" Saya selalu menang di tahun kedua saya. Tidak ada yang berubah. Saya tidak akan mengatakan sesuatu kecuali saya mempercayainya, " ( Ange Postecoglou, pelatih Tottenham Hotspur )
Ange Postecoglou percaya bahwa kesuksesan akan datang kapadanya saat berada di tahun kedua. Sebuah keyakinan yang cukup realistis. Dalam catatan karirnya sebelumnya bersama Celtic, Yokohama Marinos, South Meulbourne dan Brisbane Roar, pelatih berusia 59 tahun ini tercatat baru menuai sukses saat sudah melewati dua belas bulan masa kepelatihannya. Dan kesuksesannya di tahun keduanya membawa Tottenham Hotspur sebagai kampiun Europa League 2024/2025 ini menjadi pembuktian akan kesekian kalinya akan keyakinannya ini.
Ya, Tottenham Hotspur akhirnya mengakhiri musim 2024/2025 yang berat ini dengan happy ending. Kemenangan 1-0 atas Manchester United pada final Europa League berkat gol Brennan Johnson hari Kamis, 22 Mei 2025 di stadion San Memes, Bilbao, Spanyol menjadi kado istimewa di tengah keterputukan prestasi yang mereka alami semusim terakhir. Sementara bagi pelatih Postecoglou, pencapaian ini menjadi jawaban atas kritikan dan tekanan yang dialamatkan padanya belakangan ini.
Hari-hari selama musim 2024/2025 memang menjadi hari-hari yang berat bagi seorang Ange Postecoglou. Keberhasilannya membawa Spurs ke posisi enam pada musim  2023/ 2024 lalu seolah tak berbekas seiring kegagalannya mencapai hasil serupa di musim ini. Tak ayal, kritikan pun terus berdatangan dan bahkan dirinya berada di jurang pemecatan.
Beruntung, trofi Europa League menyelamatkan mereka, khususnya Postecoglou. Dan Spurs pun mengakhiri 17 tahun puasa trofi mereka sejak terakhir kali merengkuh trofi saat mengalahkan Chelsea di Piala Liga tahun 2008 lalu.
Bagaimana Postecoglou mengantarkan kesuksesan ini ?
Ada tiga catatan penting dibalik keberhasilan Postecoglou mengantarkan Tottenham Hotspur menjadi pemenang kali ini.
1. Fleksibilitas Ange Ball sebagai kunci
Meski tak diunggulkan, namun Spurs sukses membalikkan prediksi. Hal ini tak lepas dari fleksibilitas taktik yang diterapkan pelatih Postecoglou.
Ya, keputusan Postecoglou untuk memilih bermain pragmatis akhirnya berbuah manis. Pelatih asal Australia ini menyadari bahwa laga kali ini menjadi pertaruhan bagi karirnya sebagai pelatih. Karena itu, Postecoglou pun tak mau sekedar bereksperimen dan fokus pada kemenangan.