Mohon tunggu...
B. Prasetya
B. Prasetya Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ideologi Batu Nisan

12 Oktober 2018   07:41 Diperbarui: 12 Oktober 2018   07:51 1537
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada dasarnya semua negara dianugerahi ideologi.

Namun, ada yang tergali sempurna dan ada yang belum.

Setiap bangsa di muka bumi ini, ditakdirkan memiliki ideologi dengan ciri khas masing-masing.

Jadi tidak bisa satu ideologipun diklaim sebagai yang  terbaik di dunia!

Yang tepat adalah hanya ideologi negaranya yang terbaik bagi mereka, TITIK

Tidak perlu ada perdebatan lagi, karena ideologi semakin diperdebatkan justru semakin membawa banyak keburukan (pertikaian, permusuhan, perpecahan dan peperangan) tanpa ujung.

Namun bila digali diamalkan, digali diamalkan, digali diamalkan dan terus selalu begitu tanpa berhenti sekejap matapun maka akan tercetak generasi-generasi yang menjadi rahmat bagi sesama juga negara.

Inilah hukum-hukum yang menguasai kehidupan!

Barang siapa menguasai masa lalu, akan menguasai masa depan karena kunci masa depan terletak pada masa lalu.

Dan ternyata kunci masa depan itu adalah ideologi karena di dalamnya terkadung manifestasi nilai-nilai luhur, intuisi paripurna masa lalu.  

Namun hanya orang-orang berakal yang memahaminya, lho guys!

Hehehe..he..he..! Semoga kita termasuk di dalamnya, ya. Amin.

Apabila sebuah negara acapkali kacau-balau, morat-marit dan gonjang-ganjing hal itu menunjukkan bahwa ikatan bathin antara ideologi dengan manusia di dalamnya sedang bermasalah.

Diibaratkan pohon, Ideologi adalah akar sedangkan faktor lain, seperti; politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, keamanan dan lain-lainnya adalah cabang. 

Namun saat terjadi suatu masalah, hampir semua orang konsentrasinya hanya tertuju pada cabang (kerusakan yang tampak) dan jarang yang berpikir mencari tahu sebab musababnya sampai ke akar (ideologi) untuk menemukan solusi permanen. Bukan solusi sesaat, tambal sulam.

Kalaupun ada yang mengingatkan biasanya tidak digubris dan dianggap ngawur. Bahkan yang lebih ekstrim lagi dianggap terlalu berlebih-lebihan, terlalu mengada-ada dan mencari popularitas dari solusi yang tidak populer.  

Parahkan? Nasib... nasib...! Hehehe..he..he..

Kebanyakan orang berpikir, keberadaan ideologi baik-baik saja, sepanjang tidak ada pemberontakan yang hendak menggantikannya.

Mereka menganggap tidak ada korelasi yang kuat antara ideologi dengan karut-marut di berbagai sektor kehidupan.  

Apalagi bagi sebagian besar generasi zaman now, membahas ideologi dianggap tidak kekinian, tidak penting, tidak menarik dan tidak ada untungnya karena tidak menghasilkan uang serta tidak menjanjikan kemapanan.  

Kalaupun harus mengupasnya secara serius, hanya dilakukan di kelas saat mata pelajaran ideologi, selebihnya sekedar mengisi waktu luang ketika nongkrong, itupun segera terlupakan.

Padahal apabila ideologi telah menjadi life style maka kesenangan hidup pasti mereka peroleh dan tidak ada lagi yang mengkhawatirkan kesejahteraan mereka lagi bersedih hati.

Itulah janji ideologi!  

Sekilas terlihat mudah, meskipun kenyataannya tidaklah sesederhana itu karena ideologi tidak berurusan dengan benda mati , melainkan dengan makhluk-makhluk berjiwa, satu negara.

Diperlukan kepiawaian khusus mengharmonisasikan ideologi dan jiwa agar menjadi untaian langgam yang selaras lagi indah.

Dan ini adalah pekerjaan seni!

Seni mensyaratkan kelembutan hati.

Nah, bagi yang merasa berhati keras lagi kasar, ada baiknya parkir dulu, ya!

Hehehe..he.. maaf, hanya bercanda!

Bangsa tersesat adalah yang melalaikan ideologinya.

Bangsa beruntung adalah yang penduduknya berprilaku sesuai kehendak ideologinya dalam kehidupan nyata sehari-hari.

Ideologi menjadi patokan berpikir serta berolah rasa mereka!

Ideologi menjadi gaya hidup mereka!

Ideologi menjadi prinsip hidup mereka!

Ideologi menjadi keriang gembiraan mereka!

Pendek kata, ideologi adalah mereka dan mereka adalah ideologi!

Bangsa merugi adalah yang pola hidupnya menyimpang dari kodratnya.

Sebagaimana tidak mungkin air dan minyak menyatu dalam satu bejana, sebagaimana tidak mungkin ada dua cinta dalam satu hati, sebagaimana tidak diperbolehkan ada dua ideologi dalam satu negara maka tidak boleh ada dua ideologi dalam satu jiwa!

Dan tidak boleh ada jiwa yang tidak berideologi!

Karena jiwa yang tidak berideologi adalah jiwa yang mati!

Jiwa yang sia-sia!

Oh iya, ada satu hal yang perlu digaris bawahi; ideologi hanya bisa hidup lagi menghidupkan jiwa orang-orang yang mau berpikir!

Wah, gawat, ternyata orang-orang yang tidak mau berpikir tergolong mati, lho guys! Amit-amit.

Hanya bangsa yang penduduknya memegang teguh ideologinya saja yang kelak menjelma menjadi bangsa besar serta dihormati bangsa-bangsa lain.  

Ideologi adalah Paku Bumi Bangsa, agar bumi tidak bergoyang-goyang bersama manusia di atasnya sehingga mereka dapat hidup dengan tenang, aman, nyaman, damai dan sejahtera.

Secara naluri, negara adikuasa sekalipun gentar bila harus menghadapi negara kecil namun idealis, ketimbang berhadapan dengan negara yang seolah besar namun berjiwa kerdil, karena melalaikan ideologinya.

Tahu sendirilah bagaimana nasib bangsa kerdil membonsai di pergaulan internasional, mereka pasti akan menjadi bulan-bulanan dan lucu-lucuan negara lain yang lebih kuat.

Celakalah negara yang meletakkan ideologinya di tempat tertinggi dalam konstitusinya, penduduknyapun berkomitmen menjadikan ideologinya sebagai harga mati. Namun sayangnya, semua hanya hiasan lisan, sedangkan prilaku dari kebanyakan mereka justru menyimpang jauh dari tuntunan serta tuntutan ideologinya, tetapi  bila ada pihak-pihak yang berani mengganti ideologi negaranya dengan ideologi lain, serta merta mereka bangkit membela ideologinya, hidup atau mati!

Dan setelah ideologinya terselamatkan, mereka kembali berprilaku seperti layaknya orang-orang yang tidak berideologi. Bila kemudian diseru kepada mereka untuk memasuki ideologinya secara menyeluruh tanpa pembangkangan sedikitpun, mendadak mereka memalingkan muka, hatinya mengeras, menolak, membodoh dengan pura-pura tidak mendengar.

Mereka hanya mau mengerjakan apa-apa yang mereka sukai dan meninggalkan apa-apa yang tidak mereka sukai, tak peduli perbuatan tersebut bertentangan dengan ideologinya.  

Mereka baru sebatas memiliki ideologi namun belum berideologi!

Sesungguhnya, musuh terbesar ideologi di muka bumi ini sampai seratus tahun ke depan, bahkan hingga bumi digulung bukan lagi sesama ideologi, melainkan hawa nafsu anak-anak bangsanya sendiri!

Perang antar ideologi satu dengan ideologi lain telah usai dan itupun tergolong perang kecil!

Sedangkan perang melawan hawa nafsu anak-anak bangsa adalah perang besar dan perang abadi bagi ideologi!

Jaman sudah berubah, semua dihitung untung rugi secara materi, tidak lagi baik-buruk.

Baik sekalipun bila tidak tidak menghasilkan kenikmatan duniawi (tahta, harta, nama besar dll) dianggap rugi, tetapi seburuk apapun perbuatan asal menghasilkan kenikmatan duniawi (tahta, harta, nama besar dll) dianggap menguntungkan.

Dunia (tahta, harta, nama besar dan kenikmatan hidup) telah menggelincirkan mereka.

Kata-katanya sangat idealis namun mengamalkan perbuatan orang-orang munafik.

Mereka bagaikan buih di lautan, terlihat ada lagi banyak namun tak berarti!

Ideologi berada "ANTARA ADA DAN TIADA".

Ada namun tak bermakna, kecuali menjadi BATU NISAN jiwa-jiwa yang mati!

Bangsa yang lalai membangun jiwanya, bagaikan MEMBANGUN KUBURAN MEGAH, di luar tampak indah namun di dalamnya menakutkan.

Celakalah para penghuni "di kuburan megah" karena cepat atau lambat mereka akan menjadi orang-orang yang terhina, terusir dan terlunta-lunta di atas tanah airnya sendiri !!!

Bila ini terjadi, emas seisi bumipun tak akan mampu mengembalikan keadaan mereka seperti sediakala. Pada saat itu penyesalan sudah tidak lagi berguna!

Renungan

PITUTUR PARIGI SEJATI

Mari kita secara seksama, dengan kebijaksanaan yang penuh hikmah, mencoba merenung sejenak, atas segala apa yang terjadi; kemelut, duka dan nestapa yang sedang dialami bangsa ini.

Tentunya kita mencoba bertanya dengan dasar nilai-nilai dasar yang prinsip:

  • Bagaimana hubungan kita dengan Tuhan Yang Maha Esa? Apakah selama ini kita telah memenuhi janji untuk berbakti serta patuh pada setiap perintahNya?
  • Bagaimana pula hubungan kita dengan sesama? Apakah nilai-nilai kemanusiaan yang mengarah kepada kebersamaan, yang mengacu pada musyawarah untuk menggapai keadilan sosial, sudah kita wujudkan dalam kehidupan nyata sehari-hari sebagai pribadi-pribadi anak bangsa?
  • Dan masih adakah dalam relung hati kita, pikiran serta perilaku kita sebagai anak bangsa penerus perjuangan agar tidak terputus dari sejarah?

Bangsa ini ada karena sejarah, kemerdekaan salah satu jawabannya!

Mari kita ucapkan sumpah janji kepada Tuhan Y.M.E dengan disaksikan semesta alam, untuk tidak ada lagi dusta diantara kita sehingga bangsa ini kembali tertuntun dan dipenuhi jiwa-jiwa yang setia janji kepada Pertiwi.

#salamgaruda

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun