pemain teratas di Indonesia Pak?"  Dia tersenyum mendengar pancinganku dan berkata, "maaf Dik, ini penyelidikan masih berlangsung, kita secara hukum tidak boleh memberikan informasi apapun untuk penyelidikan yang sedang berlangsung".

Merasa kurang puas, aku bertanya lagi, "Jadi pemburu liar ini menginduk ke siapa Pak?"   Dia berkata singkat, "Ini yang akan kita mulai selidiki, dengan menginterogasi pembeli yang tadi kami tangkap"

Aku mencoba menyelidik lebih lanjut, "Jadi pembeli itu siapa dan dari mana Pak?"  Dia menegaskan, "Karena ini merupakan penyelidikan baru, dan belum resmi dikeluarkan surat dimulainya penyelidikan, maka ada beberapa informasi yang bisa saya sampaikan."  Dia melanjutkan, "bahkan mungkin saya butuh keahlian adik dalam hal ini."

Aku menyambutnya, "baik seperti apa itu Pak".  Kemudian dia menjelaskan, "itu pembeli ternyata dari Jepang, bukan dari China.  Kami tadi nya menduga melihat cirri-ciri fisiknya dia dari China.  Karena di China sendiri, parktek-praktek satwa-satwa liar sering dijadikan makanan, aphrodisiac bahkan obat, sudah berlangsung beratus-ratus tahun"

Aku menegaskan kembali, "benar itu Pak.  Jadi pembeli dari Jepang ya Pak?"

"Iya Taka san namanya, ngakunya turis, tapi setelah kami cek lewat Interpol ternyata dia adalah pemilik jaringan kafe reptile atau raputoru caf.  Yang ternyata itu hanya kedok untuk perdagangan satwa langka.  Bahkan kami temukan sebuah buku tua di balik jaketnya.  

Ini yang mungkin Adik bisa lihat dan memberikan pandangannya, karena di dalamnya banyak gambar-gambar jenis atau species binatang" sambil dia menyerahkan kepadaku sebuah buku tua untuk dilihat dan diteliti.

     Buku itu memang kelihatan sudah sangat tua.  Bersampul coklat yang memudar dan diikat karet gelang agak besar.  Aku mulai membuka satu persatu halamannya.  Tulisannya memang tulisan Jepang yang aku tidak mengerti tetapi, gambar dan nama latinnya sungguh aku sangat familiar.  

Satu persatu aku buka lembarannya dengan hati-hati dan mempelajari secara teliti.  Menjelang lembar-lembar penghabisan, aku berkata kepada nya, "ini adalah gambar-gambar hewan exotis dari beberapa tempat di Asia Pak, ada yang endemic di Biak, Filipina, Myanmar, dll bahkan sebagian dilaporkan sudah punah, sebenarnya ini dari mana Pak?"

Dia menjelaskan, "Patut diduga berdasarkan info dari buku itu dia melakukan perdagangan illegal jual beli satwa langka.  Menurut pengakuannya itu adalah buku milik kakeknya, seorang tentara Jepang yang memang bertugas persis di tempat-tempat yang Adik sebutkan"

     Bersamaan penjelasannya, aku sampai pada lembaran akhir, dan di sampul belakang aku melihat sebuah foto. Aku terkesiap.  Tampak seorang tentara muda Jepang, gagah dengan pakaian dinas militer lengkap beserta insignia dan samurai kebesarannya.  Dia duduk di sebuah semacam singgasana dan di kanan kirinya ada hewan yang diawetkan.  

Yang membuatku terkesiap adalah hewan itu adalah Harimau dan Macan Tutul.  Yang Harimau mempunyai codetan  memanjang di mukanya,  sedangkan yang Macan Tutul telinganya ada robekan.  Dan keterangannya terbaca : CudancoToshi Hasegawa shosite yajuu kara Lawu (Cudando Toshi Hasegawa dan binatang buas dari Lawu)

     Tiba-tiba kepalaku seperti vertigo ringan, entah karena pengaruh obat bius belum benar-benar hilang atau karena sebab yang lain.  Potongan adegan film tiba-tiba muncul di kepalaku, Aku teringat Simba, Aku teringat Scar.  Dan dua Lingkaran Kehidupan Aku dan Taka san kembali saling bertautan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun