Mohon tunggu...
Suyut Utomo
Suyut Utomo Mohon Tunggu... Travel | Content creator | Video | Writing

Menceritakan apa yang dialamii lewat tuisan dan video

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Meraba Bukit Kaba

25 Oktober 2014   00:46 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:50 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Heri juga mengatakan jika saya beruntung bisa menemui langit cerah tanpa ditutupi kabut. Karena mereka sendiri sering ke sini, tetapi jarang sekali menemukan cuaca seperti ini.

Heri dan Riki pun naik ke atas duluan dengan meniti tangga seribu. Sementara saya berhenti sejenak untuk sekedar menenggak minum. Oya jika ke sini hendaknya membawa air minum dari bawah, karena di sini tidak ditemui pedagang makan/minuman.

[caption id="attachment_368929" align="aligncenter" width="636" caption="tempat parkir, tangga seribu, Heri & Riki yang naik duluan"]

14141468721626451095
14141468721626451095
[/caption]

Setelah mereka hampir sampai atas, saya menyusul naik. Kemiringan tangga hampir 45 derajat, membuat energi terkuras, beberapa kali berhenti buat menyelesaikan nafas yang terputus-putus. Penuh hati-hati menapaki anak tangga, karena tidak ada pegangan di sisinya, keseimbangan tubuh harus tetap terjaga. Konon juga sering terjadi kecelakaan ketika pengunjung menaikinya, tentu celaka ketika jatuh dan menggelinding ke bawah.

Akhirnya sampai atas, di ujung tangga dibatasi pagar berbeton yang hampir mengelilingi kawah, beberapa pagar sudah rusak dan rubuh. Sementara sesekali melongok ke bawah kawah untuk memperhatikan kepulan asap sulfur yang berhembus dari permukaan tanah. Terdapat jalan setapak juga jika ingin turun ke bawah kawah, tapi saya tidak melakukannya karena jaraknya lumayan jauh. Saya lebih memilih berada di pinggir kawah memperhatikan sekeliling. Terus terang baru pertama kali ini menjumpai pemandangan seperti ini, berada di ketinggian sekitar 1938 meter dari permukaan laut, dengan berdampingan mulut besar kawah yang masih aktif.

Walau saya saat itu berada di ketinggian tapi kenapa dalam hati bergumam bahwa betapa 'rendahnya' atau kecilnya manusia dibandingkan dengan ciptaan-Nya terhampar di hadapan. Gusti Allah memang Mahakeren!

Saya semakin mendekat ke bibir kawah, harus hati-hati, lengah sedikit saja bisa terjun bebas ke dasar. Saya perkirakan dalamnya sekitar 100 meter. Bau belerang menyengat tidak bisa dihindari, entah efek bau tersebut atau bukan kepala sedikit pusing. Berjalan mengelilingi pinggir kawah walau tidak satu lingkaran penuh, hanya berjalan yang bisa dijangkau, karena beberapa bagian adalah tebing terjal. Mengabadikan beberapa gambar dengan kamera seakan wajib hukumnya, sesekali narsis dengan tripot dan selftimer menjadi solusi ketika berpergian sendirian.

[caption id="attachment_368932" align="aligncenter" width="640" caption="akhirnya"]

1414146964769124257
1414146964769124257
[/caption]

[caption id="attachment_368933" align="aligncenter" width="640" caption="kota Curup kelihatan dari sini:"]

14141470441458543137
14141470441458543137
[/caption]

[caption id="attachment_368934" align="aligncenter" width="640" caption="pagar kawah:"]

1414147134518670123
1414147134518670123
[/caption]

[caption id="attachment_368935" align="aligncenter" width="640" caption="jalan turun menuju kawah:"]

1414147216840991674
1414147216840991674
[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun